Hari ini publik dikejutkan dengan berita ditangkapnya salah seorang pimpinan sebuah komisi yang beralamat di Kuningan, Jakarta Selatan. Tanpa ada desas desus yang mendahului, sang pimpinan ditangkap oleh petugas yang bermarkas di jalan Trunojoyo, juga Jakarta Selatan.
Peristiwa penangkapan itu menambah deretan "gesekan" yang terjadi antara Trunojoyo dan Kuningan. Apa saja "gesekan" itu? antara lain: Cicak vs Buaya, Penangkapan Antasari Azhar, Penangkapan Chandra Hamzah-Bibit Samad Riyanto, Kasus Novel Baswedan, Terbongkarnya korupsi simulator SIM, dan lain-lain (kalau masih ada). Teranyar, susul menyusul penetapan calon Trunojoyo 1 sebagai tersangka oleh Kuningan lalu penangkapan petinggi Kuningan oleh Trunojoyo.
Saya ga bakal bahas hal yang serius soal gesek menggesek antara Trunojoyo dan Kuningan ini tapi saya akan berikan analogi dari sudut pandang saya yang sempiiiittnya bukan main ini. Supaya (mudah-mudahan) lebih gampang dicerna, saya ambil analoginya dari kejadian sehari-hari yang dialami oleh banyak anak muda.
Anak muda masa kini tentu tak asing lagi sama yang namanya pacaran. Nah, kalau sudah bicara pacaran, salah satu aspek yang sering mewarnai hubungan muda-mudi itu adalah sesosok, yang kadang menakutkan, bernama "Sang Mantan". Kehadirannya kerap membayangi hubungan yang sedang dijalani. Tak jarang pula beliau ini menjadi sebab pertengkaran yang akarnya adalah jealous alias cemburu a.k.a cembokur.
Lelaki kerap kali, disadari atau tidak, menempatkan "Sang Mantan" dari pacarnya sebagai musuh. Padahal kadang, kenal aja nggak. Aneh bin ajaib memang tapi itulah adanya. Sikap dari "Sang Mantan" ini ternyata kadang juga tak kalah ajaib. Pacar baru dari mantan pacarnya "Sang Mantan" ini langsung dikenakan persona non grata. Muncul 1 saja irisan, percayalah mereka (lelaki (status: pacar) dan lelaki lain (status: mantan) siap berkelahi secara terbuka baik verbal maupun fisik. Konyol? memang, tapi sekali lagi, itulah adanya. Kalau sedang tidak ada irisan, para lelaki dengan status berbeda terhadap 1 wanita yang sama ini menjaga image nya masing-masing. Seringnya sok saling respect malah. Padahal, di hati dan pikiran masing-masing, mereka tunggu momen terjadinya irisan tadi.
Sekarang coba masukkan realita pacaran anak muda tadi ke dalam hubungan Trunojoyo dan Kuningan. Bagi saya, ada kemiripan. Kalau sedang tidak ada "gesekan", mereka (Trunojoyo dan Kuningan) tampaknya saling menghormati dan mengaku saling berkoordinasi. Tapi begitu muncul percikan, mereka berlaku layaknya pacar (lelaki) dan mantannya pacar (lelaki). Concern / objeknya pun mirip. Dalam hubungan pacaran muda-mudi, wanitanya sama alias dia-dia juga sedang dalam hubungan Trunojoyo dan Kuningan, keduanya sama-sama ngurusi penegakan hukum.
Kemiripan lainnya adalah mengenai solusinya. Permantanan yang menghiasi hubungan pacaran muda-mudi dan hubungan Trunojoyo - Kuningan mempunyai solusi yang sama, lagi-lagi dari sudut pandang saya lho ya, yaitu Kedewasaan. Pertanyaannya tinggal, mana/siapa yang lebih dewasa? monggo ditunjukken. :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H