Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Saat Mimpi Terhenti di Pintu

7 Maret 2019   22:56 Diperbarui: 7 Maret 2019   23:06 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrated by : pixabay.com

sepotong pensil sepanjang jari. bergerak lamban telusuri pori-pori hari. dalam hening, merajam lembar-lembar kusam, mengarsir genangan usang masa silam.

"cantik sekali!"
"kau siapa?"
"ikuti aku!"

tinggal seruas jari, pensil memotong hari. lupakan kampung, sirnakan ekor-ekor kambing juga lidah sapi. bergegas dan terburu, hingga berteduh di titik henti. tak lagi berhitung satu atau dua kali. menakar hidup, saat nyala pijar merah tak redup.

"pulanglah!"

pensil bersisa di ujung jari. stagen ungu tak mampu tutupi gendongan hari. tiga jemari mungil memeluk bongkahan dada, tangan-tangan kerdil setia, mengikat siang dan malam raga. malu berujar aniaya, ketika kata-kata tertelan luka.

"aku siapa?"

sepotong pensil, baru saja berganti. tak lagi peduli rautan lalu hari. stagen ungu mereguk abu kelabu. saat mimpi terhenti di pintu. bukan bujuk rayu, hanya sapaan pilu.

"kau tak seperti dulu!"

Curup, 07.03.2019
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun