"Dulu, hajatan dilakukan secara gotong royong dan kekeluargaan. Sekarang, mirip-mirip arisan"
"Maaf, tak bisa datang. Aku nitip..."
"Berikan amplop atau bawa kado?"
"Harus datang! Pas nikahan kita, mereka datang!"
"Kemarin, Bu Siti bawa ayam, kan? Masa kita cuma..."
"Aku malas datang! Pas dulu diundang, mereka juga gak datang, kan?"
"Nanti, Kita pakai baju apa?"
Ujaran di atas hanya ilustrasi, atau reka dialog. Yang terjadi dan acap kali muncul jika menerima undangan pesta pernikahan. Sok tahu, ya? Anggaplah bukan adegan sebenarnya. Tapi dari sudut Kiramologi, atau ilmu kira-kira saja. Haha...
Zaman sekarang, menghadiri undangan pesta pernikahan tak lagi ajang perayaan dan berkumpul. Juga mengenal pasangan baru dan dua keluarga besar yang menyatu dan berbesan. Tapi bergeser ke ranah arisan dan pameran (itu, versiku). Lah kok bisa?