Tingginya tingkat hedonisme pelajar saat ini tidak menyurutkan semangat seorang gadis belia ini untuk tetap mengejar ilmu. Semangatnya tetap membumbung tinggi meski godaaan silih berganti. Kesadaran akan pentingnya ilmu membuatnya bertahan dan terus berjuang melawan arus. Lalila Hanifah, gadis kelahiran 22 Novamber 1997 ini telah menorehkan berbagai prestasi ditengah merosotnya semangat belajar para pelajar saat ini.
Gadis yang memiliki banyak hobi ini pernah menjadi salah satu penulis cilik di Kecil-Kecil Punya Karya milik DAR!Mizan. Berawal ketika masih SD ia mendapat tugas untuk menulis sebuah cerita bertema pengalaman, ia pun bercerita tentang peristiwa Gempa Jogja 2006 yang merenggut salah satu anggota keluarganya. Dari tulisan tersebut, Laila disarankan untuk belajar menulis oleh wali kelasnya. Orangtua Laila akhirnya mengikutkan les menulis. Dari sanalah kemampuan menulis Laila terasah. Kemudian ia menulis kumpulan cerpen yang akhirnya dibukukan. Sebelumnya, ia juga sempat menulis cerpen di Majalah Bobo dengan judul Digigit Tikus tahun 2007.
“Motivasi nulis saya adalah karena saya ingin berbagi dengan orang lain, selain itu juga ada tiga amal jariyah yang tidak akan pernah putus pahalanya, salah satunya itu ilmu yang bermanfaat. Kalau nulis, nanti orang lain baca, diserap ilmunya, terus orang lain ngajarin ke yang lainnya, terus kayak gitu biar ilmunya berjalan.” Ujar Laila.
Selain menulis, Laila juga aktif dibidang organisasi. Tergabung dalam organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah atau IPM yang setara dengan OSIS, Laila menjabat di Divisi Bahasa. Berbagai prestasi telah diraih diantaranya lomba pidato bahasa Indonesia, lomba story telling, lomba menulis surat untuk gubernur, lomba cipta baca puisi, lomba menulis cerpen, lomba debat bahasa Inggris, menulis di Harian Jogja dan Taman Pintar.
Tak hanya itu saja, Laila juga menaruh minat yang besar pada bahasa. Terutama bahasa asing. Ia sempat belajar Bahasa Inggris di Kampung Bahasa di Pare, Kediri, Jawa Timur. Meski waktu yang dimiliki saat itu sangat singkat, Laila memanfaatkan momen belajar tersebut dengan baik. Selepas dari Pare, Laila semakin bersemangat dalam belajar bahasa. Ia memanfaatkan waktu luang disela-sela padatnya jadwal sekolah dan asrama dengan belajar bahasa Inggris secara otodidak. Dengan panduan buku dan hobi menulisnya, ia melatih kemampuan bahasanya. Mengusai bahasa asing sangatlah penting, apalagi dalam era globalisasi. kita akan kalah dalam persaingan dunia jika kita tidak mampu menguasai bahasa, tutur Laila.
Dengan bahasa, kita menggenggam dunia. Hal ini Laila buktikan dengan keberangkatannya ke Amerika. Ia mendapatkan berbagai pengalaman berharga yang tidak semua orang dapat memilikinya. Memiliki relasi yang banyak memberikan manfaat dan kemudahan tersendiri bagi Laila.
Ia dapat berangkat ke Amerika berkat salah satu relasinya. Ia diberitahu jika US Departement membuka program belajar ke Amerika selama satu bulan. Kemudian, ia mendaftar di American Corner di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selanjutnya, ia mengikuti seleksi dan lolos ke wawancara. Wawancaranya pun dilakukan dengan bahasa Inggris. Beberapa hari kemudian, lewat email pengumuman hasil seleksi disampaikan dan Laila lolos dalam seleksi tersebut.
Hari yang ditunggu tiba, setelah lebaran Laila berangkat ke Amerika. selama satu bulan, ia mendapat berbagai pengalaman. Ia sempat mengalami diare saat pertama datang. Perbedaan menu makan dan bahasa sempat menjadi kendala. Namun seiring berjalannya waktu, ia mampu beradaptasi dengan baik. Ia mendapat ibu asuh yang baik, teman dari berbagai Negara. Selama disana, ia juga sempat mengunjungi Virginia, Washington DC, White House, Museum Abraham Lincoln.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H