Mohon tunggu...
Zaki FardinaAkbar
Zaki FardinaAkbar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Dreaming

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kondisi Pertanian Indonesia di Masa Depan sebagai Penunjang Ekonomi Negara

29 Desember 2024   22:00 Diperbarui: 29 Desember 2024   21:45 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lahan Pertanian (Sumber: https://www.istockphoto.com/id/search/2/image-film?family=creative&phrase=pertanian%20 )

Pertanian telah menjadi sektor utama dalam mendorong perekonomian negara sejak masa kolonialisme hingga saat ini. Pertanian di Indonesia dilatarbelakangi oleh kondisi wilayah Indonesia yang dianugrahi iklim tropis, tanah subur, dan kekayaan alam yang melimpah, sehingga pertanian merupakan kegiatan utama dalam menghidupi kebutuhan masyarakat serta perekonomian negara Indonesia. Sejak zaman pra-sejarah masyarakat Nusantara sudah memulai kegiatan bercocok tanam sebagai bentuk bertahan hidup. Banyak ditemukan berbagai macam perkakas untuk bercocok tanam di seluruh penjuru Indonesia. Seiring berjalannya waktu, pertanian di Indonesia mengalami banyak perkembangan melalui pengaruh kerajaan-kerajaan di Nusantara, pengenalan tanaman perkebunan komoditas ekspor pada masa kolonialisme, dan perkembangan di era kemerdekaan hingga saat ini.

Lalu bagaimana kondisi pertanian Indonesia di masa depan ? 

Dilihat dari berbagai macam faktor yang mempengaruhi pertanian di Indonesia, kondisi pertanian di masa depan cukup memprihatinkan. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terkait Luas Panen dan Produksi Padi di Indonesia 2024, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2023. Dari kasus tersebut ada beberapa faktor yang menghambat perkembangan pertanian Indonesia di masa depan.

Faktor Yang Mempengaruhi Penurunan Kualitas Pertanian Indonesia 

  • Menurunnya minat generasi muda terhadap sektor pertanian 

Saat ini pada sektor pertanian di dominasi oleh generasi tua. Sangat jarang sekali generasi muda tertarik terhadap sektor pertanian. Alasan menurunnya minat generasi muda terhadap pertanian didasari oleh beberapa faktor, yaitu, adanya persepsi negatif terhadap pertanian, urbanisasi dan modernisasi, keterbatasan akses ke sumber daya, ketidakpastian ekonomi, tingkat pendidikan, serta adanya perubahan sosial dan nilai-nilai. (Oktaviani & Rozci, 2024).

Komposisi Petani Berdasarkan Umur (Sumber: https://web-api.bps.go.id/download.php?f=x9ZMv0FD7k3EWJDVHECglmVPUzEyemNubzkzdktSZGkvQXBtc2MrQmtSd0ZnWmtkMH
Komposisi Petani Berdasarkan Umur (Sumber: https://web-api.bps.go.id/download.php?f=x9ZMv0FD7k3EWJDVHECglmVPUzEyemNubzkzdktSZGkvQXBtc2MrQmtSd0ZnWmtkMH

 

  • Perubahan alih fungsi lahan pertanian

Dari menurunya minat generasi muda terhadap pertanian yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan modernisasi, para pemuda desa memiliki cara pandang yang baru dengan bermigrasi atau mencari peluang pekerjaan di perkotaan. Hal ini menimbulkan kurangnya lahan pertanian yang digarap/dirawat, sehingga banyak pemilik sawah menjualkan lahannya untuk dialihfungsikan. Badan Pusat Statistik mencatat bahwa luas lahan baku sawah terus menurun sekitar 110.000 ha/tahun. (Gultom & Harianto, 2022).

  • Dampak Perubahan Iklim

Selain itu, dampak dari perubahan iklim juga mempengaruhi kualitas dan hasil produksi di sektor pertanian. Melalui data infografis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan suhu rata-rata bulan Oktober 2024 di kisaran 27,8 ℃. Secara umum Indonesia mengalami kenaikan suhu udara dibanding normalnya, dengan kenaikan sekitar +0,8 ℃. Suhu tertinggi tercatat berada di Stasiun Meteorologi Gewayantana, Larantuka, Nusa Tenggara Timur, dengan kenaikan suhu sekitar +2,1 ℃.

Selain peningkatan suhu, penurunan suhu terjadi di Stasiun Meteorologi Karel Sadsuitubun,di Kab. Maluku Tenggara, dengan penurunan suhu dikisaran -0,5 ℃.

BMKG melalui Climate Outlook 2025 atau Pandangan Iklim 2025, dijelaskan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati terkait rata-rata suhu udara di Indonesia pada 2025 diperkirakan mengalami peningkatan 0,3 ℃. hingga 0,6 ℃. , dengan perhatian khusus di wilayah Sumatera Selatan, Jawa, NTB, dan NTT.

  • Kurangnya Fokus Pemerintah Terhadap Perkembangan dan Kemajuan Sektor Pertanian

Peran pemerintah juga dibutuhkan dalam menangani kemajuan pertanian Indonesia, namun kinerja dan fokus pemerintah terhadap sektor pertanian dinilai masih cukup kurang. Dikutip dari artikel Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) selama satu dekade nasib petani tak kunjung membaik. Persoalan laten, seperti pupuk langka dan mahal, kualitas benih, akses dan ketersediaan lahan dan air, hingga penyuluhan dan partisipasi petani, bahkan makin memburuk. (Bogor, 26 September 2024). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun