Mohon tunggu...
Zaky Azzam Mubarok
Zaky Azzam Mubarok Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Hai, saya adalah orang yang hobi berkendara

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Nol Emisi 2030 di Indonesia Tak Lagi Sekedar Omongan

25 Juni 2024   21:36 Diperbarui: 25 Juni 2024   21:59 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Net Zero Emission (NZE) atau nol emisi karbon memiliki arti dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer seimbang dengan jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Agar bisa mencapai hal tersebut, dibutuhkan sebuah transisi dari sistem energi yang digunakan sekarang ke sistem energi terbarukan yang bersih. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam tata pelaksanaannya adalah mengurangi jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu, atau lebih sering dikenal dengan jejak karbon. Jejak karbon yang kita hasilkan akan memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan kita di bumi. NZE adalah sebuah tujuan yang perlu diterapkan agar mengurangi dampak dari Climate Change.

Climate Change dapat didefinisikan sebagai perubahan iklim, ini adalah salah satu isu global yang sangat ramai diperbincangkan. PBB menafsirkan bahwa perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang. Sejak periode 1800-an, aktivitas manusia telah menjadi faktor utama terjadinya perubahan iklim, terutama pada penggunaan bahan bakar fosil (seperti batubara, minyak bumi, dan gas) untuk menjalankan aktifitasnya. Yang mana hal itu menghasilkan gas yang memerangkap panas di atmosfer bumi. Tentunya hal tersebut memiliki dampak serta resiko yang cukup serius dan berbahaya bagi lingkungan seperti pemanasan global, kekeringan dan berkurangnya sumber air bersih, timbul cuaca ekstrim dan bencana alam, perubahan produksi rantai makanan, dan berbagai kerusakan alam lainnya.

Menurut basis data yang tercantum pada The Emissions Database for Global Atmospheric Research (EDGAR), Indonesia berada pada tingkat ketujuh dari sebelas negara penghasil emisi Gas Rumah Kaca (GRK) terbesar di dunia pada tahun 2022. Enam teratas lainnya  penghasil emisi GRK terbesar di dunia antara lain Tiongkok, Amerika Serikat, UE 27, Rusia, dan Brasil. Menurut EDGAR, Indonesia mengeluarkan emisi tersebut bersumber dari penggunaan kendaraan bermotor, penggunaan listrik, limbah industri, deforestasi, limbah peternakan dan pertanian, dan sisa makanan, serta perubahan lahan dan pembakaran bahan bakar fosil. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat luas tutupan hutan Indonesia telah berkurang 956.258 hektar yang berada di Kalimantan, Papua, dan Sumatra dalam kurun 2017-2021 setara 0,5% dari total luas daratan Indonesia. Batu bara, minyak bumi, dan gas alam adalah sumber bahan bakar bagi sektor industri, transportasi, maupun energi yang dimana emisi terbesar bersumber dari barang-barang tersebut.

Semua data ini telah menjelaskan secara rinci sebuah kondisi alam di dunia yang saat ini sedang terjadi. Dibutuhkan kesadaran masyarakat dunia khususnya kita semua untuk menanggulangi masalah ini. Semua kalangan dari berbagai bidang dan sektor perlu sadar untuk mulai memperhatikan kondisi tempat yang kita tinggali ini tidak bisa bertahan begitu lama dengan aktivitas destruktif yang kita lakukan. Untuk mencapai target NZE diperlukan kontribusi dari berbagai pihak baik itu individu, organisasi, perusahaan, dan pemerintah, untuk saling bekerja sama. Terdapat beberapa solusi dan strategi untuk dapat berkontribusi bagi tiap pihak, yaitu:

  1. Untuk tiap individu dapat melakukan kegiatan yang sederhana namun dapat memberikan dampak yang sangat signifikan, diantaranya adalah menggunakan peralatan hemat energi, mengoptimalkan penggunaan listrik rumah, beralih ke transportasi umum, menanam pohon atau berkebun, memilih produk berkelanjutan, serta menerapkan kegiatan (3M) Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur ulang.

  2. Urgensi dari sektor organisasi juga dapat membantu kelancaran dalam mewujudkan target NZE ini, yang sebagai contoh dapat berkontribusi dalam mengadvokasi kebijakan ramah lingkungan dan meningkatkan kesadaran publik mengenai Climate Change dan NZE, mengembangkan dan melaksanakan proyek penghijauan, konversi energi, manajemen limbah, dan bekerja sama dengan pemerintah, perusahaan, dan komunitas untuk mengimplementasikan inisiatif lingkungan yang efektif dan berkelanjutan, serta  dapat melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap implementasi kebijakan dan praktik lingkungan untuk memastikan keefektifannya.

  3. Bagi perusahaan dapat menerapkan beberapa kegiatan yang dapat menekan timbulnya emisi, sebagai contoh  adalah pengurangan emisi dengan bekerja sama dengan pemasok untuk mengurangi emisi, menerapkan praktik efisiensi energi dalam kegiatan operasional, mengadopsi energi terbarukan seperti tenaga surya, air, atau angin untuk kegiatan operasional, dan menggunakan transportasi hingga logistik yang ramah lingkungan , serta mengembangkan produk yang efisien dalam penggunaan bahan baku, mudah didaur ulang, dan berkelanjutan.

  4. Pada sektor pemerintahan juga tidak kalah penting dalam mewujudkan target NZE ini, pemerintah dapat berperan penting dalam aspek hukum yang ada serta dukungan yang dapat membantu penerapan solusi dan strategi pada semua kalangan, sebagai contoh mengeluarkan regulasi yang mendukung penggunaan energi terbarukan seperti memberikan insentif pajak untuk energi terbarukan, berinvestasi dengan membangun infrastruktur pendukung dalam penggunaan produk ramah lingkungan, mendukung penelitian dan pengembangan teknologi hijau yang dapat mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi energi, serta memberikan edukasi dan kesadaran pada publik tentang pentingnya Net Zero Emissions melalui kampanye dan pelatihan.

Begitulah beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mencapai target Net Zero Emissions. Tujuan dapat tercapai jika kita semua memiliki kesadaran dan mau bekerja sama satu sama lain. dibarengi semangat positif dan dukungan semua pihak, hal yang tidak mungkin akan menjadi mungkin terjadi. Jika bukan kita yang menjaga alam ini, siapa lagi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun