Mohon tunggu...
Zakky Elfatih
Zakky Elfatih Mohon Tunggu... Konsultan - Rationally, empathy, faith

Pedagang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persepsi dalam Opini

19 November 2017   17:20 Diperbarui: 19 November 2017   17:51 952
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Persepsi, persepsi bersumber dari sebuah nalar, pikiran, pemahaman, yang disinkronkan dengan suasana hati, emosi, dari seseorang yang berakhir pada kesimpulan yang menyatakan tentang sesuatu. Persepsi adalah sesuatu hal yang menempel di dalam nalar dan hati  seseorang, dan tidak berbentuk dan tidak bisa diamati melalui panca indera manapun, pengmanifestasian dari persepsi biasanya dalam bentuk ucapan, opini, atau pendapat yang dilakukan oleh seseorang terhadap sesuatu yang biasanya terkait dengan sebuah kebenaran ataupun kesalahan.

Persepsi tentang kebenaran ataupun kesalahan merupakan sesuatu hal yang relatif, tidak pasti, abstrak, tergantung dari persepsi tiap individu yang menilai. Berbicara tentang persepsi berarti akan berkaitan dengan norma, kaidah, nilai, atau asas yang berada pada suatu entitas sosial dimana seorang individu hidup dan berinteraksi. Persepsi seorang individu dibentuk oleh beberapa komponen tadi.  

Norma, kaidah, nilai, atau asas yang berada pada suatu entitas sosial bersumber dari kebiasaan, yang dipengaruhi oleh agama, adat istiadat, ataupun gaya hidup yang dijalankan bertahun-tahun dan diajarkan secara turun-temurun dalam sebuah entitas sosial, oleh karena itu apabila persepsi seseorang mempunyai komposisi yang bersumber atau mendapatkan pengaruh besar dari norma, kaidah, nilai, atau asas tersebut maka sebuah persepsi itu merupakan hal yang sangat prinsipil di hati seseorang, karena melibatkan sesuatu hal yang kompleks yang melibatkan sejarah, perjalanan hidup, dan masukan-masukan yang diterima oleh seorang individu dari kelompok sosialnya.

Dalam pengklasifikasian kelompok sosial, kelompok primer pembentuk karakter seorang manusia berada di lingkungan keluarga, kerabat, dan pertemanan. Keluarga membentuk persepsi seorang individu dengan berpedoman pada sebuah norma, kaidah, nilai, atau asas yang memang sudah disepakati secara turun-temurun. Oleh karena itu persepsi dari setiap individu merupakan hal yang sangat prinsipil bagi setiap orang karena melibatkan kelompok sosial pertama dalam hidupnya, yaitu keluarga.

Kembali pada konteks sebuah persepsi merupakan sesuatu hal yang abstrak, disebut abstrak karena persepsi merupakan sebuah hal yang berada di dalam diri kita yang terjadi melalui sinkronisasi antara pikiran dan hati seseorang. Dimana dalam hal ini pikiran berfungsi sebagai alat untuk menilai suatu hal yang sifatnya rasional, dapat diterima dengan panca indera, nyata, dan konkrit. Sedangkan fungsi hati dalam artian non-biologis berfungsi sebagai alat dalam diri manusia yang fungsinya untuk menilai sesuatu hal yang berkaitan dengan sifat kehalusan, kelembutan, kemanusiaan, dan keempatian. Serta hati juga menjadi sumber sugesti negatif maupun positif bagi seorang individu, proses penilaian dalam hati seseorang itu merupakan sesuatu hal yang rumit, dan bisa berubah-ubah. Didasari hal itulah sebuah persepsi merupakan sebuah hal yang abstrak karena melibatkan aspek hati di dalamnya.

Sinkronisasi antara kedua hal itulah yang membentuk sebuah persepsi seorang individu. Berdasarkan penjabaran tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa sebuah persepsi merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks, rumit, abstrak, dan tidak bisa diamati serta sifatnya relatif alias dapat berubah seiring perkembangan hidup atau jaman. Dengan mengetahui hal ini, kita bisa mendapat sudut pandang baru dalam menilai sebuah opini yang berasal dari persepsi seseorang. Bahwa sebuah opini dari seorang individu bisa dianalisis faktor-faktor pembentuknya dari latar belakang seorang individu tersebut sehingga kita bisa memberikan respon yang tepat dalam menyikapinya. Benar dan salahnya dalam menganalisis tergantung dari seberapa dalam kita mencari tentang faktor-faktor pembentuk opini tersebut.

Karena sesungguhnya kita diciptakan untuk menggunakan akal, pikiran, dan hati kita dalam melakukan setiap perbuatan termasuk menilai tentang suatu hal.

Catatan : ini opini yg didasari persepsi, benar salahnya relatif, namanya juga persepsi hehe

19 November 2017

Zakky Elfatih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun