"Kau pengadu!"
"Bukan!"
"Tadi kau bilang begitu? Apa motifmu ingin mengadu ke..."
"Karena kau menggangguku!"
"aku bukan penggangu. Dan bukan Iblis!"
Kembali sunyi. ahaaay...! Kutemukan informasi yang ketiga. Iblis! Aku tersenyum mendengar kata iblis. Diam-diam, aku sepakat bahwa Iblis adalah pengganggu.
Sejak pagi. Tiga kali aku diganggu iblis. Pertama, Keluar caci makiku. Hingga saat ini, sebagai ayah aku merasa malu walau dalam hati. Apatah lagi, kualami dua malu sekaligus. Adalah aib bagiku sebagai ayah, jika anakku mendengar kalimat busuk dari mulutku. Kau tahu sebabnya? Usai mengantar anak dan lalui perempatan. Seketika pembalap amatir menerobos jalan. Menyalip motorku dengan jarak yang begitu dekat. Aku nyaris kehilangan kendali. Caci makiku meluncur deras. Pengganti bayangan jika aku dan jika anakku ada diboncengan, pasti terluka karena terjatuh dari motor.
Aku malu lagi, tetiba seorang Polantas menyusul motorku. mencegat dan menyatakan aku sudah melakukan pelanggaran. Karena tak mengikuti arahan rekannya. Aku protes! Berkilah sudah ikuti isyarat lampu. Polantas itu hanya tersenyum dingin. Menjelaskan saat itu sedang mati lampu. Tak lagi banyak bicara, SIM milikku berpindah tangan.
Iblis melancarkan gangguan yang kedua. Saat kuraih HP dari saku celanaku. Tertera pesan singkat beserta foto dan link sebuah video bertulis "Viral! Video Bejad Ayah dan..." Layar HP tetiba mati. kurasa habis baterai. Dan mati lampu. Nanti, Aku harus segera hapus dan lupakan pesan itu agar anakku tidak tahu.
Gangguan ketiga iblis, tiba saat aku di tempat kerja. Atasanku meminta dibuatkan draft proposal kegiatan. Sepuluh halaman kuketik di komputer kantor. Sebenarnya sudah selesai. Tapi tak langsung di print-out. Kulakukan edit terlebih dahulu agar lebih rapi dan atasan puas dan memuji pekerjaanku. tetiba mati lampu! Proposal itu belum sempat kusimpan. Cacian dan makian kembali meluncur deras. Tapi tak tahu kemana kumuntahkan. Maka iblis adalah sasaran yang layak.
"Berhentilah menggangguku! Jika tak mau disamakan dengan..."
"Sudah! Aku bukan iblis. Dan aku takkan mengganggumu! Tadi, aku hanya ingin mengajakmu untuk menikmati kopi!"
Kuusap keringat di kening dengan ujung lengan baju. Aku sepakat dengan Ma. Tak mau disamakan dengan Iblis.
"Iya! Tapi caramu tadi..."
"Aku harus pergi! Sampai jumpa lagi, Ri!"
"Hei...! Kopimu belum..."
"Biarlah! Aku harus bersiap! Biar Iblis tak merasa sendiri!"
aku terkejut. Saat tangan kecil menyentuh lenganku. Senyuman tersaji dari sudut bibir anakku. Kukira, sejak tadi bel sekolah berbunyi.
"Pulang, Â Yah!"