Mohon tunggu...
Zakky Elfatih
Zakky Elfatih Mohon Tunggu... Konsultan - Rationally, empathy, faith

Pedagang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Opini dan Implikasi Persepsi Publik

28 Oktober 2017   10:49 Diperbarui: 1 November 2017   23:50 1418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Opini merupakan sebuah gagasan dan pendapat yang bebas dikemukan oleh setiap individu yang tak terkecuali, pengungkapan opini dilandasi oleh sebuah rasionalisasi pikiran yang ada di dalam otak seorang manusia berdasarkan sebuah penjelasan dari fenomena yang diamati oleh manusia tersebut melalui sensor indranya, dan di dalam rasionalisasi pikiran tersebut melibatkan aspek internal (ex: suasana hati, empati) maupun eksternal (ex: norma sosial, nilai sosial). 

Oleh karena itu opini yang keluar berdasarkan rasionalisasi pikiran tersebut sifatnya sangat subjektif dan sesuai dengan persepsi tiap individu atau manusia yang mengungkapkan opini tersebut. Berdasarkan anggapan dasar tersebut bisa diasumsikan bahwa sebuah opini itu tidak ada yang bersifat netral, karena sebuah opini didasari oleh landasan berpikir yang bisa dipengaruhi sisi emosional seorang sehingga sifatnya sangat subjektif.

Karena sifatnya yang sangat subjektif tersebut sebuah opini sangatlah debatable, karena sangat debatable itulah sebaiknya sikap yang harus diambil ketika menghadapi suatu perdebatan opini itu harus didasari dengan kejernihan berpikir dan tidak mengedepankan aspek emosi. Karena apa yang sedang diperdebatkan (opini) merupakan sebuah hal yang didasari oleh sisi emosional seseorang dimana kita harus menyortirnya kembali dan memikirkan kembali secara rasional kebenarannya dikaitkan dengan konteks realitas sosial yang ada sehingga dapat mengambil kesimpulan yang objektif terhadap opini tersebut.

Kedangkalan berpikir dalam menganalisa suatu opini dapat berakibat fatal apabila kita salah menganalisa opini tersebut dan menyebarkan opini tersebut dengan pemahaman yang salah, apalagi penyebaran informasi saat ini sangatlah cepat melalui adanya media sosial (Facebook, WhatsApp, etc). 

Penyebaran informasi terkait dengan analisa yang salah terhadap suatu opini bisa menimbulkan interpretasi yang bermacam-macam di ranah publik. Kenapa publik? Karena saat ini perputaran informasi sangatlah cepat melalui fitur media sosial tadi, sehingga dampak yang sangat fatal lainnya adalah persepsi publik yang salah terhadap informasi yang didapat tersebut.

Persepsi publik itu merupakan sesuatu yang relatif dan bisa berubah-ubah tergantung dengan kondisinya, persepsi publik bisa dibentuk dan diubah sesuai dengan fenomena sosial yang terjadi serta opini yang berkembang. Faktor utama pembentuk persepsi publik tentu saja adalah media massa, media massa mempunyai gaya dan karakteristiknya masing-masing dalam menentukan redaksional kata untuk penulisan sebuah artikel berita, dan terkadang penafsiran setiap media massa terhadap sebuah berita tertentu cenderung berbeda, contohnya terhadap berita politik. Perbedaan penafsiran tersebut disesuaikan dengan kepentingan politik kubu yang ada di belakang media massa tersebut. 

Oleh karena itu tidak bisa dipungkiri bahwa media massa di Indonesia pun saat ini juga merupakan sumber informasi untuk publik yang sekaligus digunakan sebagai alat indoktrinasi oleh kubu politik tertentu.

Anggapan itu didasari karena persepsi publik dalam konteks politik merupakan sebuah komoditas yang bisa dimanfaatkan untuk saling menyerang antar kubu politik. Persepsi publik terbentuk dari akumulasi yang berkembang terkait penyebaran sebuah opini yang ada di masyarakat sehingga menyebabkan masyarakat mengasumsikan bahwa opini tersebut memang merupakan sebuah kebenaran walaupun belum tentu tiap individu tersebut berpikir secara kritis terhadap sebuah opini tersebut, ketika hal tersebut terjadi dan sebuah opini yang berkembang tersebut ternyata adalah sesuatu yang salah tanpa diimbangi dengan rasa kekritisan dan rasionalisasi terhadap opini tersebut maka yang muncul adalah sebuah kekacauan pemahaman yang terjadi secara massal dan bisa menyebabkan sebuah kelompok sosial yang dalam hal ini kaitannya adalah negara mengalami ketidakstabilan politik.

Oleh karena itu kita tidak bisa terus-menerus menyalahkan media massa dan memfragmentasikannya sesuai dengan kubu politik mana yang ada di belakangnya, tetapi secara personal kita sebagai rakyat harus mempunyai daya nalar yang kritis dan rasional dalam menganalisa sebuah berita ataupun opini yang berkembang di dalam masyarakat sehingga dalam skala besar tidak menyebabkan kesalahan persepsi publik. Kekritisan berpikir dalam bersikap digunakan terutama dalam hal penggunaan media sosial karena memang sekarang fungsi media sosial seperti Facebook, WhatsApp, Twitter dsb. terkadang bisa menjadi penyebaran sebuah antitesis dari informasi yang disebarkan oleh media-media massa yang formal.

Karena pada dasarnya negara ini merupakan bangsa yang terdiri dari kemajemukan suku, agama, dan golongan-golongan sehingga sangat rentan terhadap terjadinya konflik horizontal, benturan-benturan yang terus terjadi kadang terjadi karena kita kurang mengedepankan akal dan rasionalitas dalam menghadapi masalah sehingga yang terjadi adalah konflik, konflik, dan konflik. Mau sampai kapan bangsa ini sibuk mengurusi masalah konflik ? Oke konflik memang akan selalu ada, tapi terkadang ada konflik besar yang bisa terjadi dikarenakan masalah kecil, oleh karena itu dibutuhkan kedewasaan berpikir dan kedepanan akal dalam menghadapi setiap permasalahan.

Jangan mudah tersulut emosi, apalagi karena sentimen agama, tiap individu sudah punya hak dan teritorialnya masing-masing akan agamanya dan jangan coba untuk memasuki teritorial yang berbeda dari agamamu. Karena agama merupakan suatu hal yang sangat prinsipil bagi tiap individu dan ketika kamu mengganggunya maka pasti akan ada konflik disana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun