Kewirausahaan yang berhasil menyelesaikan masalah sosial di luar negeri juga cocok diterapkan di Indonesia
Kita anggap saja level lokal sebagai suatu konteks yang mungkin akan berbeda-beda di tiap wilayah di Indonesia, berdasarkan pada faktor kondisi sosial, ekonomi, budaya, politik, dan lain-lain. Kita ambil contoh kasus kerusakan hutan yang marak terjadi di beberapa negara di dunia dalam beberapa dekade terakhir. Kebijakan pemerintah ataupun program-program sosial lingkungan sudah ditawarkan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Keduanya memberikan kita gambaran alternatif solusi yang bisa dipergunakan.
Sebagai contoh, program Amazon Conservation Team (ACT), sebuah lembaga yang memperjuangkan konservasi Amazon, melibatkan suku asli (indigenous) dan pemerintah untuk bisa memetakan kawasan konservasi hutan hujan. Di satu sisi, hal tersebut menjawab permasalahan sosial akibat konflik antara suku asli dengan para penebang, peternak, dan penambang yang terus mengeklaim lahan hutan untuk pembangunan. Di sisi lain, program tersebut juga mempermudah peran strategis pemerintah untuk menjaga kawasan hutan konservasi dan melindungi suku asli.
Solusi yang dilakukan Amazon Conservation Team bisa saja di aplikasikan dalam konteks lokal Indonesia. Hanya saja, kami menduga akan ada proses penyesuaian, baik secara strategis maupun teknis, karena beberapa faktor yang membedakan antara Indonesia dengan Brazil, seperti kepentingan ekonomi dan politik, budaya suku asli, pemerintah, peraturan yang berlaku dan lain sebagainya. Jadi, kesimpulannya adalah "Suatu kajian maupun kisah sukses kewirausahaan sosial yang menjadi solusi masalah sosial dari satu negara bisa saja diaplikasikan di negara lain apabila disesuaikan dengan konteks lokalnya".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H