Memasuki musim kemarau, banyak anak-anak desa bermain layangan di sore hari. Mereka bermain layangan di lapangan desa atau di jalanan desa yang sepi dari lalu lintas kendaraan. Musim kemarau memang sangat cocok untuk bermain layang-layang karena kondisi anginnya yang sangat mendukung. Â Saat senja, pemandangan langit tidak hanya dihiasi dengan warna jingga yang elok. Namun juga dihiasi layang-layang berbagai bentuk, bergoyang-goyang sesuai arah angin.
Pada umumnya, bermain layangan hanya dimainkan anak laki-laki. Meskipun tidak ada aturan khusus yang mengaturnya. Konstruksi masyarakat lah yang  memetakan jenis kelamin permainan. Misalnya bermain mobil-mobilan untuk anak laki-laki dan bermain boneka untuk anak perempuan. Padahal, bermain itu yang penting anak merasa aman dan nyaman. Jika anak perempuan bisa dan nyaman bermain layang-layang, maka tidak ada salahnya untuk mencoba.
Pada musim bermain layangan seperti sekarang, anak-anak dapat teralihkan dari gadget dan game online. Anak-anak lebih sibuk membuat pola layang-layang, memainkannya bersama teman, mengejar layangan yang putus (bukan judul film) dan beraktivitas di luar rumah. Teralihkannya anak-anak dari bermain game online akan membuat para orang tua menjadi senang. Bukan hanya soal hemat kuota, namun game online memang mempunyai banyak dampak negatif bagi anak-anak.
Bermain layang-layang juga mempunyai banyak manfaat. Tidak hanya dapat mengalihkan anak-anak dari game online, namun ada manfaat lainnya seperti berikut ini:
1. Â Melatih kekuatan otot kaki
Bermain layangan banyak diisi dengan kegiatan berlari. Mulai dari proses menerbangkan layangan, hingga mengejar layangan yang jatuh/putus. Lari sendiri termasuk salah satu cabang olahraga yang berguna untuk melatih kekuatan otot kaki. Dibanding bermain game online yang berisiko menimbulkan sakit mata, bermain layangan tentu lebih sehat sembari berolahraga.
2. Melatih kreativitas anak
Dalam bermain layangan, anak akan menentukan dan membuat pola layangan sesuai kreativitasnya. Semakin unik bentuk layangan, semakin tinggi kreativitas anak. Bahan untuk membuat layangan juga sangat murah, berkisar 1000-2000 rupiah saja. Untuk membuat kerangka layangan, anak-anak di desa biasanya menggunakan bambu bekas atau kayu bekas bangunan. Jika anak masih kelas 3 SD/MI, maka perlu pendampingan orang tua saat anak menggunakan benda tajam seperti pisau untuk meraut kayu. Â
3. Sarana mendekatkan hubungan bapak dan anak
Membangun kedekatan hubungan antara anak dan bapak sangat lah penting. Kehadiran sosok bapak dalam pengasuhan anak juga dibutuhkan. Salah satu permainan yang dapat merekatkan hubungan bapak dan anak adalah bermain layangan. Misalnya saat menerbangkan layangan bapak dapat bertugas sebagai penarik senar dan anak yang memegang layangan. Saat layangan sudah terbang di langit, bapak dan anak bisa duduk berdua mengamati pergerakan layangan atau pergerakan lawan yang ingin menyerang. Pada momen tersebut, mereka bisa saling mengobrol satu sama lain. Misalnua tentang hal-hal yang menyenangkan dan yang tidak disukai oleh anak di sekolah, tentang buku yang sedang atau yang harus dibaca anak, dan obrolan ringan lainnya yang mengasyikkan.