Swasembada pangan merupakan salah satu cita-cita besar Indonesia untuk memastikan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan pada impor. Pemerintah gencar menjalankan berbagai program untuk mencapai target ini, termasuk intensifikasi pertanian, modernisasi alat produksi, serta perluasan lahan. Ahmad Effendy Noor, CO PT Nividia Pratama, salah satu produsen pupuk di Indonesia, memberikan analisis kritis terhadap program tersebut, termasuk tantangan dan langkah strategis yang harus diambil untuk mewujudkan swasembada pangan secara berkelanjutan. Â
Tantangan Menuju Swasembada Pangan
Menurut Ahmad Effendy Noor, tantangan terbesar dalam mencapai swasembada pangan di Indonesia adalah keterbatasan lahan pertanian akibat alih fungsi lahan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, setiap tahun sekitar 100 ribu hektar lahan produktif hilang karena pembangunan infrastruktur dan permukiman. Â
Selain itu, produktivitas lahan di Indonesia masih rendah dibandingkan negara lain. Misalnya, rata-rata hasil panen padi di Indonesia sekitar 5 ton per hektar, jauh di bawah Tiongkok yang mencapai 7 ton per hektar. Hal ini disebabkan oleh rendahnya adopsi teknologi modern di kalangan petani kecil, kualitas benih yang kurang optimal, dan keterbatasan akses terhadap irigasi serta pupuk. Â
Kondisi ini diperparah dengan perubahan iklim yang mengganggu pola tanam. Banjir, kekeringan, dan serangan hama menjadi ancaman nyata bagi hasil pertanian. Ahmad Effendy Noor juga menyoroti pentingnya reformasi di sektor distribusi, karena tingginya biaya logistik membuat harga pangan di pasar domestik kurang kompetitif. Â
Strategi untuk Mewujudkan Swasembada Pangan
Ahmad Effendy Noor menyarankan kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mengatasi tantangan tersebut. Berikut adalah beberapa strategi yang ia usulkan: Â
1. Modernisasi Teknologi Pertanian
Pemerintah perlu mempercepat adopsi teknologi pertanian modern, seperti drone untuk pemantauan lahan, sistem irigasi pintar, dan mekanisasi alat pertanian. Program pelatihan bagi petani harus diperluas untuk memastikan teknologi ini dapat digunakan secara efektif. Â
2. Peningkatan Riset dan Inovasi