Mohon tunggu...
Zaki Mubarok
Zaki Mubarok Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seseorang mahasiswa ilmu komunikasi di salah satu universitas di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kampanye Digital

29 Desember 2023   15:12 Diperbarui: 29 Desember 2023   15:13 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Melakukan kampanye politik di dunia digital sekarang sudah menjadi hal yang harus dilakukan oleh partai politik maupun kandidat yang mencalonkan. Kampanye di media sosial sudah menjadi tren kampanye politik di Indonesia. Jika tidak melakukan kampanye di media sosial, Anda akan kalah dari pesaing lainnya. Melakukan kampanye di media sosial memiliki beberapa kelebihan yang mendatangkan keuntungan bagi kandidat. Namun, di sisi lain, kampanye di media sosial juga memiliki kekurangan yang bisa memberikan dampak buruk kepada para kandidat bahkan persatuan masyarakat Indonesia.

   Kelebihan Kampanye Politik ke Dunia Digital : 

1. Mudah Menyampaikan Informasi ke Banyak Orang

Akun yang digunakan untuk kampanye pasti akun yang sudah mempunyai banyak followers. Sehingga, satu kali mengunggah sebuah informasi kampanye, postingannya akan tersebar ke seluruh followers. Apalagi jika memakai iklan, banner kampanye akan disebar ke pengguna sesuai dengan target yang dipilih sekalipun bukan followers. Hal yang menguntungkan lainnya jika konten yang diunggah mendapatkan banyak respon karena disukai oleh banyak orang, maka konten tersebut akan menyebar semakin luas dan semakin banyak orang yang dijangkau. Cara ini lebih efektif dibandingkan memasang baliho atau menyebar brosur secara manual.

2. Berinteraksi Secara Real Time

Tren kampanye politik di dunia digital membuat seorang paslon atau kandidat legislatif dapat berinteraksi secara langsung dan real time dengan masyarakat dari seluruh daerah di Indonesia. Jika kampanye konvensional, kebanyakan kandidat hanya mengunjungi beberapa wilayah perkotaan saja. Wilayah ke perkampungan biasa dikunjungi oleh tim sukses. Namun, melalui media sosial, para kandidat bisa berinteraksi langsung dengan ribuan masyarakat, baik melalui tanggapan di kolom komentar atau mengadakan kegiatan diskusi di fitur live dan space. Ucapan yang didengar langsung dan interaksi semacam itu lebih dipercayai dibandingkan hanya diwakili oleh tim sukses, khususnya untuk generasi muda

3. Efektif Mendapat Dukungan dari Generasi Muda

Sejak pemilu 2019, sebuah data mengungkapkan bahwa jumlah pemilih dari generasi muda mencapai 50%. Fakta ini membuat kandidat berlomba-lomba untuk mendapatkan dukungan dari generasi muda. Akhirnya tren kampanye politik di media sosial menjadi salah satu cara yang cukup efektif untuk mendapatkan dukungan dari generasi muda. Media sosial sudah seperti segalanya bagi generasi muda, mulai dari hiburan, tempat edukasi, mengekspresikan diri, hingga mencari informasi politik saat masa kampanye. Meskipun banyak dari mereka yang sadar pentingnya partisipasi politik dalam pemilu, banyak juga yang malas pencari tahu tentang paslon yang bersaing. Sehingga, para kandidat lah yang harus memberikan informasi untuk dilihat oleh mereka. Konten kampanye yang kreatif akan mendapatkan respon positif dari generasi muda. Media sosial memberikan tempat bagi para politisi untuk kreatif agar mendapatkan perhatian dan dukungan dari generasi muda

   Kekurangan Kampanye Politik ke Dunia Digital : 

1. Berita Hoaks Mudah Tersebar

Berita hoaks mudah sekali tersebar di media sosial. Dalam beberapa menit atau jam, berita hoaks bisa meluas ke seluruh pengguna bahkan ke seluruh platform media sosial yang berbeda. Tidak hanya itu, masyarakat Indonesia yang gampang mempercayai sebuah informasi semakin mempermudah hoaks meluas. Bahkan, hoaks tidak hanya tersebar di media sosial, tetapi juga ke berbagai aplikasi chat hingga menjadi perbincangan di dunia nyata. Saat sudah seperti ini hoaks agak sulit dihilangkan terutama pada orang-orang yang tidak menggunakan media sosial yang hanya tahu hoaks tersebut dari mulut ke mulut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun