Mohon tunggu...
Zakky Abdillah
Zakky Abdillah Mohon Tunggu... Editor - Zakky Abdillah

Masih Awam

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pertanyaan Keramat Saat Lebaran

26 Mei 2020   12:56 Diperbarui: 26 Mei 2020   12:54 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logika dunia saat ini mengarah pada akal rasional untuk semua perilaku manusia bahkan untuk memilih pasangan hidup, sekali seumur hidup, ya memang begitulah zaman kita mbah/pakdhe/budhe/tante, tidak seperti zaman dulu.

Kedua, di era mereka yang kolonial dulu untuk menikah mudah sekali, selain biaya pernikahan yang ditanggung orang tua juga biaya hidup selanjutnya relatif lebih murah. Tapi sebetulnya masa-masa itu yang menimbulkan tingkat kesejahteraan dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang sangat rendah bagi Indonesia. 

Coba saja dibayangkan bagaimana anak-anak/ remaja di usia 9 – 12 tahun sudah memiliki anak (anak-anak punya anak), bagaimana pemenuhan gizi bayi, bagaimana pola asuh anak-anak saat itu, sudah dipastikan lah orang tua dengan tingkat maturitas yang belum matang memiliki pengetahuan yang sangat terbatas untuk hal-hal tersebut. Di kondisi saat ini saja pernikahan dini usia remaja juga memberi kerawanan perceraian yang tinggi.(source) 

Termasuk juga saya hendak mengkritik gerakan yang mengkampanyekan untuk tanpa pacaran dan langsung segera menikah di usia yang sangat muda, bahkan dicontohkan langsung oleh tokoh tersohor di negeri ini yang menikahkan anaknya di usia-usia SMA (dianggapnya menikah di usia puber langsung menyelesaikan masalah, apalagi mengatasnamakan agama tertentu, seolah agama mengajarkan untuk nikah muda, padahal tidak begitu, ingin nanti menulis membahas khusus tentang hal ini). 

Dear kolonial, biarkanlah kami memberikan kontribusi bagi negeri untuk meningkatkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia, demi meninggalkan jejak kelam masa lalu.

Ketiga, berangkat juga dari bangkitnya rasionalitas zaman, kaum milenial di masa kini hendak menyiapkan segalanya secara matang agar ketika membangun keluarga bisa terbangun keluarga yang memiliki ketahanan, seperti konsep rancangan undang-undang ketahanan keluarga yang sering diwacanakan. 

Keluarga yang memiliki ketahanan tentu mampu mendukung pembangunan nasional. Calon generasi penerus bangsa terlahir dari keluarga yang memiliki perencanaan matang. 

Bagaimana keluarga tersebut merencanakan keluarga di masa depan, kapan memiliki anak, bagaimana gizi kehamilan ibu, bagaimana kelahirannya, bagaimana pemenuhan gizi bayi hingga balita, bagaimana pendidikan usia dininya, bagaimana pendidikan dasarnya, pola asuh anak, hingga rencana pendidikan tinggi. 

Di dalam keluarga juga dibangun bagaimana pola interaksi yang baik antara suami, istri, dan anak. Bagaimana pola membangun kerja sama dan penyelesaian konflik. Pembagian pekerjaan rumah (karena keluarga modern tidak selalu menyerahkan semua pekerjaan rumah pada istri saja), pembagian kasih sayang dan pendidikan ke anak, pemenuhan ekonomi (income dari suami saja atau istri juga bekerja), termasuk juga bagaimana kontribusi keluarga itu bagi masyarakat sekitar perlu diperhatikan. Ya begitulah milenials saat ini semua disiapkan secara matang dengan pertimbangan-pertimbangan rasional berdasarkan ilmu terkait.

Jadi, please lah bagi kaum ‘kolonial’, tolong sudahilah perang dingin dengan milenial di setiap lebaran dengan melontarkan pertanyaan menukik dan keramat. Kami sudah jera dengan semua desingan peluru pertanyaanmu. Sebenarnya di dalam pikiran ini ingin menjelaskan dengan gamblang kepadamu sebagai balasan telak kami atas pertanyaan itu, tetapi apa daya, logika zamannya sudah berbeda, dijelaskan pun aku yakin akan sulit memahami. Itulah mengapa kami ketika ditanya “kapan nikah ?”, kami lebih memilih menjawab singkat (jawa : abang-abang lambe), “yaa doain aja mbah/budhe”, “yaa kan lagi korona mbah, gaboleh nikah dulu”, “hari minggu mbah/budhe, tapi belum tahu tanggal berapa”.

 Oke, selamat menikmati pertanyaan keramat dan menukik saat lebaran. Selamat Lebaran...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun