Mohon tunggu...
Zakkiya Zahrotun Nisa
Zakkiya Zahrotun Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kontribusi Farmasi untuk Kesehatan dan Keberlanjutan di Tengah Perubahan Lingkungan

24 Desember 2024   10:42 Diperbarui: 24 Desember 2024   10:44 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Industri farmasi memiliki peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Meski begitu, limbah farmasi yang merusak ekosistem menjadi tantangan besar, terutama di tengah isu perubahan lingkungan yang semakin kompleks. Tulisan ini mengulas peran inovasi dalam proses produksi, distribusi, serta pengelolaan limbah farmasi untuk mengintegrasikan kebutuhan kesehatan masyarakat dengan prinsip keberlanjutan. Melalui penerapan praktik yang ramah lingkungan, sektor farmasi dapat berkontribusi secara signifikan terhadap terciptanya masa depan yang sehat dan berkelanjutan.  

 

Kerusakan lingkungan berdampak buruk pada kesehatan manusia dan ekosistem. Limbah farmasi menjadi masalah karena dapat mencemari lingkungan. Pendekatan "farmasi hijau" dengan bahan baku ramah lingkungan dan inovasi teknologi dapat membantu mengatasi masalah ini. Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan farmasi berkelanjutan dengan dukungan kolaborasi berbagai pihak.

 

Limbah farmasi yang mengandung senyawa aktif bersifat toksik bagi lingkungan. Konsep farmasi hijau bertujuan mengurangi dampaknya melalui bahan baku ramah lingkungan dan teknologi seperti adsorpsi karbon aktif dan bioremediasi untuk menghancurkan senyawa sulit terurai.

 

1. Inovasi dalam Proses Produksi dan Pengelolaan Limbah

Inovasi yang diterapkan dalam sektor farmasi bertujuan untuk mengurangi limbah yang dihasilkan selama produksi. Salah satu pendekatannya adalah dengan menggunakan bahan baku yang ramah lingkungan dan mudah terurai. Selain itu, desain produk yang mempertimbangkan kemampuan biodegradabilitas juga sangat penting. Dalam hal pengelolaan limbah, teknologi seperti adsorpsi karbon aktif, oksidasi lanjutan, dan bioremediasi dapat membantu mengurangi dampak toksik dari PACs. Adsorpsi karbon aktif efektif menyerap senyawa aktif yang terlarut dalam air, sedangkan oksidasi lanjutan menghancurkan senyawa tersebut menjadi bentuk yang lebih aman. Bioremediasi, yang menggunakan mikroorganisme untuk mengurai senyawa berbahaya, juga merupakan solusi yang ramah lingkungan.

 

2. Sinergi Pihak-Pihak Terkait

Untuk mewujudkan farmasi hijau yang berkelanjutan, dibutuhkan sinergi antara pemerintah, industri farmasi, akademisi, dan masyarakat. Pemerintah perlu mengatur regulasi yang mendukung penggunaan teknologi hijau serta mengawasi pengelolaan limbah farmasi dengan ketat. Industri farmasi harus berkomitmen untuk berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan dan menerapkan praktik produksi yang berkelanjutan.

 

3. Potensi Indonesia dalam Farmasi Hijau

Indonesia, dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya, memiliki potensi besar untuk mengembangkan farmasi hijau. Sumber daya alam yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk menciptakan produk farmasi yang lebih ramah lingkungan. 


Kesimpulan

Industri farmasi memiliki peran besar dalam kesehatan masyarakat, namun limbah farmasi menjadi tantangan lingkungan. Pendekatan farmasi hijau, seperti teknologi adsorpsi karbon aktif, oksidasi lanjutan, dan bioremediasi, dapat mengurangi dampak toksik sekaligus mendukung keberlanjutan. Kerjasama antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat diperlukan untuk mendorong adopsi teknologi ramah lingkungan dan penyusunan regulasi pendukung. Indonesia, dengan keanekaragaman hayatinya, memiliki peluang besar untuk mengembangkan farmasi hijau. Penerapan prinsip ini dapat menjadi contoh keberlanjutan di sektor farmasi.



Kata kunci: Ibu Kota Nusantara, teknologi hijau, upaya keberlanjutan, sektor farmasi.

Daftar Pustaka

Rodrguez-Jimnez L., Romero-Martn M., Spruell T., Steley Z., Gmez-Salgado J. Jejak karbon dalam pengaturan layanan kesehatan: tinjauan sistematis. J Adv Nurs. 2023 doi: 10.1111/jan.15671.

Gahbauer A., Gruenberg K., Forrester C., dkk. Perawatan iklim adalah perawatan kesehatan: seruan untuk tindakan kolaboratif di bidang farmasi. J Am Coll Clin Pharm. 2021;4(5):631--638. doi: 10.1002/jac5.1412

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun