Mohon tunggu...
Moderasi Info
Moderasi Info Mohon Tunggu... Penulis - Mari bernalar liar memenjarakan fikiran adalah awal mula kemunduran peradaban

Mari bernalar liar memenjarakan fikiran adalah awal mula kemunduran peradaban

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Refleksi Muharram, Perlunya Beragama Secara Inklusif

2 Agustus 2022   09:08 Diperbarui: 2 Agustus 2022   09:16 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: wallpapers.com

Perlu untuk dikenali bersama, jika bulan Muharram merupakan bulan mulia sekaligus menjadi bulan pembuka dalam kalender tahun Hijriah. Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan haram atau asyhurul hurum (bulan yang mulia). Sabtu, 30 Juli 2022 merupakan tanggal yang bertepatan dengan 1 Muharram 1444.

Sebagai umat muslim, sejumlah informasi berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi baik di masa Rasulullah SAW atau bahkan jauh sebelum masa Rasulullah SAW, perlu untuk kita ketahui bersama.

Sebab, milik Bulan Muharram, tak di khususkan kepada Islam di masa Rasulullah SAW hingga saat ini saja. Jauh sebelum itu, peristiwa-peristiwa penting di bulan Muharram, juga di alami nabi-nabi lain terdahulu.

Saat Islam telah memasuki tahun ketiga di masa Umar bin Khattab, terdapat suatu kendala yang dialami pada waktu itu. Pemerintah di zaman Umar bin Khattab merasa kesulitan dalam menandai tugas dan kerjanya. Olehnya, inilah yang menjadi alasan mengapa kalender Islam

Dan berdasarkan hasil dari musyawarah dari para sahabat, Umar kemudian memutuskan dan menetapkan jika awal dari kalender Islam akan di mulai dari tahun hijrahnya Rasulullah. Itulah mengapa kalender Islam disebut sebagai Kalender Hijriyah.

Setelah ditetapkan sebagai kalender hijriyah. Usman bin Affan kemudian mengusulkan Muharram sebagai bulan pembuka atau pertama dalam tahun Hijriyah. Dan memang orang Arab dahulu telah menganggap Muharram sebagai bulan pertama.

Selain daripada itu, tekad hijrah ke Madinah setelah Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II juga merupakan bagian dari alasan Muharram dijadikan sebagai awal bulan dalam kalender Hijriyah. Maka jadilah Muharram sebagai awal bulan pada kalender Hijriyah  dan 1 Muharram di tetapkan sebagai tahun baru Islam 

Terlepas dari masa Rasulullah SAW, sejumlah peristiwa penting yang terjadi di masa sebelum Rasulullah SAW seperti ;

  • Allah SWT menciptakan Nabi Adam di Surga
  • Allah SWT menerima taubat dari Nabi Adam
  • Berlabuhnya kapal Nabi Nuh di Bukit Zuhdi setelah banjir dahsyat
  • Terbelahnya laut merah saat pengejaran Nabi Musa oleh Fir'aun
  • Lahirnya Nabi Ibrahim
  • Selamatnya Nabi Ibrahim dari siksaan api dari Raja Namrud
  • Bebasnya Nabi Yusuf dari penjara Mesir
  • Selamatnya Nabi Yunus dari perut ikan Paus
  • Dikeluarkannya Nabi Yusuf dari sumur setelah saudara-saudara menceburkannya
  • Allah SWT menyembuhkan Nabi Ayyub dari penyakit kulit yang menimpanya
  • Lahirnya Nabi Isa
  • Allah SWT mengembalikan penglihatan Nabi Yaqub
  • Diampuninya dosa Nabi Daud

Bulan Muharram, selalu menjadi bulan yang penuh berkah dan peristiwa baik bagi para manusia pilihan (Nabi) Allah SWT. Baik terselamatkan dari beratnya ujian yang mereka alami atau dilahirkannya di muka bumi.

Begitu juga peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW,  juga terdapat sejumlah peristiwa-peristiwa baik, sekalipun tak terelakkan dalam fakta sejarah jika peristiwa penuh duka menjadi bagian yang mengisi bulan-bulan Muharram. Seperti;

  • Peristiwa Hijrah ke Madinah setelah pada bulan Dzulhijjah terjadi Baiat Aqabah II
  • Muharram ke 7 H, kemenangan kaum Muslimin pada perang Khaibar
  • 1 Muharram 24 H, di makamkannya Umar bin Khattab setelah terbunuh oleh Abu Lu'lu'ah seorang Majusi
  • 10 Muharram 61 H, terjadi musibah besar. Husein cucu Rasulullah terbunuh dalam perang Karbala

Dibalik dari peristiwa-peristiwa itu, suatu bentuk keniscayaan jika bulan Muharram merupakan bulan yang suci dalam Islam. Sebagai muslim, merenungi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram diperlukan, sebagai upaya refleksi dalam menguatkan dan semakin menyadarkan kita dalam memeluk Islam.

Tantangan dan perjuangan kita tentu berbeda dari para pendahulu dalam mempertahankan Islam, saat ini Islam dengan jarak waktu yang panjang hingga saat ini, perlu di jalankan dan dipeluk dengan penuh kedewasaan dan insight yang lebih terbuka atau luas.

Dahulu peristiwa peperangan yang di alami Islam, selain daripada menjaga martabat dan citra Islam, juga di sebabkan agar terjadinya ekspansif pada Islam. Namun, saat ini dalam menjaga martabat dan nama baik Islam tak perlu lagi untuk menghunuskan pedang, cukup dengan sikap dewasa, toleran terhadap sesama maupun tidak seiman serta mengedepankan filantropi atau kesadaran kemanusiaan.

Cendekiawan Muslim Indonesia, Nurcholish Madjid atau akrab dengan sapaan Cak Nur dalam beberapa karyanya memang telah berpesan kepada kita semua, sebagai pelanjut dan pemeluk agama Islam untuk dapat lebih open minded dalam melihat Islam. Cak Nur mengatakan terlepas dari sejumlah perbedaan seragam agama yang ada, hakikat dan dasar agama-agama itu satu dan sama. Kesemuanya akan bertemu pada satu titik temu atau common platfrom. Atau dalam istilah Al-Qur'an di sebut sebagai "kalimatun sawa'".

Cak Nur berupaya untuk memahamkan kita apa yang disebut dengan perumusan faham inklusif.  Bahwa semua kita Suci (Injil, Taurat, Zabur dan Al-Qur'an) adalah pesan-pesan Tuhan. Pesan ini merupakan pesan universal dan kesatuan atas esensial terhadap agama samawi yang mewarisi Abrahamic Religion.

Tidak hanya karena itu, sisi toleran dan inklusif dalam beragama, benarnya memang perlu menurut Cak Nur. Apalagi di Indonesia. Cendekiawan Muslim ini menegaskan, di samping Islam memang mengafirmasi hal demikian, nilai kemajemukan Indonesia, nilai budaya juga merupakan bagian dari perlunya sikap untuk saling bertoleran antar sesama. Baik suku, ras dan Agama. Belum cukup disitu, nilai modernitas menurut Cak Nur, kiranya perlu menjadi sarana atas pendewasaan kita dalam memeluk agama Islam

Oleh karena itu, dengan menyambut Muharram sebagai pembuka awal tahun dalam kalender Islam saat ini dan dengan perlahan menyeruaknya pembawaan muslim seperti itu, ekspansif Islam sangat memungkinkan terjadi, karena yang di tampakkan adalah sisi welas asih dan kasih sayang bukan sifat pembawaan yang eksklusif yang dengan arogan melemahkan atau merendahkan agama-agama lain.

Sifat ini yang perlu di gaungkan, menurunkan ego beragama, tidak menganggap kelompok atau agamanya sebagai agama yang paling dekat dengan surga, yang justru berujung pada meminggirkan yang lain  dan secara tak sadar malah merendahkan agamanya sendiri. Tegasnya, setiap agama porosnya adalah kemanusiaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun