Senin, 27 November 2023 13.00 WIB
YOGYAKARTA-Kampung Tionghoa yang tak jauh dari Malioboro, Yogyakarta. adalah sebuah pemungkiman yang kaya akan sejarah, kebudayaan, dan warisan tradisional. Kampung Ketandan salah satu pemukiman lawas yang ada sejak abad 19 atau sekitar 200 tahun yang lalu. Ketandan sendiri berasal dari kata Tondo yang merupakan ungkapan bagi pejabat penarik pajak atau Pejabat Tondo yang oleh Sultan diberi wewenang langsung kepada Etnis Cina.Â
Dalam berdirinya Kampung Ketandan tidak lepas dari keberadaan Etnis Tionghoa sebagai salah satu penggerak perekonomian di Yogyakarta. Melangkah ke dalam kampung ini seolah membawa kita kembali ke masa lampau, dimana jejak-jejak masa lalu masih terasa kuat. Sebagai pemugkiman bagi warga Tionghoa, maka tidak heran jika suasana budaya Tionghoa begitu kental di kawasan tersebut.
Daerah ini dipenuhi oleh toko dan ruko walaupun tidak semuanya bernuansa arsitektur Tionghoa, Menjelang Hari Raya Imlek rumah warga di Kampung Ketandan dihiasi oleh lampion meski tidak merata disetiap rumah. Setiap menyambut tahun baru imlek, di kampung Ketandan juga selalu diadakan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta atau PBTY. Di Jogja ini beberapakali ada acara di Kampung Ketandan untuk memperingati suatu acara yang berhubungan dengan budaya china nya. Dan di Jogja sendiri ada paguyuban suku Thionghoa dimana sering berkolaborasi dengan penduduk setempat untuk mengadakan berbagai acara.
Kampung ketandan selalu ramai dikunjungi banyak orang bahkan sudah menjadi tempat wisata unik di Yogyakarta selain Malioboro. "Menyusuri kawasan Kampung Ketandan ibarat mencari dan menemukan sesuatu yang berbeda saat melancong di Malioboro, Yogyakarta. Bukan rumah adat Jawa terkhusus Jawa Yogyakarta. Justru deretan bangunan bernuansa Tionghoa yang tampak di sana-sini. Maklumlah. Kampung bersejarah ini memang merupakan pecinan," ujar salah satu pengunjung.Â
Kampung Ketandan sendiri di bagi menjadi dua wilayah. Yang pertama dapat diakses melalui jalur utama yaitu melalui jalan Malioboro yang berada di sisi barat malioboro. Pada jalur kedua untuk menuju kawasan ini dapat di akses malalui Jalan Suryatmajan. Pada jalur sirkulasi ini memiliki jalur satu arah yang kemudian pada akses keluar kawasan dapat melalui jalan Ketandan Wetan pada sisi bagian timur lokasi yang bertepatan pula dengan pasar Beringharjo.
Mayoritas wisatawan ketika mendengar nama "Kampung Ketandan Yogyakarta" hal yang terpikir pertama kali adalah arsitektur bangunan di sekitar kawasan yang memiliki keunikan. Berupa arsitektur kuno yang memadukan gaya China, Eropa, dan Jawa. Sebagian besar wisatawa mengunjungi Kampung Ketandan karena ingin menghadiri event-event budaya yang diselenggarakan terutama saat Hari Raya Imlek.Â
Ketandan menjadi salah satu sentra perdagangan yang ada di Yogyakarta. "Area yang kental oriental, kampung ini oleh warganya memang dipelihara dengan baik untuk tetap mempertahankan budaya chinesse nya. Karena ada teman di ketandan, kemarin saya mampir, jalan aja dari malioboro masuk ke gang tersebut. Ramai juga di situ karena banyak yang jualan di pinggir jalan," ujar salah satu pengunjung. Disamping sebagai sentra perdagangan, Ketandan menyimpan keunikan sejarah etnis Tionghoa yang ada di Yogyakarta sebagai Cultural Heritage yaitu Pecinan.Â
Selain itu Kampung Ketandan juga dilengkapi fasilitas parkir yang memadahi dan cukup untuk setiap toko emas yang dimiliki warga Tionghoa. Kampung Ketandan juga memiliki rumah potehi yang menjadi salah satu ciri khusus untuk kampung ketandan ini. Rumah Potehi berisi wayag potehi yaitu wayang Tionghoa Jawa yang dijaga dan dirawat khusus untuk ditampilkan disemua acara penting yang diadakan di Kampung Ketandan maupun di Yogyakarta.
Disisi lain, identitas Kampung Ketandan sebagai pecinan saat ini perlu diperhatikan secara intensif, hal ini disebabkan oleh perubahan jaman yang menjadi masalah akan tergerusnya identitas tersebut, bahkan jika dibiarkan nilai-nilai yang terkandung didalamnya akan memudar dan menghilang. Masalah ini terlihat dari banyaknya bangunan-bangunan modern yang mulai menjadi pilihan bentuk rumah dan ruko yang ada di Kampung Ketandan. Sehingga diperlukan strategi pengembangan yang dapat mengurangi resiko tergerusnya nilai-nilai budaya pada bangunan-bangunan yang ada di Kampung Ketandan.Â