secarik mimpi kulempar ke dalam kulkas. biar menyatu dengan seikat pucuk katu, sisa pecel lele dan tiga potong tebu. dan membeku seperti es batu. akh...! tak akan hancurl! harus kupindahkah!
aku tersenyum, menatap peti kayu di sudut pintu. sudah tiga jam, mimpi itu tersimpan dalam diam. bercampur dengan dua gergaji, satu martil, satu palu dan sekotak paku. Masih membekas!
tumpukan kardus pakaian di kamar belakang, kusut masai. kutemukan tempat yang sesuai. pada sekumpulan barang bekas pakai. kupenjarakan mimpi, di lipatan baju batik bermotif melati. kukira sia-sia!
gegara mimpi, kopi pagiku berasa basi. kepulan asap rokok menciptakan bayangan bulan. kenapa bulan bersekutu dengan kepulan asap rokok?
kuraih secarik kertas. kulukis dengan abu rokokku.
Maafkan aku, Â Ani.
Bersabarlah! Bulan sudah hadir dalam mimpiku. Barusan kutemukan dalam kepulan asap rokokku. Mungkin, sebentar lagi datang padamu. dari aku, bekas kekasihmu.
Curup, Â 02.02.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H