llmu tajwid bukan sekadar aturan membaca Al-Qur’an dengan benar, tetapi juga bagian dari warisan keislaman yang harus terus dijaga. Di Desa Tanjung Merbu, Kecamatan Rambutan, pembelajaran ilmu tajwid bukan hanya sebatas teori, tetapi juga menjadi praktik yang menyatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.
Di desa ini, semangat belajar Al-Qur’an dengan tajwid yang benar sudah ditanamkan sejak dini. Anak-anak mulai belajar mengaji di surau dan masjid setempat dengan bimbingan para ustaz dan tokoh agama. Metode pembelajaran yang digunakan bervariasi, mulai dari talaqqi (mendengar dan menirukan langsung dari guru) hingga penggunaan teknologi digital untuk membantu pemahaman tajwid secara interaktif.
Pembelajaran tajwid tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama, tetapi juga melibatkan peran aktif orang tua dan masyarakat. Setiap malam, suasana desa menjadi lebih hidup dengan kegiatan tadarus bersama, terutama di bulan Ramadan. Para orang tua juga ikut serta dalam kelompok-kelompok pengajian yang bertujuan untuk memperdalam ilmu tajwid mereka. Banyak sekali warga yang terbantu dengan program Penerapan Ilmu tajwid dalam membaca Al-Qur'an. Dengan adanya kegiatan tersebut banyak sekali nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya. Tak hanya itu, untuk program tersebut banyak yang datang kesana untuk belajar bersama. Bahkan ada anak-anak dan orang tua yang ingin menambah tingkatan pemahaman ilmu tajwidnya. Ini akan menjadi upaya dalam mengatasi berbagai masalah ketertinggalan dalam memahami belajar Al-Qur'an secara bersama-sama.
Penerapan ilmu tajwid tidak hanya meningkatkan kualitas bacaan Al-Qur’an, tetapi juga memberikan dampak positif dalam kehidupan sosial. Masyarakat yang terbiasa membaca Al-Qur’an dengan baik memiliki kesadaran spiritual yang lebih tinggi, serta hubungan sosial yang lebih harmonis. Selain itu, keterampilan membaca dengan tajwid yang benar menjadi bekal bagi generasi muda yang ingin mendalami ilmu agama lebih lanjut.
Meskipun pembelajaran tajwid di Desa Tanjung Merbu terus berkembang, ada beberapa tantangan yang dihadapi, seperti keterbatasan tenaga pengajar dan akses terhadap sumber belajar yang lebih luas. Namun, dengan semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat, diharapkan ilmu tajwid tetap menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran ilmu tajwid di desa ini menjadi contoh bahwa pelestarian ilmu agama dapat dilakukan dengan cara yang sederhana tetapi bermakna. Dengan terus menjaga dan mengembangkan tradisi ini, generasi mendatang dapat tumbuh dengan pemahaman yang lebih baik tentang Al-Qur’an, sekaligus mempererat ikatan sosial dalam masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI