Menghadapi Quarter Life Crisis Berlandasan Keimanan
Quarter Life merupakan seperempat dari kehidupan sedangkan crisis adalah tuntuntan perkembangan masa dewasa untuk bisa menjadi mandiri secara universal baik secara karier, mental, finansial dan problem solving.Â
Quarter Life Crisis ini terjadi pada usia 20-30 tahun namun pada saat ini dengan adanya media sosial Quarter Life Crisis sudah terjadi pada usia dewasa awal yaitu pada usia 18-30 tahun, dikarenakan mereka dapat melihat fase yang akan datang, Â yang memang sebelumnya belum pernah terfikirkan, namun dengan adanya media sosial mereka seaakan akan lebih dekat dengan fase tersebut dan mulai untuk memfikirkan tentang kehidupan di masa depan.
Quarter Life Crisis adalah fase ketidak pastian dalam kehidupan, pencarian jati diri, kebingungan akan kemana, merasa masa depan sulit, dan bertanya--tanya tentang tujuan hidup yang sebenarnya. Yang selalu dihantui dengan rasa resah, takut, cemas, panik, gelisah, khawatir, ragu, bingung sampai bahakan kehilangan arah.Â
Penyebab dari rasa tersebut muncul dikarenakan sedang memikirkan tujuan hidup yang sebenarnya baik karir, relasi, kehidupan sosial. Dan dapat mengarahkan individu yang stress, depresi, dan gangguan psikologi lainnya.
Mengeluarkan rasa lelah, gelisah, dan stress ketika sedang memiliki gangguan psikologi merupakan hal wajar dan manusiawi namun banyak sekali para anak muda yang mengeluarkan gangguan psikolgi dengan cara yang tidak benar dan tidak baik mungkin dengan cewek merokok, cowok meminum alkohol dan banyak hal yang bukan hanya merugikan mereka tapi juga kelompok sosial.Â
Penyebab dari situlah para anak muda melakukan hal yang ia tidak memfikirkan apa keuntungan bagi mereka, mereka hanya memfikirkan masalah bukan untuk mencari solusi.Â
Ada banyak faktor yang mempengaruhi mereka untuk melakukan hal seperti diantaranya kurang ditanamakan landasan dan pedoman keagamaan pada saat masih kecil sehingga ketika ia tumbuh dewasa lalu dihadapkan dengan berbagai macam problem mereka tidak memiliki pedoman yang kuat untuk dijadikan sebagai landasan kehidupan.Â
Jika pada masa kecil sudah ditanamkan landasan keagaman dan keimanan seiring berjalannya waktu akan bertumbuh, bertambah dan berbuah sesuai dengan apa yang mereka lihat dan mereka dengar selama perjalanan kehidupan.
Rasa takut merupakan hal yang manusiawi memiliki rasa takut jangan untuk dibesar-besarkan karena apa yang kita takuti belum tentu terjadi, dan jangan sampai kita tidak merasa takut terhadap kehidupan itu akan membuat kita lalai. Karena dengan adanya rasa takut kita lebih berhati-hati dalam bertindak. Hal yang demikian penting untuk di jadikan sebagai motivasi perjalanan kehidupan untuk merenungi arti kehidupan.Â
Hal bisa dilakukan oleh manusia hanyalah berdoa dan beriktiyar dan langkah selanjutnya adalah bertawakal( mendekatkan diri pada Allah) dengan memperkuat hati agar tidak mudah terpengaruh oleh pencapaian orang lain, karena dengan bertwakal manusia fokus terhadap apa yang bisa mereka lakukan.