Harun Ar-rasyid adalah salah satu pemimpin terbaik dalam Islam, begitu juga pada zamannya. Bagaimana tidak, pada masa pemerintahanya Baghdad menjadi salah satu pusat pengetahuna dunia. Era pemerintahannya dikenal sebagai "The Golden Age of Islam". Beliau juga raja paling agung pada zaman itu, bagaimana tidak, beliau biasa melaksanakan haji setahun dan berperang setahun. Sekalipun sebagai khalifah, beliau tidak pernah lupa menunaikan sholat, terhitung bisa sampai seratus rakaat perhari.
Masa pemerintahan tidak akan pernah luput dari praktek politik. Diplomasi adalah salah satu praktek politik yang sangat erat kaitannya dengan pemerintahan, begitu juga pada zaman Harun Ar-rasyid. Dalam prakteknya, Harun Ar-rasyid lebih condong pada diplomasi yang bersifat kerjasama militer.
Terbukti pada saat beliau menjalin kerjasama dengan raja Charlemagne dengan kaumnya Frank. Hubungan diplomatik ini memiliki tujuan dan kepentingan masing-masing. Charlemagne menjalin kerjasama dengan Harun untuk menghadapi Byzantium. Sedangkan Harun memanfaatkan hal tersebut untuk melawan Spanyol. Â Kedekatan hubungan ini ditandai dengan pertukaran duta besar dan hadiah berupa gajah, pakaian, dan rempah-rempah.
Melihat dari praktek hubungan internasional Harun, bisa disimpulkan bahwasanya kerja sama sangat menitikberatkan kepentingan perang, atau dengan kata lain kerjasama militer. Adanya kesamaan antara praktek diplomasi Harun dengan praktek diplomasi antara Inggris dan Amerika. Kita ketahui bersama, bahwasanya kedua negara tersebut adalah negara yang sangat berpengaruh di dunia internasional.
Kerjasama mereka dalam hal militer sudah bukan hal yang asing lagi, sebagai contoh pada masa perang dunia dan perang dingin, Inggris lah yang paling banyak banyak memasok militer untuk membantu Amerika. Hingga saat ini, kerjasama militer antara kedua negara adidaya ini masih bisa terbilang kuat.
Kerjasama militer adalah suatu pratek diplomatik yang sangat ramai kita perbincangkan dan tonton saat ini. Bukan hanya Amerika dan Inggris, bahkan hampir semua negara menjalin kerjasama militer. Kerjasama ini diperuntukkan sebagai penjaga ketahanan dan keamanan negara, khususnya pada batas teritorial negara.
Pemerintahan Harun sebagai khalifah kelima Bani Abbasiyah dianggap sebagai The Golden Age of Islam pada saat itu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Harun sangat baik dalam memimpin pemerintahannya secara internal dan eksternal, sehingga menimbulkan banyak ilmuwan yang ingin mengkaji serta meneliti terkait bagaimana metode Harun dalam memerintah dan sistem apa yang dia pakai kala memerintah, serta dalam bagian ini yaitu tentang gaya diplomasi apa yang dia gunakan pada masa jabatannya.
Harun mendapatkan jabatannya sebagai Khalifah melalui garis keturunannya. Jika Harun tidak mengubah lembaga-lembaga yang ada dalam pemerintahan sebelumnya, dan dapat menyesuaikan kebijakan barunya dengan kondisi yang ada, itu telah dinilai cukup dalam memerintah sebuah pemerintahan warisan.Â
Tentunya Harun tidak saja mendapat keberuntungan dari posisinya tersebut, secara personal juga Harun merupakan contoh yang baik bagi rakyatnya. Tidak banyak literatur yang menjelaskan tentang gaya diplomasi apa yang digunakan oleh Harun, tetapi secara internal Harun menggunakan Diplomasi Demokratis, dimana dia menetapkan menteri. Secara eksternal, Harun selalu menjaga perdamaian dengan wilayah-wilayah tetangga, dimana kategori ini masuk dalam kaitan Diplomasi Preventif.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H