MALANG – Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang didorong untuk menjadi desa wisata hortikultura. Terlebih, dengan budidaya jeruk di desa tersebut yang hasilnya tak kalah dengan jeruk dari daerah lain.
Mahasiswa KKN Persemakmuran Ex. IAIN Sunan Ampel berkesempatan mengunjungi salah satu kebun milik petani Jeruk di Dusun Banjartengah, Desa Sumbersekar.
Dalam kunjungan ini, Mahasiswa KKN mendapat banyak informasi mengenai sejarah, bahkan cara penanaman buah Jeruk serta kiat-kiat petani dalam menghasilkan buah Jeruk yang berkualitas.
Hal itu disampaikan Kepala Dusun Banjartengah, Desa Sumbersekar, Sabtu (18/07/2023). "Sentra utama jeruk di Kabupaten Malang terletak di Kecamatan Dau. Sebanyak 1.227 hektare lahan tertanam jeruk dengan berbagai varietas lokal di antaranya siam madu, baby pacitan dan keprok batu 55. Bantuan pemerintah mengalir dari tahun ke tahun untuk pengembangan kawasan jeruk dan pemeliharaan jeruk yang sudah ada."
Kecamatan Dau merupakan daerah yang memiliki potensi lokal yang beragam khususnya di Desa Sumbersekar yaitu berupa pertanian. Hal ini dikarenakan daerah ini memiliki lahan yang luas, subur, dan sebagian besar terletak di lereng pegunungan. Dengan keadaan seperti ini, daerah ini sangatlah cocok untuk pengembangan pertanian baik pertanian pangan, perkebunan maupun holtikultura ( buah-buahan dan Sayur-sayuran).
Dengan potensi lahan yang begitu luas, wabup mendorong, agar ke depannya di Desa Sumbersekar dijadikan destinasi wisata petik buah, sehingga bisa menjadi daya tarik wisatawan untuk datang ke desa tersebut.
“Jika di Batu, Malang, ada petik apel. Nanti mungkin di Sumbersekar ini bisa dikembangkan petik jeruk. Sehingga, ada pemasukan lain, selain dari penjualan buah jeruk. Dan di Sumbersekar ini, sudah ada seperti ini (wisata petik buah) tentu bagus,” tuturnya.
Petani jeruk Desa Sumbersekar menuturkan bahwa memilih tanaman jeruk, karena perawatannya mudah dan jangka waktunya panjang.
“Ketika panen raya buah Jeruk dapat mencapai harganya Rp13 ribu hingga 15 ribu per kilogram, hingga harga paling rendah Rp5 ribu, jadi tergantung dengan besar kecil buahnya,” ucapnya.
Dalam merawat tanaman jeruk cukup dengan menggunakan pupuk kandang. Sehingga lebih alami dan hemat. Dia berharap, ke depan ingin tanaman jeruk yang dikembangkan bisa menjadi wisata edukasi dan dapat diversifikasi dengan diolah menjadi bahan pangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H