Dibalik dari peristiwa-peristiwa itu, suatu bentuk keniscayaan jika bulan Muharram merupakan bulan yang suci dalam Islam. Sebagai muslim, merenungi peristiwa-peristiwa yang terjadi pada bulan Muharram diperlukan, sebagai upaya refleksi dalam menguatkan dan semakin menyadarkan kita dalam memeluk Islam.
Tantangan dan perjuangan kita tentu berbeda dari para pendahulu dalam mempertahankan Islam, saat ini Islam dengan jarak waktu yang panjang hingga saat ini, perlu di jalankan dan dipeluk dengan penuh kedewasaan dan insight yang lebih terbuka atau luas.
Dahulu peristiwa peperangan yang di alami Islam, selain daripada menjaga martabat dan citra Islam, juga di sebabkan agar terjadinya ekspansif pada Islam. Namun, saat ini dalam menjaga martabat dan nama baik Islam tak perlu lagi untuk menghunuskan pedang, cukup dengan sikap dewasa, toleran terhadap sesama maupun tidak seiman serta mengedepankan filantropi atau kesadaran kemanusiaan.
Cendekiawan Muslim Indonesia, Nurcholish Madjid atau akrab dengan sapaan Cak Nur dalam beberapa karyanya memang telah berpesan kepada kita semua, sebagai pelanjut dan pemeluk agama Islam untuk dapat lebih open minded dalam melihat Islam. Cak Nur mengatakan terlepas dari sejumlah perbedaan seragam agama yang ada, hakikat dan dasar agama-agama itu satu dan sama. Kesemuanya akan bertemu pada satu titik temu atau common platfrom. Atau dalam istilah Al-Qur'an di sebut sebagai "kalimatun sawa'".
Cak Nur berupaya untuk memahamkan kita apa yang disebut dengan perumusan faham inklusif. Â Bahwa semua kita Suci (Injil, Taurat, Zabur dan Al-Qur'an) adalah pesan-pesan Tuhan. Pesan ini merupakan pesan universal dan kesatuan atas esensial terhadap agama samawi yang mewarisi Abrahamic Religion.
Tidak hanya karena itu, sisi toleran dan inklusif dalam beragama, benarnya memang perlu menurut Cak Nur. Apalagi di Indonesia. Cendekiawan Muslim ini menegaskan, di samping Islam memang mengafirmasi hal demikian, nilai kemajemukan Indonesia, nilai budaya juga merupakan bagian dari perlunya sikap untuk saling bertoleran antar sesama. Baik suku, ras dan Agama. Belum cukup disitu, nilai modernitas menurut Cak Nur, kiranya perlu menjadi sarana atas pendewasaan kita dalam memeluk agama Islam
Oleh karena itu, dengan menyambut Muharram sebagai pembuka awal tahun dalam kalender Islam saat ini dan dengan perlahan menyeruaknya pembawaan muslim seperti itu, ekspansif Islam sangat memungkinkan terjadi, karena yang di tampakkan adalah sisi welas asih dan kasih sayang bukan sifat pembawaan yang eksklusif yang dengan arogan melemahkan atau merendahkan agama-agama lain.
Sifat ini yang perlu di gaungkan, menurunkan ego beragama, tidak menganggap kelompok atau agamanya sebagai agama yang paling dekat dengan surga, yang justru berujung pada meminggirkan yang lain  dan secara tak sadar malah merendahkan agamanya sendiri. Tegasnya, setiap agama porosnya adalah kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H