Mohon tunggu...
Zaky Burhan
Zaky Burhan Mohon Tunggu... -

Ashphothograte

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Roro Jonggrang dan Candi Prambanan

14 Mei 2015   22:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Alkisah pada zaman dahulu kala, ada seorang raja yang bernama Prabu Baka yang bertahta di Prambanan. Ia seseorang yang menakutkan dan memiliki kesaktian yang tinggi. Wilayah kekuasaannya sangat luas. Kerajaan-kerajaan kecil di sekitar wilayahnya semua takluk dibawah kekuasaanya. Meskipun seorang raksasa, Prabu Baka mempunyai seorang putri cantik yang berwujud manusia bernama Roro Jonggrang. Prabu Baka sangat menyayangi putri tunggalnya itu. Sebagai wujud kasih sayangnya kepada putrinya, ia mewariskan seluruh kesaktian dan kepandaian yang dimilikinya. Maka jadilah Roro Jonggrang seorang putri yang cantik jelita dan sakti mandraguna.

Sementara itu di tempat lain, tersebutlah kerajaan yang tak kalah besarnya dengan Prambanan, yakni Kerajaan Pengging. Kerajaan itu memiliki seseorang kesatria yang sakti bernama Bondowoso. Kesaktian Bondowoso terletak pada senjatanya yang bernama Bandung. Selain itu, Bondowoso juga mempunyai balatentara berupa makhluk-makhluk halus. Jika membutuhkan bantuan, Bondowoso mampu mendatangkan makhluk-makhluk halus tersebut dalam waktu sekejap.

Suatu ketika, Raja Pengging bermaksud memperluas wilayah kekuasaanya. Ia pun memerintahkan Bondowoso dan pasukanya untuk menyerang Prambanan.

“Hai, Bondowoso! Siapkan pasukanmu untuk pergi menyerang Prambanan!” perintah Raja Pengging.

“Baik, Gusti! Perintah segera hamba laksanakan!” jawab Bondowoso sambil memberi hormat.

Keesokan harinya, berangkatlah Bondowoso bersama pasukannya ke Prambanan. Setibanya di Prambanan, mereka langsung menyerbu masuk ke dalam istana. Prabu Baka pun tidak tinggal diam. Ia segera memerintahkan untuk menahan serangan pasukan Bondowoso yang dating secara tiba-tiba. Pertempuran sengit pun tak terelakkan lagi. Namun karena pasukan Prabu BAka kurang persiapan dalam pertempuran itu, akhirnya pasukan bondowoso berhasil menaklukkan mereka. Prabu Baka sendiri tewas menjadi korban Bandung milik Bondowoso. Semenjaka itu, Bondowoso pun dikenal dengan nama Bandung Bondowoso.

Setelah Bandung Bondowoso dan pasukannya memenangkan pertempuran itu, Raja Pengging pun mengamanatkan Bandung Bondowoso untuk menempati istana Prambanan.

“Wahai Bandung Bondowoso! Sebagai ucapan terima kasihku atas keberhasilanmu mengalahkan Prabu Baka, aku memberimu amanat untuk mengurus Kerajaan Prambanan dan segala isinya, temasuk keluarga Prabu Baka,” kata Raja Pengging.

“Terima kasih, Gusti! Hamba berjanji untuk menjaga amanat Gusti,” jawab Bandung Bondowoso.

Setelah itu, Bandung Bondowoso pun segera menempati istana Prambanan. Pada saat hari pertama menempati istana Prambanan, ia langsung terpesona melihat kecantikan Roro Jonggrang dan berniat untuk menjadikannya sebagai permaisuri.

Pada suatu hari, Bandung Bondowoso menyatakan keseriusannya kepada Roro Jonggrang.

“Wahai putri Roro Jonggrang! Bersediakah engkau menjadi permaisuriku?” tanya Bandung Bondowoso.

Roro Jonggrang tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ia hanya terdiam dan kebingungan. Sebenarnya, ia amat membenci Bandung Bondowoso karena telah membunuh ayahnya. Namun, ia takut menolak lamaranya karena bagaimana pun juga ia tidak akan sanggup mengalahkan kesaktian Bondowoso. Setelah berpikir sejenak, Roro Jonggrang pun menemukan satu cara untuk menolak lamaran itu dengan cara yang halus.

“Baiklah, Bandung Bondowoso! Aku bersedia menerima lamaranmu, tapi kamu harus memenuhi satu syaratku,” jawab Roro Jonggrang.

“Apa syaratmu itu, Roro Jonggrang?” tanya Bandung Bondowoso.

“Buatkan aku seribu candi dan dua buah sumur dalam waktu semalam,” jawab Roro Jonggrang.

Tanpa berpikir panjang, Bandung Bondowoso pun menyanggupinya, karena ia yakin mampu memenuhi syarat itu dengan bantuan balatentaranya. Pada malam harinya, Bandung Bondowoso mengundang makhluk astral yang tidak lain adalah balatentaranya. Dalam waktu sekejap, pasukannya pun datang dan segera membangun candi dan sumur sebagaimana permintaan Roro Jonggrang. Mereka bekerja dengan cepat. Pada dua pertiga malam, mereka hampir menyelesaikan seribu candi. Hanya tinggal tiga buah candi dan sebuah sumur yang belum mereka selesaikan.

Roro Jonggarang yang turut menyaksikan pembuatan candi itu mulai khawatir. Ia pun segera memberitahukan hal itu kepada salah satu dayang kepercayaanya.

“Dayang! Pembangunan seribu candi dan penggalian dua buah sumur tersebut hampir selesai. Apa yang harus kita lakukan?” tanya Roro Jonggrang kepada dayang itu.

“Tenanglah, Gusti! Pasti ada jalan keluarnya,” hibur dayang itu.

Roro Jonggrang kambali berpikir keras dan ia pun menemukan jalan keluarnya. Ia akan membuat suasana menjadi seperti pagi, sehingga para makhluk halus tersebut menghentikan pekerjaannya sebelum menyelesaikan seribu candi.

“Dayang! Segera bangunkan teman-temanmu! Suruh mereka membakar jerami dan menumbuk padi di lesung!” perintah Roro Jonggrang.

“Baik, Gusti!” jawab dayang itu seraya bergegas masuk ke dalam istana membangunkan dayang-dayang lainnya.

Dayang-dayang pun bangun dan segera melaksanakan perintah Roro Jonggrang. Tak berapa lama, tampaklah cahaya kemerah-merahan dari arah timur akibat dari pemakaman jeramih. Suara lesung pun terdengar bertalu-talu. Bau harum bunga-bungaan mulai tercium. Beberapa saat kemudian, suara ayam jantan berkokok mulai terdengar. Para balatentara Bandung Bondowoso pun segera menghentikan pekerjannya, karena mengirahari sudah pagi. Mereka pegi meninggalkan tempat pembuatan candi tersebut, padahal kurang sebuah candi lagi yang belum mereka selesaikan. Batu-batu berukuran besar berserakan.

Melihat pasukannya kembali ke alamnya, Bandung Bondowoso berteriak dengan suara keras.

“Teman-teman, kembalilah! Hari belum pagi. Genapkan menjadi seribu. Hanya tingal satu candi lagi!” teriak Bandung Bondowoso.

Para makhluk halus tersebut tidak menghiraukan teriakanya. Akhirnya, Bandung Bondowoso berniat meneruskan pembangunan candi itu untuk menggenapi seribu candi. Namun belum selesai candi itu ia buat, pagi sudah menjelang. Ia pun gagal memenuhi permintaan Roro Jonggrang. Mengetahui kegagalan Bondowoso tersebut, Roro Jonggrang segera menemuinya di tempat pembuatan candi tersebut.

“Bagaimana Bandung Bondowoso? Apakah candiku sudah selesai?” tanya Roro Jonggrang sambil menyeringai.

Betapa marahnya Bandung Bondowoso melihat sikap Roro Jonggrang itu. Apalagi setelah ia mengetahui bahwa Roro Jonggranglah yang telah menggagalkan usahanya. Ia pun melampiaskan kemarahanya dengan mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu.

“Roro Jonggrang! Kamu telah menggagalkan usahaku untuk mewujudkan seribu candi yang kurang satu lagi. Jadilah kau arca dalam candi yang keseribu!” teriak Bandung Bondowoso dengan amarah yang berkobar.

Berkat kesaktian dan amarah Bandung Bondowoso, seketika itu pula Roro Jonggrang berubah menjadi arca yang sampai saat ini dikenal sebagai Arca Roro Jonggrang yang berada di kompleks Candi Prambanan.

***

Pesan Moral:

Di bumi ini makhluk satu sama lain saling membutuhkan dan memberikan keuntungan masing-masing. Sebaiknya sebagai makhluk sosial kita dapat mengontrol emosi yang ada, dengan menjaga perkataan kita yang kita ucapkan. Dalam segala keadaan (ketika menghadapi ujian/ cobaan, mendapat rezeki) seharusnya kita sebagai makhluk ciptaan, lebih mengutamakan Tuhan Yang Maha Esa.

“ Segala keterbatasan yang ada, seharusnya kita ubah menjadi kelebihan yang tidak dimiliki orang lain ”

-Anonim

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun