Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Di Pagi Ketujuh, Diam Sunyi Kutangisi

10 Maret 2019   22:50 Diperbarui: 10 Maret 2019   22:59 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

kau bukan jantan cemani. hanya penguasa kegelapan dini. kakimu mengangkangi janji, membangkangi petuah lelaki. menuang dengus-dengus birahi. pada belatung di bangkai nuri.

surat-surat itu belum sempat kubaca. saat angin memberi sapa. di seberang lautan, badai kebebasan menyapu nista dan tuduhan. hingga malam ketujuh. kurayakan kebebasan pemilik tubuh-tubuh lusuh.

kukira, kau hanya jantan biri-biri. diri bercermin mematut matahari. menuai puja-puji petani sapi. dan berlari, usai ditelanjangi.

tak ada senandung doa mayat-mayat sekarat. berkelana sunyi, tanpa wasiat. di peti itu, tersimpan kematian-kematian berkarat. biarkan di hari ketujuh pagi. diam sunyi kutangisi.

aku salah! kau bukan jantan cemani, tak pula jantan biri-biri. hanya pejantan akhir jaman.

Curup, 10.03.2019
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun