Mohon tunggu...
Zakiya Salsabila
Zakiya Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyebab Tingginya Tingkat Kemiskinan di Indonesia dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam

31 Mei 2024   11:31 Diperbarui: 31 Mei 2024   11:31 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tingkat kemiskinan di Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan multifaset. Meskipun ada berbagai upaya yang telah dilakukan untuk menguranginya, angka kemiskinan di Indonesia masih relatif tinggi. Dari sudut pandang ekonomi Islam, beberapa faktor utama dapat diidentifikasi sebagai penyebab rendahnya tingkat kemiskinan, dan salah satu yang paling signifikan adalah maraknya korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Berikut beberapa faktor yang diidentifikasi menjadi penyebab tingginya tingkat kemiskinan di Indonesia :

1. Kurangnya Penerapan Prinsip Zakat dan Wakaf

Dalam ekonomi Islam, zakat dan wakaf merupakan instrumen penting untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan ekonomi. Zakat adalah kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu, yang seharusnya didistribusikan kepada mereka yang berhak, termasuk fakir miskin. Namun, di Indonesia, pengumpulan dan distribusi zakat belum optimal. Banyak potensi zakat yang belum tergali dan disalurkan dengan baik. Demikian pula dengan wakaf, yang jika dikelola secara efisien, dapat menjadi sumber dana berkelanjutan untuk program-program sosial dan pemberdayaan ekonomi. Efektivitas zakat dan wakaf seringkali terhambat oleh masalah transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaannya.

2. Keterbatasan Akses Terhadap Sumber Daya Ekonomi

Ekonomi Islam menekankan hak setiap individu untuk mendapatkan akses yang adil terhadap sumber daya ekonomi. Namun, di Indonesia, banyak masyarakat yang kesulitan mengakses modal, lahan, dan pendidikan yang memadai. Keterbatasan ini menghambat mereka untuk berkembang dan keluar dari lingkaran kemiskinan. Institusi keuangan syariah yang diharapkan dapat mengatasi masalah ini masih belum menjangkau seluruh lapisan masyarakat, terutama mereka yang berada di pedesaan atau daerah terpencil.

3. Korupsi dan Penyelewengan Dana Publik

Korupsi merupakan salah satu hambatan terbesar dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Dari sudut pandang ekonomi Islam, korupsi adalah bentuk kezaliman yang merusak tatanan ekonomi dan sosial. Dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, dan program sosial sering kali disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Penyelewengan dana publik ini mengakibatkan distribusi sumber daya menjadi tidak merata dan banyak masyarakat tetap berada dalam kemiskinan. Korupsi mengurangi efektivitas program-program pemerintah yang dirancang untuk mengurangi kemiskinan, karena anggaran yang seharusnya digunakan untuk rakyat justru hilang di kantong para koruptor.

4. Kurangnya Implementasi Konsep Keadilan Distributif

Ekonomi Islam menekankan pentingnya keadilan distributif, di mana kekayaan tidak boleh terpusat hanya pada segelintir orang. Distribusi yang tidak merata dan adanya ketimpangan yang signifikan adalah salah satu penyebab utama kemiskinan. Di Indonesia, kebijakan ekonomi sering kali belum mampu mengatasi ketimpangan ini. Meskipun ada berbagai program bantuan sosial, tanpa implementasi yang baik dari konsep keadilan distributif, kemiskinan akan tetap sulit diatasi. Korupsi memperburuk situasi ini dengan memperkaya segelintir orang yang sudah kaya dan memperparah ketimpangan ekonomi.

5. Kurangnya Pendidikan dan Pelatihan Berbasis Syariah

Pendidikan adalah kunci utama dalam mengentaskan kemiskinan. Ekonomi Islam mendorong pendidikan yang tidak hanya fokus pada aspek akademis tetapi juga moral dan spiritual. Kurikulum pendidikan di Indonesia, meskipun sudah mulai mengintegrasikan nilai-nilai keislaman, masih perlu lebih ditekankan pada pendidikan dan pelatihan yang berbasis syariah. Hal ini untuk memastikan bahwa generasi muda tidak hanya siap secara teknis, tetapi juga memiliki etika dan moral yang kuat dalam mengelola sumber daya ekonomi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun