Lalu apa yang terjadi? Tsunami Aceh yang terjadi di akhir tahun 2004. Tsunami adalah bencana dimana air laut yang tinggal didataran rendah tiba-tiba naik keatas dan menghantam manusia di daratan. Hal ini susah dicerna oleh akal sehat, karena air laut datang dari atas seolah ada yang memindahkan dari dataran rendah ke atas. Selain itu juga, fenomena pecahnya Golkar (ranting) menjadi tiga parpol terjadi. Dimulai dari Hanura, Gerindra dan terakhir Nasdem adalah tokoh-tokoh Golkar yang pecah dengan menggunakan warna yang berbeda-beda, dan pada akhirnya menjadi warna demokrasi dalam perpolitikan kita.
Apakah Anda setuju dengan kila-kila tadi? Saya tidak memaksa Anda untuk setuju. Namun, setidaknya itu merupakan fenomena alam yang menjadi petunjuk dalam kehidupan kita, ya paling tidak untuk perpolitikan kita. Nah, pertanyaannya adalah apakah ada relasi antara fenomena orang Tasik yang membuat patung kemerdekaan dengan politik Jabar?
Fenomena Patung Replika Manusia
Dalam minggu ini saya melakukan perjalanan yang lumayan panjang. Dalam odo meter kendaraan saya, satu minggu sudah saya habiskan lebih dari 1000 Km. Tasik-Jakarta, Tasik Bandung (via Ciawi), Tasik-Garut (via Cilawu), Tasik Ciamis. Ada yang paling saya heran dari perbedaan prilaku orang Tasikmalaya dan sebagian Garut dan Ciamis. Di setiap sudut jalan yang saya temui, ada beberapa orang yang kreatif untuk membuat patung di jalanan dengan variasi tertentu. Patung ini mirip manusia dengan pakaian yang tidak berbeda dengan manusia.
Saya menduga, dalam kasus Tasikmalaya, fenomena ini lahir pada dua tahun ke belakang (2015). Di daerah Cintaraja arah Tasik-Singaparna diberitakan oleh koran lokal ada orang kreatif untuk membuat patung polisi sedang menilang sepeda motor. Polisi dengan pakaian razia yang sangat mirif dengan motor yang sedang ditilangnya menjadi pemandangan yang menarik bagi pengguna jalan. Di samping menarik, tidak sedikit pemotor dan pengendara mobil merasa terkejut karena adanya "razia" kendaraan secara mendadak. Tidak jarang para pengendara mengumpat pelaku pembuat patung itu.
Unik, mengejutkan dan umpatan adalah tiga kata yang dapat mewakili perasaan pengendara saat itu. Hal inipun yang menjadi alasan media untuk meliputnya. Karena "disukai" oleh orang lewat, maka sudah tiga tahun berturut turut saya melihat patung polisi itu hadir pada bulan Agustus. Pada tahun ini, saya melihat ada replika mobil polisi yang mirip sebagai inovasi yang baru. Bahkan, patung-patung ini sekarang bukan saja hadir di satu titik, namun di sepanjang jalan Tasik-Singaparna, entah berapa titik. Bagi saya itu banyak sekali.
Tidak hanya dijalan itu, saya pun melihat fenomena membuat patung ini hadir dibanyak jalan antara Tasik-Garut. Di daerah perkebunan IV Garut saya melihat patung dengan wanita berkerudung. Parahnya, ada patung yang mirip "pocong". Saya menduga pembuatnya ingin menakuti pengguna jalan yang melintas di malam hari. Untuk kasus Tasik-Ciamis saya melihat ada beberapa patung, walaupun saya tidak begitu jelas melihatnya. Di tasik kota, saya melihat ada banyak patung sejenis, dari yang dibuat enak dipandang sampai asal jadi.
Ketika perjalanan saya Tasik-Jakarta atau Tasik-Bandung, saya tidak melihat patung itu hadir di Bandung atau Jakarta. Kalau di Garut dan sekitarnya, saya melihat ada beberapa reflika manusia dengan berbagai variasi sama halnya di Tasikmalaya. Hal ini mirip dengan fenomena "nyair" uang (meminta sumbangan) Agustusan di jalanan yang menurut saya hanya terjadi di Tasikmalaya. Di hampir titik jalan, ketika menyongsong 17 Agustusan di jalanan Tasikmalaya dipastikan ada segerombolan anak muda dengan "sairnya" meminta sumbangan.
Patung dan Politik Jawa Barat
Apa ada hubungan fenomena patung dengan politik Jawa Barat? Karena tulisan ini setengah kebatinan maka saya menduga ada. Sebagaimana kita tahu bahwa minimal ada tiga calon gubernur yang sudah mendeklarasikan yakni Ridwan Kamil, Dedi Mulyadi, dan Dedi Mizwar.
Ridwan Kamil (RK) yang "ditendang" Gerindra karena menerima pinangan Nasdem "Penolak" Prabowo for Presiden tentu saja kehilangan kendaraan. Ia sekarang sedang menyusun kekuatan untuk menjadi calon independen. Dedi Mizwar (Demiz) yang sudah mendeklarasikan dengan petinggi PKS Purwakarta Ahmad Syaikhu sebagai Cagub Cawagub telah mendapat restu dari Jakarta. Keduanya (RK dan Demiz) tidak memiliki kaitan erat dengan perpatungan. Jadi keduanya tidak memiliki relasi fenomena alam dalam tulisan ini.