Mohon tunggu...
Zakiyatul Muti'ah
Zakiyatul Muti'ah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

sejarahkan kisah saja..

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Logika; Ilmunya Berfikir

29 November 2014   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan sekarang ini penuh basa basi. Kata-kata terlontar cuma berstatus spekulasi kosong, perpanjangan argumentasi, bahkan tidak jelas apa maunya. Ya, seperti tuntutan semua oang zaman sekarang, “pakailah logika”, “berfikirlah pakai logika” dan bla bla bla logika lainnya seolah logika itu sesuatu yang masuk akal, rasional, dan tidak memiliki unsur aneh sedikitpun yang tidak dapat di nalar.

Bagaimana lagi,. Terdapat referensi bahwa logika adalah ilmunya berfikir pada manusia. Bahwa bagaimana seseorang berfikir, jika hal yang sama untuk di adukan pada seseorang lain dalam proses berfikirnya, maka tentulah terdapat perbedaan pada kesimpulan. Satu logis, lainnya belum tentu.

Logika sendiri berasal dari bahasa Yunani, “Logos”. Logos memiliki arti “Aku berkata”. berarti sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, atau ungkapan lewat bahasa. Jadi, logika adalahsuatu hasil pemikiran dengan adanya pertimbangan menggunakan akal secara rasio (masuk akal) yang kemudian diutara lewat kata-kata sebagai jalinan bahasa dalam berkomunikasi.

Dapat diartikan sederhana, bahwa logika adalah ilmu mengenai bagaimana caranya mengutarakan maksud pembicaraan kita dalam berargumen. Dapat pula di jangkau dengan pengertian; sebah metode (tatacara) dalam berpikir, yaitu kita mencoba menyampaikan hasil fikiran kita apakah sudah tepat dan sesuai atau belum dengan tajuk yang ada sebagai dasar timbulnya pertanyaan-pertanyaan. Mengenai apakah semua manusia dapat berfikir secara logis, selama memiliki akal sehat dan waras dalam artian menerima dan mengambil simpulan fikiran hingga penyampaian, tentu saja, ya! Namun sebenarnya ada yang lebih tinggi dari itu, yaitu hati..

Tidak dapat menyalahkan apakah yang tidak logis atau secara logika itu selalu benar, karna kenyataannya terlalu banyak hal yang tidak sampai pada garis ke”logis”an sebagai makhluk yang terbatas seperti manusia. Namun yang dapat diterima adalah, bahwa apapun itu, jika sesuai akal (kemudahan diterimanya pengertian; pemahaman), nalar, dan dapat dibuktikan dengan contoh-contoh sederhana kehidupan sekitar, tentulah tidak ada yang menolak bahwa logika adalah benar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun