sepotong pensil sepanjang jari. bergerak lamban telusuri pori-pori hari. dalam hening, merajam lembar-lembar kusam, mengarsir genangan usang masa silam.
"cantik sekali!"
"kau siapa?"
"ikuti aku!"
tinggal seruas jari, pensil memotong hari. lupakan kampung, sirnakan ekor-ekor kambing juga lidah sapi. bergegas dan terburu, hingga berteduh di titik henti. tak lagi berhitung satu atau dua kali. menakar hidup, saat nyala pijar merah tak redup.
"pulanglah!"
pensil bersisa di ujung jari. stagen ungu tak mampu tutupi gendongan hari. tiga jemari mungil memeluk bongkahan dada, tangan-tangan kerdil setia, mengikat siang dan malam raga. malu berujar aniaya, ketika kata-kata tertelan luka.
"aku siapa?"
sepotong pensil, baru saja berganti. tak lagi peduli rautan lalu hari. stagen ungu mereguk abu kelabu. saat mimpi terhenti di pintu. bukan bujuk rayu, hanya sapaan pilu.
"kau tak seperti dulu!"
Curup, 07.03.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H