Sejak ditinggal oleh pelatih kondang "Sir Alex Ferguson" (SAF) sejak tahun 2013, Manchester United (MU) entah  kenapa masih belum menemukan performa terbaiknya hingga saat ini. Padahal, pelatih-pelatih terkenal lain sempat menukangi MU untuk beberapa tahun seperti Jose Mourinho, David Moyes dan juga Louis van Gaal. Tapi tetap saja, pada saat itu MU masih belum bisa menjadi tim yang sengeri dan semenyeramkan era SAF.
Menurut saya, performa MU yang tak kunjung membaik ini bukan disebabkan oleh pelatih-pelatihnya. Terbukti, walaupun telah dilatih oleh pelatih bertangan dingin "The Special One" Jose Mourinho, yang telah memenangkan berbagai trofi bergengsi seperti Trofi Liga Champions Eropa bersama FC Porto pada tahun 2004, trofi Liga Primer Inggris 2004--05, 2005--06, dan 2014--15 bersama Chelsea, tetap saja, ketika beliau menukangi MU, mentok-mentok hanya mendapatkan trofi Liga Eropa UEFA (UEL) di tahun 2017. Sisanya? Beliau hanya membawa MU mendapat piala-piala chiki seperti Piala FA dan Piala Kerbau. Hal itu membuat ia dianggap sebagai pelatih "terbaik" MU setelah era SAF. Walaupun, pada akhirnya beliau tetap dipecat di akhir Tahun 2018 setelah MU kalah 1-3 dari Liverpool di Anfield.
Faktor manajemen klub juga dirumorkan menjadi penyebab utama dari keterpurukan klub selama lebih satu dekade. Hal ini terkait dengan pembelian pemain, sturktur kepelatihan tim, pemilik klub dan masih banyak lainnya. Manajemen klub juga sebenarnya adalah  yang mengatur segala keputusan utama klub selain pelatih dan pemilik saham. Â
Salah satu contohnya adalah dalam hal ini adalah tentang keputusan pembelian pemain. Setelah SAF pensiun, banyak keputusan transfer yang sering dipertanyakan oleh para fans. Pemain-pemain yang dibeli sering kali bukanlah pemain yang dibutuhkan tim. Beberapa di antaranya memiliki reputasi besar dengan harga transfer yang tinggi, namun  performa di lapangan justru tidak sesuai dengan ekspekasi fans. Seperti pembelian Angel Di Maria, Alexis Sanchez, hingga Paul Pogba, yang walaupun memiliki potensi besar, tetapsaja  tidak mampu memberikan dampak yang signifikan dan konsisten pada tim.
Selain itu, pemilik klub, keluarga Glazer, juga kerap mendapat kritik tajam dari para penggemar MU. Kebijakan bisnis mereka dianggap lebih mementingkan keuntungan finansial dibandingkan prestasi tim di lapangan. Kepemimpinan Glazer dinilai tidak memiliki visi sepak bola yang jelas, dan lebih fokus pada peningkatan nilai komersial klub. Ketidakpuasan terhadap Glazer terlihat dari beberapa protes besar yang dilakukan oleh penggemar MU, termasuk invasi lapangan pada tahun 2021 yang menyebabkan pertandingan melawan Liverpool saat itu sempat ditunda.
Di sisi lain, yang mungkin menjadi sebab keterpurukan MU adalah memang bukan dari pelatihnya akan tetapi adalah dari inkonsistensi penunjukan pelatih MU itu sendiri. Pergantian pelatih yang sering terjadi menandakan kurangnya stabilitas di dalam klub. Setiap pelatih yang datang biasanya akan membawa gaya dan filosofi yang berbeda-beda juga, dan hal ini menyebabkan para pemain harus terus-menerus beradaptasi dengan sistem baru. Kondisi ini tentu membuat MU tidak pernah benar-benar memiliki identitas permainan yang jelas dibandingkan ketika era SAF yang lebih fluktuatif permainannya dan lebih jelas strateginya.
Selain itu, struktur kepelatihan tim juga menjadi sorotan. Sir Alex Ferguson memiliki tim kepelatihan yang solid dan konsisten selama bertahun-tahun. Namun, setelah kepergiannya, MU tampak kesulitan menemukan kombinasi pelatih dan staf yang bisa bekerja dengan sinergi yang sama baiknya. Koordinasi yang buruk di antara staf kepelatihan, ditambah dengan kebijakan transfer yang tidak tepat, membuat MU kehilangan kemampuan untuk bersaing di level tertinggi.
Dengan demikian, faktor-faktor seperti manajemen yang kurang solid, kebijakan transfer yang salah, kepemimpinan yang lebih berorientasi pada bisnis daripada prestasi, serta ketidakstabilan dalam struktur kepelatihan bisa jadi adalah beberapa penyebab utama mengapa Manchester United belum menemukan performa terbaiknya sejak ditinggal SAF.Â
Tampaknya MU masih akan kesulitan untuk kembali mendominasi sepak bola Inggris dan Eropa seperti dulu sampai manajemen klub mampu memperbaiki strategi mereka baik dalam hal transfer, kepelatihan, maupun untuk visi jangka panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H