Mohon tunggu...
Muhammad Zaky Rabbani
Muhammad Zaky Rabbani Mohon Tunggu... -

Mahasiswa Hukum Bisnis Univ. Esa Unggul, Fans Arsenal FC, Victoria Concordia Crescit

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Islam Bukan Arab, Arab Belum Tentu Islam!

18 Mei 2016   10:20 Diperbarui: 18 Mei 2016   10:37 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum abad 7 masehi, keadaan di dunia ini, khusunya negeri Arab digambarkan dengan kejahiliyahan manusia pada tingkat stadium empat. Perzinahan membudaya, perjudian merajalela, arak seperti air mineral, malu mempunyai anak perempuan, yang bahkan jika orang tuanya sampai tingkat ‘kesetanan’, bayi perempuan tersebut dikubur hidup hidup.

Keadaan yang menggelikan tersebut mengharuskan adanya perombakan tatanan sosial untuk kehidupan manusia yang lebih bermoral. Disinilah Islam sebagai agama samawi terakhir turun dengan misi perbaikan akhlak manusia. Yang peruntukkannya bukan untuk Arab semata, tapi manusia seluruh dunia.

Arab sebagai tempat pertama turunnya Islam, ditambah Nabi Muhammad yang juga berasal dari bangsa Arab, menjadikan Arab mempunyai keisitimewaan tersendiri. Terlebih lagi, ekspansi masyarakat Islam Arab saat itu yang pada perjalanannya Islam menguasai seluruh jazirah Arab dan sebagian besar dunia ini.

Implikasi dari hal tersebut ialah ada semacam pandangan bahwa segala sesuatu yang berasal dari Arab adalah Islam. Atau dengan kata lain budaya Arab adalah budaya Islam. Gamis adalah pakaian Islam, gambus adalah alat musik Islam, dan yang cukup menggelitik ketika ada tulisan Arab dianggap sebagai tulisan yang suci, sehingga harus dimuliakan, tidak boleh ditaruh di bawah, yang padahal tulisan tersebut tidak lebih hanya tulisan biasa.

Karena paradigma tersebut terus berkembang, maka kebudayaan Arab dianggap suci dan pelakunya dianggap nyunnahalias mengikuti perbuatan nabi. Pakai gamis itu sunnah, karena nabi memakainya. Padahal yang pakai gamis bukan cuma nabi. Abu Jahal si mafia kelas kakap yang menjabat kepala gangster bangsa Arab juga memakai gamis.

Kalau kita telisik lebih jauh, apa yang dipakai nabi tidak lebih kebudayaan masyarakat Arab yang sudah ada. Sebelum Islam datang, aneka kebudayaan tersebut sudah ada. Islam datang bukan untuk merubah gamis menjadi jas. Tapi merubah akhlak biadab menjadi beradab, yang tadinya taat maksiat menjadi taat ibadat.

Ada sebuah anekdot dari ustadzku tercinta, beliau mengatakan, “Seandainya Islam turun di tanah Jawa, mungkin belangkon akan menjadi sunnah”. Para wali yang turun ke tanah Jawa pun tidak membawa oleh oleh budaya Arab. Mereka membawa gemerlap cahaya Islam yang kemudian berasimilasi dengan kebudayaan setempat. Sunan Kalijaga misalnya, berdakwah dengan wayang dan beliau menciptakan syair lir ilir yang sekarang masih sering terdengar lantunannya.

Seyogyanya yang terjadi itu adalah Islamisasi, yaitu nilai nilai Islam yang menyerap dalam hati sanubari manusia. Bukan Arabisasi yang melekat pada tubuh. Namun sayangnya, masih banyak yang gagal paham masalah ini. Menyamakan Islam dengan Arab, Islamisme is Arabisme. Seolah tidak sempurna shalat jika tidak bergamis. Seolah ‘kurang sholeh’ jika tidak menggunakan kata ana anta dalam percakapan.

Yang perlu direnungi bagi saudaraku seiman seagama senusantara, bahwa perintah Al Quran adalah “Ud khuluu fis silmi kaffah” bukan “Ud Khuluu fil Arabi kaffah”. Dan pernyataan dalam Al Quran adalah Islam rahmatan lil ‘alamin bukan Islam rahmatan lil ‘Arabiyyin...

Sekali lagi, misi nabi bukan mempopuliskan budaya Arab. Justru nabi ingin mereduksi fanatisme suku, golongan dan kelompok. Tidak ada superioritas suatu bangsa terhadap bangsa lain, semua sama di mata Tuhan, yang membedakan adalah individunya, bertaqwa atau tidak.

Mari lestarikan budaya kita sendiri dalam balutan Islam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun