Mohon tunggu...
Zaldy Zaldy
Zaldy Zaldy Mohon Tunggu... -

Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

GIM, Capres Alternatif,Kemana Berlabuh?

7 November 2012   06:11 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:50 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beda dengan pilkada yang memperbolehkan calon independen maju ,maka dalam pemilihan presiden majunya calon perseorangan dilarang UU. Maka,praktis yang diperbolehkan mengajukan calon presiden adalah partai politik yang memenuhi syarat. Tidak diperbolehkannya calon indpenden maju sudah tentu akan membatasi majunya calon alternatif nantinya. Kalaupun calon alternatif dimajukan tentu saja  harus melalui partai politik yang berkenan untuk mendorongnya.Pertanyaanya apakah ada partai politik yang rela  mencalonkan orang luar yang bukan ketua umum ataupun ketua dewan pembinannya sendiri walaupun orang tersebut populer dan diterima msyarakat?. Walaupun tampaknya kecil, beberapa orang yang tergabung dalam Gerakan Indonesia Memilih yang diketuai oleh Komarudin Hidayat dan beberapa tokoh lainnya mencoba untuk melakukan itu.

Para tokoh tersebut mencoba mencari tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki integritas,kapabilitas dan visi yang mumpuni bagi Indonesia,orang yang tentunya memiliki jiwa kenegarawanan yang berani untuk membuang kepentingan pribadi dan kelompoknya bagi kepentingan bangsa dan negara. Mereka mencari keberbagai penjuru mata angin dari tingat nasional maupun lokal.

Mengapa mereka membentuk Gerakan Indonesia Memilih?. Munculnya gerakan ini didasari kekhawatiran mereka,bahwa pemilu presiden 2012 nanti hanya memunculkan tokoh-tokoh yang sama saja, tokoh-tokoh yang telah mencoba peruntungan sejak 5 atau 10 tahun  yang lalu untuk menjadi Presiden Indoensia. Para tokoh GIM tidak mau tahun 2012 calon persiden yang muncul hanyalah tokoh sepuh atau kalau dapat dikatakan tokoh 4L ( Loe lagi-loe lagi). Kemungkinan munculnya tokoh 4L sangat mungkin,melihat tabiat parpol di Indonesia yang rakus,transaksional dan tidak dewasa. Partai politik pada umunnya akan mendorong ketua umum ataupun ketua dewan pembinannya tidak perduli apakah mereka diterima masyarakat atau tidak,bermasalah   ataupun berkapasitas,bagi mereka kepentingan untuk pentas lebih besar daripada bagaimana menyodorkan calon yang dibutuhkan masyarakat.

Masyarakat tentu harus membantu gerakan GIM ini dengan modal apapun, sekecil apapun itu. Bila tokoh-tokoh GIM telah mampu membidik calon presiden yang pantas dan pas untuk Indonesia, kemana mereka harus mengkomuniksikan dan menyodorkannya?. Ini tentu sebuah pertanyaan besar. Ada beberapa hal yang pantas dipertimbangkan. Dan tentunya ini dengan mempertimbangkan hasil suara pemilu legislatif.

Pertama, tentunya tokoh-tokoh GIM harus melakukan komunikasi kepada tokoh sentral politik Indonesia yang tidak bisa lagi maju ataupun diduga tidak akan maju lagi. Untuk hal yang pertama ini mereka tentu harus menjalin komunikasi yang intensif kepada SBY dan Megawati. Mengapa ke mereka?. Karena jelas merekalah tokoh sentral politik Indonesia saat ini yang selalu didengar oleh pengikutnya. Dengan posisi keduanya, dan perkiraan masih tingginya suara partai, mereka muempunyai posisi yang sangat strategis. SBY, tidak bisa maju kembali,sedangkan posisi Anas sebagai Ketum telah tercemar. Pilihan SBY, mungkin kepada besannya Hatta Radjasa ataupun adik iparnya Kasad Jenderal Pramono Edi Wibowo. Namun tentunya SBY akan berfikir apakah mereka pantas dan dapat  memenangkan petarungan. Kalau pun dipaksa maju dan proporsi kekalahan besar tentu ini akan menjadi usaha sia-sia. Atas hal inilah kans para tokoh GIM untuk menyodorkan nama yang dianggap terbaik bisa disodorkan kepada SBY.

Selain SBY,pilihan lainya adalah Ke Megawati. Walaupun Mega masih boleh mencalonkan diri lagi, namun kita berharap ia mengekang langkahnya. Pertimbangkannya bukan saja, Sang suami Taufik Kiemas yang tampaknya keberatan,kekalahan selama 2 kali perebutan jabatan presiden namun yang terpenting yang harus disadari adalah kebutuhan bangsa ini terhadap figur pemimpin seperti apa tampaknya telah menjauh dari dirinya yang telah berusia senja.  Mega bisa mencalonkan dan kansnya untuk memenangkan pertarungan pun besar,namun apakah ia akan berhasil memimpin Indonesai?. Para tokoh GIM harus mampu melihat hal ini sebagai peluang dengan menempatkan Mega sebagai King maker,sama seperti kala ia mendorong Jkowi menjadi gubernur DKI jakarta, bukankah kedewasaan Mega ini membawa berkah bagi rakyat Jakarta?

Kedua, mendorong munculnya calon independen melalui partai-partai menengah. Berbeda dengan pemilihan presiden 2009 yang telah jelas siapa yang akan menang,pemilu presdien 2014 masih kabur. Partai-partai menengah paham bahwa pilpres 2009, SBY akan terpilih kembali dan mengalihkan dukungan kepada SBY adalah pilihan terbaik untuk mendapatkan posisi pemerintahan. Namun 2014 tidak akan terjadi hal yang sama,tidak ada tokoh seperti SBY, siapa yang akan menang masih bisa di otak-atik. Tentu kebebasan partai papan tengah untuk berstrategi masih dimungkinkan. Ada dua kelemahan partai mengah saat ini, satu tidak memiliki tokoh yang besar, kedua tidak mungkin mencalonkan calon presiden sendirian, maka mereka harus berkoalisi. Posisi yang mengambang dipartai menengah ini, yang bisa dimasuki oleh para tokoh GIM dengan menyodorkan tokoh yang memiliki  keterpilahan yang besar oleh masyarakat besar. Tentu tokoh besar yang bisa disodorkan oleh GIM, ibarat gadis ranum bagi partai menegah .

Ketiga, demi Indonesia,demi munculnya calon yang berbeda,seperti fenomena Jokowi dipilkada Jakarta,maka tokoh-tokoh GIM,juga harus mau menjalin komunikasi dengan partai-partai baru yang diperkirakan meraih suara signifikan seperti Nasdem dan lainnya. Menyodorkan nama itulah yang harus mereka lakukan.

Jikalau GIM tidak bergerak, maka masyarakat harus ikhlas menerima calon-calon presiden seperti yang selama ini beredar; Megawati,Prabowo,Aburizal Bakrie,Wiranto,Hatta. Lupakan nama-nama seperti Jusuf Kalla,Mahfud MD,Sri Mulyani,dahlan Iskan,Jokowi ataupun Anis Baswedan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun