Mohon tunggu...
Zaldi Euli
Zaldi Euli Mohon Tunggu... -

warga negara yang gemar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jokowi dan Niat Baik untuk Hutan Kita

21 Januari 2016   14:01 Diperbarui: 21 Januari 2016   14:11 358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam rapat koordinasi nasional (rakornas) pencegahan kebakaran hutan dan lahan 2016, Presiden Joko Widodo menjanjikan sistem reward and punishment, yaitu promosi naik pangkat bagi perangkat daerah yang berhasil mencegah kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan mereka yang gagal mencegah atau semakin banyak kebakaran, akan dicopot dari jabatannya.

"Yang terbakar semakin banyak, semakin gede, ganti, copot. Yang tadi saya sampaikan dari sini sampai bawah. Yang enggak ada (kebakaran) tentu saja promosi. Ini kita kerja betul-betul kerja," tegas Jokowi Senin (18/01) di Istana Negara.

Rakornas tersebut dihadiri oleh Wakil Presiden, sejumlah menteri Kabinet Kerja terkait, kepala daerah, panglima Kodam, komandan Korem, Kapolda dan Kapolres dari daerah-daerah yang rawan kebakaran.

Presiden mengatakan, tak ada lagi alasan kebakaran hutan terjadi. Sebab, semua upaya pencegahan sudah dilakukan. Penyebab kebakaran juga sudah diketahui.

Ini sebuah berita baik bagi kita, khsususnya masyarakat yang selama ini terkena dampak langsung kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Komitmen yang kuat dari pemerintah memang dibutuhkan untuk mulai mengurai permasalahan tahunan yang telah berlangsung  sejak beberapa dekade lalu ini.

Namun, melihat ke belakang, ada beberapa hal yang patut menjdi catatan kita bersama. Yang pertama adalah, kita harus memastikan bahwa solusi yang akan diupayakan adalah memang sebuah niat baik yang serius dari pemerintah, tidak hanya berhenti di tataran wacana.

Sesuai dengan Visi-Misi  Jokowi-JK dalam Nawa Cita, bahwa negara harus hadir kembali untuk melindungi  segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara. Selama ini, kita semua dapat merasakan ‘absennya’ negara dalam isu-isu strategis bangsa.

Pemerintah telah sejak lama menutup mata atas penyelesaian peroalan-persoalan bangsa. Peristiwa Pembantaian Massal 1965, Tanjung Priok, Talangsari, Aceh, Timor Timur, Papua, pembunuhan aktivis Munir, sampai dengan intoleransi antar umat beragama adalah pekerjaan rumah besar pemerintah yang tak kunjung terlihat arah penyelesaiannya.

Dalam kasus karhutla, Pemerintah seakan menutup mata bahwa banyak lahan pemerintah sendiri yang juga mengalami kebakaran hebat. Data dari globalforestwatch menunjukkan, di 2015 saja, sebanyak 56% hutan dan lahan yang terbakar adalah merupakan wilayah yang dikuasai dan dikelola oleh negara. Artinya, lebih dari setengah karhutla pada 2015 terjadi di kawasan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

Reward and Punishment yang didengungkan pemerintah sungguh merupakan seulas angin segar yang kita tunggu selama ini. Semoga ini bukan hanya langkah politis yang semata-mata ditujukan untuk menina-bobokan publik terhadap dosa-dosa masa lalu negara dan jurus akal-akalan demi mengorbankan lebih banyak kambing hitam seperti yang sudah-sudah.

Gerombolan pembakar lahan dengan backing siapapun di belakangnya harus segera diungkap, dicerabut sampai akar-akarnya tanpa menimbang apakah dalang-dalangnya adalah bagian dari koalisi atawa oposisi pemerintah. Jokowi punya niat baik, kita harus dukung itu. Upaya-upaya hukum yang dijalankan pemerintah sekarang ini selayaknyalah kita dorong dan amati dengan mata yang awas, selama ia benar memenangkan pihak yang benar dan bukan untuk membenar-benarkan yang tidak benar-benar benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun