Akhir pekan tiba. Hore! Si sulung yang TK B udah mengerti kalau hari Minggu waktunya jalan-jalan. Pilihan jalan-jalannya di Solo yaitu stadion manahan, Car Free Day di sepanjang Jl. Slamet Riyadi Solo, Bale Kambang dan Arena Permainan di Sriwedari. Rekreasi yang murah meriah, anak-anak senang dan perut kenyang. Wisata kuliner jadi agenda wajib jalan-jalan, tho?
Kami punya agenda rutin bila rekreasi ke tempat=tempat itu. Anak-anak hafal betul. Terlewat satu agenda saja mereka sudah membunyikan alarm. "Ibu lupa ya, kita belom naek kuda lho," kata si sulung.
Oia, agenda rutin di Stadion Manahan itu adalah naek delman keliling stadion. Nah, sebelumnya sarapan nasi liwet mbok par dulu di dalam stadion. Dua balitaku ini bisa menghabiskan sepincuk nasi liwet ukuran anak-anak tanpa disuapi. Prestasi! Bagi seorang ibu seperti saya, anak-anak makan sendiri itu adalah hadiah tiap akhir pekan. (baca;lebay)
Nasi liwet adalah makanan khas Solo. Nasinya gurih tapi tidak medok banget rasa santannya. Gurih yang minimalis tapi pas di lidah. Sayur jipang nya juga minimalis santan tapi tetap terasa. Pas. Lauk telor dadar kukus dan suiran ayam jawa (baca:kampung) diakhiri dengan kumut putih (areh) nan kental. Maknyus ala Bondan Winarno. Desert Nasi Liwet ini, sepincuk cabuk rambak. Irisan tipis ketupat disiram sambel kacang. Sambel kacangnya ini dibuat dari kacang wijen yang halus. Aroma daun jeruk dan kencur membuat cabuk rambak ini segar dan enteng. Untuk menu yang ini anak-anak gak ikutan. "Pedes," katanya.
Bila pengen menu sarapan yang lain bisa juga nyolek si mbok di sebelah nasi liwet mbok par, Pecel Ndeso. Jan, ndeso tenan. Semua lesehan dan di bawah pohon rindang. Kadang-kadang iseng saya menghayal seperti piknik di bawah pohon sakura seprti di Jepang. Nikmat! Balik ke Pecel Ndeso. Sepincuk Nasi merah dengan taburan sayuran ada kecambah mentah, sedikit kenikir, kacang panjang, daun kemangi dan petai hijau kecil-kesil (petai cina kalo orang Palembang menamainya. Ndak tau versi bahasa Jawanya). Di siram dengan sambel kacang wijen berwarna agak kehitaman. Â Makanan vegetarian ini dilengkapi sebungkus bongko (kacang dan kelapa dikukus, rasanya agak manis).
Sarapan sehat dan lezat lanjut melayani permintaan anak-anak bermain. Naik kereta muter0muter di rel (tarif Rp. 5000 per 10 menit - mahal), odong-odong (Rp. 500 per lagu -murah). Beli susu murni nasional dan iwak pitik goreng atau burung puyuh goreng, ini favorit bapaknya. Lanjut agenda penutup yaitu naik delman.
Biasanya penarik delman yang berseragam beskap merah sudah antri di depan pintu keluar / masuk stadion. Tapi anak-anak milih loh kuda nya. "Ibu, mas mau naik kuda yang hitam itu," pintanya. Seeokr kuda keturunan kuda luar katanya. postur tinggi, besar dan gagah. Cocok jadi kuda di arena pacu, batinku. Keren kudanya. Tarif naik delman ini Rp. 15.000 untuk satu putaran keliling Stadion Manahan. Kali lain dia memilih kuda putih yang sedang hamil. Ada hiasan bunga di surai kuda. Cantik secantik dan cerah warnanya. Pilihan anak-anak itu loh, kuda yang keren-keren. Turun dari delman disempatkan untuk mengelus kuda dan mengucapkan terimakasih kuda. "Bu, perutnya kuda ada yang gerak-gerak." serunya gembira. "Lha, itu bayi kuda yang tendang-tendang. ini kan kuda betina yang hamil." "terimakasih kuda," kata si sulung mengelus perut kuda.
Lalu kami kembali ke rumah dengan hati gembira dan perut kenyang. Meski pun ritualnya sama setiap kali ke Manahan, anak-anak tidak pernah bosan. Jangan lupa ke Stadion Manahan, Solo. Setiap Minggu ya. Banyak pilihan kuliner, wisata belanja murah meriah, wisata lainnya. lengkap dan murah!
Pengen lanjut cerita tentang destinasi rekreasi mingguan kami di Solo tapi di tulisan berikutnya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H