Belajar dan Pembelajaran
Pola interaksi manusia berubah dari waktu ke waktu. Dulu, sebelum manusia menemukan tulisan. Interaksi verbal membuat manusia saling bertukar informasi dan pengetahuan. Sampai akhirnya, manusia menemukan tulisan. Yang mampu menyimpan informasi bahkan sampai jutaan tahun.
Semenjak revolusi industri 4.0, keberadaan buku digusur oleh industri digital. Orang-orang lebih nyaman untuk membeli ataupun mengunduh E-book. Selain praktis, E-book juga mudah dibawa dan bisa dibaca kapan saja. Tentu saja ini berlaku bagi yang minat bacanya tinggi. Kalau minat bacanya rendah, melihat tulisan "pdf" saja rasanya akan gemetaran.
Minat baca di Indonesia rendah. Itu sudah pasti, studi oleh lembaga Indeks Alibaca menunjukkan, hanya sembilan provinsi yang masuk dalam kategori sedang, 24 provinsi berkategori rendah, dan satu provinsi termasuk sangat rendah. Rata-rata indeks Alibaca nasional berada di titik 37,32% yang tergolong rendah.
Kenapa ini bisa terjadi?
Tentu saja, ini karena phobia-nya orang terhadap tulisan. Kebanyakan orang Indonesia lebih mendengarkan dan melihat beragam hal yang tidak penting dibandingkan dengan menambah pengetahuan mereka.Â
Apa yang harus kita lakukan?
Bagi diri sendiri, benahilah diri. Fokus pada pembentukan skill dan pengetahuan baru. Dunia semakin lama semakin maju. Kita tidak bisa hanya terfokus pada satu kemampuan saja. Asahlah kemampuan yang lain dengan belajar. Internet telah menyediakan apa yang kita cari. Belajarlah.
Bagi tenaga pendidik, kemaslah pengetahuan dengan cara seunik mungkin. Siswa biasanya tertarik dengan hal yang unik walaupun pelajaran itu dikenal membosankan. Saya, contohnya. Ketika saya belajar matematika, otak saya sendat. Ini gunanya apa? Untuk apa angka ini? Saya tidak membutuhkan log cos tan cotan ini untuk membeli telur. Fungsinya apa? Kejadian ini saya alami sewaktu kelas X MAN. Pun guru saya, hanya menerangkan dan memberikan teori tanpa menjelaskan apa fungsi rumus ini. Untuk apa saya belajar tanpa tahu fungsinya?
Setelah naik semester 2, ada pergantian guru. Guru ini namanya Bu Jurlina. Bu Jurlina dengan sigap menerangkan bahwa angka-angka ini memiliki fungsi untuk mengukur jarak, mengetahui kekuatan suatu bangunan, mengukur sudut derajat, bahkan mengetahui arah kiblat. Kami diajak untuk mengeksplor hal-hal tersebut sehingga saya jadi menyukai matematika. Sekarang, saya bertemu dengan mata kuliah ilmu falak. Dan hal yang dulu diajarkan, jadi berguna.
Apa pentingnya itu? Ini terkait sangat erat dengan cara otak kita belajar. Kita lebih mudah belajar dari pengalaman. Hal-hal yang kita alami biasanya lebih mudah kita ingat. Kita belajar berbicara, dasarnya adalah pengalaman. Perhatikan bahwa kita tidak belajar tata bahasa ketika kita belajar bicara. Kita mengalaminya. Kemudian kita ingat.