Mohon tunggu...
Zakky Fahrizal Hilmi
Zakky Fahrizal Hilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

pencegahan seks bebas pada kalangan mahasiswa

24 Desember 2024   15:29 Diperbarui: 24 Desember 2024   15:31 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Masa remaja adalah masa transisi, meskipun seseorang telah meninggalkan tahap masa kanak-kanak, dimana masa ini masih dalam kondisi selalu dibantu dan merupakan masa bergantung dengan orang yang lebih dewasa, mereka belum dapat memasuki fase lebih kuat dan bertanggung jawab baik bagi individu maupun masyarakat sekitarnya. Masa remaja meningkat seiring dengan kemajuan masyarakat karena remaja harus mampu untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat yang lebih luas dan masyarakat yang lebih menuntut. Perkembangan emosi remaja menunjukkan kepekaan dan reaktivitas terhadap konteks atau kejadian sosial yang berbeda. Karena gangguan ini, remaja tidak dapat mengendalikan perilaku mereka sendiri, yang membuat mereka terkadang bertindak berdasarkan kepentingan pribadi tanpa mempertimbangkan dampaknya. Perilaku seksual pranikah remaja dapat meningkat jika dorongan seksual remaja menjadi sangat kuat (Hurlock, 2008).

Pada masa remaja, terjadi tahap perkembangan yang ditandai oleh perubahan signifikan baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Pada tahap ini, alat reproduksi mulai berfungsi, libido tumbuh, emosi cenderung labil, dan pemikiran kritis mulai berkembang. Selain itu, remaja mulai tertarik pada lawan jenis dengan berbagai bentuk perilaku seksual, seperti berpegangan tangan, bercumbu, hingga hubungan seksual di luar nikah (Setya, 2019). Dalam konteks mahasiswa, terutama yang jauh dari keluarga, rasa ingin tahu terhadap seksualitas semakin besar karena minimnya pengawasan dan mudahnya akses informasi atau sarana di lingkungan sekitar. Pendidikan agama yang kurang dan pencarian jati diri juga dapat memperparah risiko perilaku seks bebas pada usia ini (Wiradimadja, 2020).

Perilaku seks bebas di kalangan mahasiswa memiliki risiko serius yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Secara fisik, perilaku ini dapat menyebabkan kehamilan tidak diinginkan (KTD), yang berujung pada praktik aborsi tidak aman, penularan penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS, bahkan kematian (Bertens, 2002; Saifulloh, 2011). Dampak psikologisnya meliputi depresi, rasa bersalah, hingga trauma jangka panjang. Dari sisi akademik, kehamilan dapat menyebabkan mahasiswa terpaksa cuti atau bahkan berhenti kuliah untuk mengurus anaknya. Secara sosial, seks bebas berkontribusi pada stigma negatif yang dapat menghambat kehidupan mahasiswa di masa depan.

Fenomena seks bebas di kalangan mahasiswa telah menjadi masalah serius yang membutuhkan perhatian khusus. Berdasarkan penelitian terbaru, sekitar 63% mahasiswa mengaku pernah terlibat dalam berbagai bentuk aktivitas seksual pranikah (Wiradimadja, 2020). Tingginya angka ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk minimnya pengawasan, pengaruh media sosial dan pornografi, serta tekanan dari lingkungan pertemanan. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan nilai-nilai moral yang seharusnya menjadi landasan dalam mengambil keputusan.

Banyak dari mahasiswa masih sering terjebak dalam perilaku seksual yang bisa berdampak pada beberapa hal. Salah satu faktor yang sering dialami mahasiswa adalah kehamilan. Karena rasa keingintahuan yang besar banyak mahasiswa yang melakukan kegiatan seks  diluar nikah yang mengakibatkan hamil dan memiliki anak pada usia dini. Hubungan seks diluar nikah juga mengakibatkan aib dan mengganggu ketentraman hidup bagi seseorang terutama mahasiswa.

Untuk mencegah seks bebas, pendidikan seks yang menyeluruh merupakan langkah strategis. Pendidikan ini memberikan pemahaman tentang proses tumbuh kembang remaja, kesehatan reproduksi, serta dampak fisik, psikologis, dan sosial dari perilaku seksual berisiko (Pristiwanti & Pergaulan, 2013; Tari & Tafonao, 2019). Pendidikan seks juga membantu mahasiswa mengidentifikasi konsep yang salah terkait seksualitas, menanamkan nilai moral, dan memperkuat karakter. Dengan pendekatan ini, mahasiswa dapat membuat keputusan yang bertanggung jawab dan melindungi diri dari pengaruh lingkungan negatif, terutama saat jauh dari pengawasan orang tua (Ikhwaningrum & Harsanti, 2020). Selain pendidikan seks, peran keluarga, masyarakat, dan institusi pendidikan sangat penting dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang mahasiswa. Melalui pengawasan yang memadai, penanaman nilai agama, dan pembekalan prinsip moral yang kuat, mahasiswa dapat menghindari perilaku berisiko dan fokus pada pencapaian akademik serta pengembangan diri.

Pendidikan seks bagi mahasiswa merupakan sebuah langkah penting untuk mencegah adanya perilaku seks bebas dan membekali mereka dengan pemahaman yang komprehensif tentang kesehatan reproduksi, dampak psikologis, dan konsekuensi sosial dari aktivitas seksual di luar nikah. Masa remaja ditandai oleh perubahan fisik, lingkungan, maupun keingintahuan yang besar dari mahasiswa terhadap seks. Keingintahuan yang tinggi terhadap seksualitas ditambah dengan minimnya pengawasan orang tua dapat membuat mahasiswa terjerumus ke dalam perilaku berisiko yang bisa mempengaruhi masa depan akademik maupun personal. Hal tersebut dapat mengakibatkan praktik aborsi yang tidak aman, penularan HIV/AIDS, bahkan kematian. Secara keseluruhan, pendidikan seks yang komprehensif tidak hanya berfungsi sebagai alat pencegahan, tetapi juga bisa menjadi sarana mahasiswa untuk membangun rasa tanggung jawab terhadap apa yang telah dilakukannya. Mahasiswa juga perlu memperhatikan sisi emosional dan sosial mereka sehingga bisa terhindar dari seks bebas. 

Lantemona, A. C., Waani, F., & Purwanto, A. (2022). Perilaku Hubungan Seks Pranikah (Studi Kasus Pada Mahasiswa Di Kelurahan Bahu). JURNAL ILMIAH SOCIETY, 2(4).  https://sg.docworkspace.com/d/sIESlx9JNzYqRuwY

Ikhwaningrum, D. U., & Harsanti, T. D. (2020). Pendidikan seks bagi Mahasiswa Sebagai upaya penanggulangan perilaku seks BEBAS. Jurnal Praksis Dan Dedikasi Sosial (JPDS), 3. https://sg.docworkspace.com/d/sIAalx9JNlYqRuwY

Kelompok Penugasan :

Fiqy Apria Hendrawan I1B024001
Zakky Fahrizal Hilmi I1B024003
Marsa Al’Jahra I1B024006
Fauzyya Nurul Azmi I1B024007
Nabila Putri Nurheriyati I1B024008
Muhammad Rafif Rahmanto I1B024009

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun