Apa itu salah? Saya tidak mengatakan salah. Dalam praktiknya, materialisme tidak usah menjadi bahan yang harus dikonsumsi pada pengagum guru sebagai profesi. Materialisme tidak usah menjadi bagian fondasi dari sebuah ajaran untuk melakukan sesuatu. Materialisme bisa digunakan sebagai bonus dalam melakukan sesuatu. Bila Anda mengajar, apakah yang diajar akan mengabaikan perut keronconganmu? Bila anda membantu anak orang untuk mengenal dunia pendidikan, apakah orang tua tega untuk tidak membekalimu? Saya yakin materialisme adalah nurturant effect (efek penyerta, pengikut) yang pasti terkoneksi dengan kuat. Pendeknya, Idealisme harus menjadi patokan dalam menjadi guru (guru sebagai pengabdi) dan materialisme akan menjadi bonus meyakinkan (guru sebagai profesi).
Anda masih tidak percaya kepada saya? Saya kasih satu contoh unik di negeri kita. Seorang kyai pesantren yang profesinya ga jelas, penghasilannya ga terarah, bekerjanya juga hanya duduk di mesjid mengabdi pada santrinya, memiliki sawah yang luas, mobil yang lumayan dan rumah yang ga jelek-jelek amat. Apakah ia mengandalakan slip gaji? Tidak. Apakah ia mengandalkan tunjangan profesi? Tidak juga. Mereka menolak untuk disertifikasi. Tapi fakta mengatakan bahwa bisa jadi kyai model ini adalah kyai yang bisa lebih “sukses” materinya dibanding guru yang sebagai profesi. Bahwa masih banyak kyai yang tidak mirif dengan yang saya gambarkan di atas, itu mah urusan lain.
Kedua, bahan dasar Flakka kedua adalah ketakaburan, besar kepala, adigung, gede hulu. Bahan kimia yang satu ini bisa bersenyawa dengan bahan yang pertama yang bisa memabukan seorang guru untuk bekerja dengan sebenar-benarnya guru. Takabur adalah bahan yang terbuat dari penyakit hati yang kadang bisa muncul tiba-tiba. Takabur ini setara dengan bahan kimia lain, macam riya, sombong, syirik, fitnah, gosif dan lainnya.
Guru yang mencandu narkoba jenis Flakka dengan kandungan takabur akan mampu memabukan diri (atau kasarnya menggilakan) dirinya secara permanen. Ia tidak mau lagi belajar, karena merasa bahwa ilmunya cukup. Ia tidak mau berbagi karena takut tersaingi. Ia tidak mau kerja keras, karena baginya jadi guru saat ini sudah hebat. Ia tidak mau membantu mencium tangan gurunya karena ia merasa bahwa ia juga guru. Dan masih banyak lagi prilaku guru dengan efek bahan kimia bernama takabur ini.
Efek Flakka yang diakibatkan oleh duet maut materialisme dan takabur telah memabukkan guru. mereka tidak akan sadar bahwa dirinya adalah manusia setengah dewa yang harus digugu dan ditiru. Ia tidak sadar bahwa ia adalah malaikat kecil yang harus membantu manusia menemukan jati dirinya. Ia tidak akan sadar bahwa ketidak baikannya akan diikuti banyak siswa. Efek flakka akan mampu mengangkat isi kepala yang penuh dengan ilmu itu diganti dengan keluhan atas minimnya materi yang didapat. Efeknya juga akan mampu membelotkan keterampilan tangannya yang hebat diganti dengan gaya yang so-so an. Efeknya juga akan mampu menghilangkan hati dengan sikap tawadhu dan rendah hati diganti dengan perasaan yang unggul atas siapapun di dunia, termasuk siswanya.
Masih ada banyak bahan kimia yang dapat jadi bahan dasar pokok Narkoba jenis Flakka ini. Namun saya berpendapat bahwa dua bahan kimia di atas lah yang menjadi pokok dari efek gilanya guru sebagai pecandunya. Jika bahan kimia lain yang sangat berbahaya dimasukan, maka saya tidak tahu apakah Flakka-flakka lain juga akan bermunculan sehingga pecandu bernama guru itu akan meluluhlantahkan kesetiaan pada pengabdiannya. Saya tidak tahu. Kita lihat perkembangannya saja. Semoga saja tidak.
***
Bermabuklah atas kecintaanmu pada manusia wahai guru.
Bermabuklah atas kesetiaanmu pada kehidupan wahai guru.
Bermabuklah atas keikhlasanmu pada cipta dan karsa wahai guru.
Janganlah kau mabukan dirimu pada benda dan jasa wahai guru.
Karena hanya kaulah yang bisa.
Karena hanya kaulah yang setia.
Karena hanya kaulah yang sakti.
Karena kaulah yang menjadi ahli surga tanpa kecuali.
[caption caption="https://www.google.co.id/search?q=gambar+narkoba+flakka&oq=gambar+narkoba+flakka&aqs=chrome..69i57j33.14102j0j4&client=ms-android-samsung&sourceid=chrome-mobile&ie=UTF-8#imgrc=_"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H