Mohon tunggu...
Zaldy Zaldy
Zaldy Zaldy Mohon Tunggu... -

Rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Boediono, JK dan Presiden

9 September 2013   12:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:08 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dulu,waktu SBY kewalahan menangani kondisi makro ekonomi pada awal-awal pemerintahan  pertamanya,maka ia memanggil Boediono untuk balik ke pemerintahan dan menjadikannya sebagai menko perekonomian,menggantikan Aburizal Bakrie. Sang calon presiden dengan sebutan ABR ini,kemudian dipindahkan posisinya menjadi Menko Kesra,jabatan yang selevel,tapi kalah jauh mentereng dengan jabatan Menko perekonomian  . Perubahan komposisi team ekonomi dengan komando Boediono,ternyata di terima pasar, diterima masyarakat,perlahan kondisi ekonomi makro indonesia menjadi lebih baik dengan tampilnya Boediono memegang kendali ekonomi dipemerintahan SBY_JK. Menurut informasi yang beredar,sebenarnya SBY, sebegai presiden terpilih telah meminta Boediono untuk membantunya di kabinet sebagai Menteri Keuangan,tetapi Boediono menolak dengan alasan ingin istirahat dan kembali mengajar di almamaternya di UGM,namun melihat situasi ekonomi makro yang buruk ia pada akhirnya  menerima permintaan SBY yang kedua untuk menjadi  Menko Perekonomian. Lengakaplah jabatan Boediono di sektor keuangan, ia pernah menjabat Direktur Bank Indonesia ( setara Deputi Gubernur BI),Menteri Negara Perencanaan dan Pembangunan Nasional/kepala Bapenas, Menteri Keuangan dan Menko perekonomian .

Diakhir periode jabatan pertama presiden SBY,ketika presiden mengajukan direktur utama bank mandiri, Agus Martowardoyo sebagai Gubernur bank Indonesia , DPR dengan berbagai alasan menolak Agus,maka presiden pun mengajukan menko perekonomian,Boediono, sebagai calon Gubernur BI,tidak ada keriuhan seperti ketika Agus di calonkan,dengan mudahnya Boediono diterima sebagai gubernur BI oleh anggota komisi keuangan DPR sebagai Gubernur Bank Indonesia,pada tanggal 9 April 2008. Semua orang,mengakui prestasi Boediono di dalam mengelola sektor keuangan.

Boediono,kemudian digandeng pesiden SBY, sebagai calon wakil presiden pada pemilu 2009, dan SBY menang besar. Sebagian besar orang memilih pasangan ini mungkin karena faktor SBY nya,namun ada beberapa kalangan yang memilih SBY,  karena ketertarikan pada figur Boediono sebagai wakil presiden pendampingnya.

Sekarang dimasa jabatannya sebagai wakil presiden, boediono tidak terlalu dianggap,malah terkesan diremehkan,orang lalu membanding-bandingkan dengan JK yang dianggap begitu baik menjalan perannya sebagi wakil presiden karena ia berani dan cepat mengambil keputusan.  Orang  mengambarkan SBY-JK seperti rem dan gas, JK adalah gasnya sedangkan SBY adalah remnya,bahasa sederhananya diantara kegaluan dan kelambatan SBY didalam mengambil keputusan,maka peran JK menjadi sangat penting dipemerintahan ini.

Maka,disaat semua elit politik sibuk,surevey-survey politik begitu ramai dipublikasikan,tidak ada satupun suara yang mengangkat  Boediono sebagai salah satu calon presiden secuil pun  di negara ini. Apa yang ada adalah hal yang wajar, bukan saja Boediono tidak mempunyai partai politik tetapi juga,kinerjanya sebagai wakil presiden seperti sepi dan senyap. Beda dengan JK dengan berbagai gebrakannya seperti perdamaian Aceh,konversi minyak tanah ke gas dan juga keberaniannya untuk mengeluarkan pernyataan-pernyataan panas dan kontroversial kepada media.

Pak boed dan JK memang dua orang dengan dua karakter yang berbeda-beda,yang satu energik dan ceplas-ceplos yang satunnya lagi begitu tenang,namun membandingkan keduanya sebagai pihak yang sukses dan gagal pun kurang tepat hanya karena  kepribadian Boediono yang tenang,tidak meletup-letup dan mempunyai kesadaran untuk memposisikan dirinya sebagai wakil presiden. Tidak ada yang salah dengan pilihan SBY, JK hebat,Boediono pun baik. Masalahnya hanyalah peran yang ingin dimainkan oleh keduanya saja, sebagai wakil presdien tampaknya JK ingin menunjukan kemampuan kepemimpinannya, sedangkan boediono sebagai wakil presdien tampaknya lebih ingin menunjukan kemampuan manajerial di dalam sektor ekonomi dan kesra. Sebagai presiden,sebagai pemimpin bangsa ,tentu SBY yang mengerti ia butuh apa dari wakilnya . Dengan JK sebagai wakilnya maka,ia harus siap bergesek-gesekan apalagi posisi JK sebagai Ketum Golkar yang tentu membuat self confidence nya naik. Dengan Boediono yang tenang dan tidak berpolitik,tentu tingkat kenyamanan  SBY bekerja dengan boediono lebih tinggi,tanpa merasa khawatir  untuk ditelikung.

Menempatkan Boediono yang profesional,pintar,tenang dan tidak berafiliasi ke partai politik manapun sebagai wakil presiden adalah pilihan yang tepat,Boediono bisa di posisikan sebegai orang yang bertanggung jawab penuh atas perekonomian Indonesia,atas peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia,jadi presiden dan wakil presiden dapat membagi tugas yang jelas, presiden konsentrasi penuh kepada masalah politik, hukum dan keamanan dan boediono bisa konsentarsi penuh pada masalah ekonomi dan kesejahteraan.  Presiden di bantu penuh Menko Polhukam dan wakil presdien di bantu penuh menko ekuin dan menko kesra,begitu seharusnya gambarannya.

Maka,ketika saya sebagai warga negara memilih pasangan SBY-Boediono,sebagai pasangan yang dipilih didalam pilpres 2009,ini adalah salah satu alasannya. Alasan secara keseluruhan adalah:Pertama, sebagai presiden yang telah mengabdi selama 1 periode pertama,maka SBY harus di beri kesempatan untuk memperbaiki kinerjanya dengan harapan kinerjanya semakin baik  didalam mengambil keputusan. Kedua, keinginan memilih JK sebagai presiden ada didalam hati,namun hal ini terhalang dengan kekhawatiran bahwa partai pengusung JK adalah Golkar dan pasangannya adalah Wiranto,penilaian ini tentu adalah subjekktif tapi adalah hak setiap orang untuk memilih apalagi berdasarkan alsasan-alasan yang diyakini. Ketiga,ketertarikan terhadap figur budiono yang cerdas,sederhana,profesional selama mengemban tugas, dan tidak partisipan. keempat seperti disebuatkan diatas, diharapkan ada pembagian tugas antara SBY dan Boediono,sehingga SBY akan benar-benar fokus pada masalah  penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Masalah penegakan hukum dan pemberantasan korupsi adalah masalah penting bagi bangsa ini, di masalah inilah  kita diperlihatkan kebrobokan dari  aparat birokrasi dan  penegak hukum Indonesia.

Kita berharap SBY pun mengambil momentum keduanya untuk memperlihatkan jati dirinya sebagai seorang jenderal yang berani ,dengan keberanian SBY mencampakan JK sebagai wapres,tentu pikiran kita ia akan merubah gaya kepemimpinan berbeda dengan periode pertamanya,Ibarat kata SBY dimasa kedua pemerintahannya bukan saja rem,tapi juga mempunyai kemampuan untuk menginjak gas yang kuat untk mengejar ketetinggalan bangsa ini.

Kenyataanya,hal itu tidak terjadi, gaya dan pola kepemimpinannya sami mawon,sama saja,menggemaskan kata orang. Dan yang patut dipertanyakan,adalah keputusannya membuat koalisi besar didalam pemerintaannya,ketika suara masyarakat begitu penuh kepadanya. Koalisi besar itu pun tidak efektif pada kenyataannya,malahan sistem koalisi ini hanya di jadikan parpol peserta koalisi untuk mengeruk keuntungan dari dana-dana APBN. Coba dibayangkan seandainya PDI pun kena rayuan SBY untuk masuk ke pemerintahan,alangkah anehnya demokrasi di negeri ini.

Ketika, SBY tidak ingin  berdampingan kembali dengan JK pada pemilihan presiden  2009 dan memilih Boediono sebagai wakil presiden, seharusnya keputusannya itu diikuti kesadaran , untuk apa ia memposisikan Boediono sebagai wakil presiden dengan karakter khususnya itu. Bukankah seharusnya  presiden  mengimbangi Boediono yang kalem dengan tampil lebih berani seperti layaknya JK sang wakil presidennya dulu. Artinya SBY sebagai gasnya, boediono remnya, berbalik dengan periode sebelumnya. Kalau hal ini tidak terjadi,kasihan Boediono yang pintar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun