Apa tidak ada yang sanggup untuk pengungkapan selain yang disebut bahasa sebagai alat antar bicara? Tentu. Mungkin dengan bahasa hati yang oleh para pujangga di elu-elu kan kehebatannya, namun bukankah tidak semua yang memiliki hati mulia sekalipun dapat mengaktifkannya. Ah, ini hanya argue saya saja.
Lebih dalam akan itu, Thompson & Madigan (2007) mengatakan karena bahasa memang sangat penting dalam menentukan spesies, maka itu pula tidak mengejutkan bahwa area substansial dari cerebral cortex, bagian tertinggi dari otak, dipersembahkan untuk fungsi-fungsi bahasa. Seperti halnya kepribadian dan kecerdasan, terdapat aspek-aspek kompleks manusia yang dipengaruhi bersama-sama oleh gen dan pengalaman. nah, menyangkut kompleksitas bahasa, sepertinya sangat memungkinkan ada banyak gen yang terlibat didalamnya.
Sedikit untuk tahu apa itu gen dimaksud dalam bahasan ini, gen adalah untaian panjang yang terbuat dari empat komponen berbeda, disebut nucleotide. Empat komponen tersebut adalah adenine, thymine, guanine, dan cysotine. Gen “hanya” merupakan untaian panjan dari komponen-komponen ini, yang biasanya terdiri dari ratusan untaian, diatur dalam untaian ganda, untuk selanjutnya untaian ini menentukan sintesa protein, yang merupakan untaian panjang dari asam amino. Sebuah perubahan dalam ratusan necluotide pada gen dapat menyesuaikan atau melemahkan secara nyata dari fungsi gen.
Sehubungan dengan gen bahasa, sebuah guanine nucleotide tunggal pada tempat tertentu digantikan oleh sebuah adenine.kemudian, hal ini menghasilkan sintesa dari protein abnormal (protein normal panjangnya 715 asam amino). Gen FOXp2 normal diperlihatkan secara kuat pada jaringan otak janin dan memainkan peran penting pada perkembangan cerebral cortex (sbg bagian fungsi bahasa).
Noam Chomsky (dalam Thompson dan Madigan, 2007) berargumentasi bahwa terdapat “struktur yang dalam” pada bahasa yang universal dan bersifat bawaan. Bahasa harus dikembangkan dalam suatu cara tertentu sesuai dengan program genetis yang mengendalikan perkembangan otak. Maka, penemuan gen FOXp2 ini tentunya memberikan keepercayaan pada pandangan ini.
sumber: Thompson & madigan (Memory: The key to consciousness)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H