Mohon tunggu...
Zaki Setiawan
Zaki Setiawan Mohon Tunggu... Penulis - anak dari solo

Ingin Belajar Menulis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sang Pencerah

28 November 2013   09:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:35 2601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1385607115402844952

I.Identitas Buku

Judul : Sang Pencerah

Penerbit : PT Mizan Publika

TahunTerbit : 2010

Cetakan : Keempat

Tebal Buku : xviii + 461 halaman

Pengarang : Akmal Nasery Basral

II.Pendahuluan

Alhamdulillah, Saya telah menyelesaikan membaca novel “Sang Pencerah”. Novel ini agak unik karena prosesnya terbalik. Biasanya, Film lahir dari sebuah novel dimodifikasi menjadi scenario. Sutradara mengubahnya menjadi film. Ini terjadi di beberapa judul film antara lain : Laskar Pelangi, Ayat-ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih,Harry Potter, dsb

Karena prosesnya terbalik maka penulisnya (Akmal Nasery Basral ) menyebut dengan istilah “Novelisasi” film Sang Pencerah. So, Interpretasi cerita dalam film dan novel hampir tidak ada perbedaan. Novel memperkaya film. Ada beberapa bagian cerita di novel tidak ditemukan di film. Pekerjaan ini lebih sulit karena penulis harus menyesuaikan dengan filmnya.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan si Darwis yang kelak akan mendirikan sebuah organisasi massa yang besar di Indonesia. Kehidupan masa kecil, berganti nama menjadi KH. Ahmad Dahlan, pergolakan pemikiran sampai konflik dengan masyarakat hingga berdirinya Muhammadiyah.

Agama yang selama ini condong ke arah pribadi dimodifikasi sebagai asas dan ruh sebuah organisasi masa. Inilah yang dilakukan oleh Darwis. Darwis yang berganti nama menjadi Ahmad KH. Ahmad Dahlan setelah menuntut ilmu di Mekkah . Penulis novel telah mendeskripsikan KH. Ahmad Dahlan se-“manusiawi” mungkin namun tetap saja terasa ada yang berlebihan. Karena alasan sastra atau penguatan tokoh cerita.

Karena karakter tokoh KH. Ahmad Dahlan yang kuat di dalam “Sang Pencerah “maka novel ini menjadi eksklusif. Novel ini pasti diunggulkan oleh pendukung KH. Ahmad Dahlan namun belum tentu oleh umumnya masyarakat. Novel ini menjadi penghormatan bagi beliau. KH. Ahmad Dahlan jelas mempunyai andil bagi negeri ini.

Saya sewaktu belajar sejarah maka yang paling enak dengan menonton film daripada membaca buku. Medio 1990-an, masih banyak film perjuangan meski banyak sekali muatan misi rezim saat itu. Film Perjuangan meski tidak murninamun cukup membantu saya dalam belajar sejarah.

ABG yang suka melihat film “Naruto”. Jangan heran, mereka paham “sejarah” naruto secara tidak langsung. Andaikan biografi Soekarno, Hatta, Syahrir atau Ahmad KH. Ahmad Dahlan dituangkan dalam sebuah film maka makin banyak ABG yang memahami tokoh-tokoh bangsa. Hal ini juga berlaku dengan komik dan novel. Lebih mudah belajar dalam situasi informal daripada formal (baca : sekolah).

Kembali ke “Sang Pencerah”. Hehehehe….!!!! Kejumudan umat Islam karena terbelenggu oleh segala sesuatu yang bersifat mistikus, irasional dan takhyul. Maka, Ahmad KH. Ahmad Dahlan berpikir bahwa umat Islam harus kembali ke Al-qur’an dan Sunnah serta peran akal harus diberi porsi lebih besar. Karena kemunduran umat Islam disebabkan oleh tertutupnya logika yang disebut Taklid.

Apabila rasio diberi peran lebih besar maka kemajuan akan diraih dan umat Islam yang berkemajuan akan terwujud. Pembaharuan yang membawa kemajuan dan pembebasan dari penjajahan. Kemajuan yang berada dalam koridor Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Karakter KH. Ahmad Dahlan yang kritis menyebabkan konflik di dalam dirinya sendiri dan lingkungan sekitar. KH. Ahmad Dahlan terbuka dengan perkembangan zaman dan berpegang ke Al-qur’an dan Al-Hadits namun kritis dengan budaya yang tidak berkemajuan.

Karena KH. Ahmad Dahlan menerima peradaban barat maka dia dianggap “kyai kafir”. Karena segala sesuatu yang berbau barat diasosiasikan dengan kekafiran. KH. Ahmad Dahlan setuju jika peradaban barat yang bertentangan dengan syariat islam maka harus ditolak. Tetapi, jika peradaban barat tidak bertentangan dengan syariat Islam maka boleh diterima.

KH. Ahmad Dahlan menggunakan Biola dalam strategi dakwah. Berarti KH. Ahmad Dahlan menggunakan musik dalam dakwah. Karena beliau tidak menganggap penggunaan biola menyalahi syariat Islam bahkan sarana dakwah. Ini salah satu contoh keterbukaan KH. Ahmad Dahlan terhadap peradaban barat yang tidak bertentangan dengan syariat Islam.

KH. Ahmad Dahlan bukan tipe ‘ulama yang hanya suka berbicara. Beliau juga adalah manusia aksi. KH. Ahmad Dahlan berusaha mengaplikasikan ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Oleh sebab itu, pertentangan semakin meruncing. KH. Ahmad Dahlan langsung bekerja saat para penentang hanya berbicara.

Muhammadiyah adalah organisasi pembaharu (modernisasi) dan gerakan pemurnian Islam. Muhammadiyah menerima “produk” kemajuan zaman asalkan tidak menyelisihi Al-qur’an dan Al-Hadits. Gerakan ini dipengaruhi oleh gerakan pembaharu yang dimotori Syeh Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.

Ada sedikit kejutan dalam novel ini. KH. Ahmad Dahlan yang menentang ritual yng bertentangan dengan syariat Islam ternyata tidak ditentang oleh Ngarsa Dalem yaitu Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Ngarsa Dalem yang hidup dalam lingkungan feodal namun berpikiran terbuka. Sri Sultan tidak menghalangi KH. Ahmad Dahlan. Ngarsa Dalem hanya meminta jangan menganggu kewibawaan Masjid Agung Kauman.

Mengapa ini kejutan besar ? Karena Keraton adalah pusat ritual yang ditentang oleh KH. Ahmad Dahlan. Ngarsa Dalem tentu saja pihak yang sangat bertanggung jawab atas kelangsungan ritual hingga turun-temurun. Karena keterbukaan dan kemajuan pemikiran Ngarsa Dalem, maka KH. Ahmad Dahlan dibiayai untuk naik haji dan mendalami Islam di Tanah Suci Mekkah.

Ngarsa Dalem yang mendukung Boedi Oetomo dalam memajukan rakyat. Ngarsa Dalem yang menengahi perselisihan KH. Ahmad Dahlan dan Kyai Kamaludiningrat dengan cara mengirim KH. Ahmad Dahlan ke Tanah Suci Mekkah. Konflik dapat berhenti untuk sementara. Ngarsa Dalem menyadari ada perbedaan besar dengan KH. Ahmad Dahlan dalam beberapa hal. Namun, Ada kepentingan yang lebih besar.

III.Kelebihan

Novel ini dengan sudut pandang orang kesatu yaitu “Aku”. KH. Ahmad Dahlan menceritakan kisah hidupnya sendiri. KH. Ahmad Dahlan bercerita mulai dari kehidupan masa kecil, remaja, pemuda sampai dewasa sampai berdiri organisasi Muhammadiyah. Kisahnya tentang kegembiraan, kesedihan, perjuangan dan tetesan air mata.

Kisah Ahmad KH. Ahmad Dahlan adalah kisah yang kompleks mulai konflik diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Kita membaca novel ini menjadi paham bahwa Muhammadiyah adalah kristalisasi perjuangan KH. Ahmad Dahlan. Karena melalui Muhammadiyah maka ide-ide KH. Ahmad Dahlan diaplikasikan secara nyata.

Novel ini terasa lebih polos dan apa adanya. Bahwa seorang ‘Ulama kadang bisa bersikap terpuji dan kadang diluar dugaan. ‘Ulama ternyata juga manusia yang tidak lepas dari salah dan dosa. Terbukti, Langgar Kidul yang dibakar karena atas perintah Kyai Penghulu Keraton Jogjakarta Hadiningrat. Karena langgar kidul berbeda kiblat sholat berbeda dengan Masjid Gedhe Kauman.

Apabila membaca novel ini maka kita secara tidak langsung belajar kehidupan kaum santri di Indonesia. Mereka hidup dalam kaidah dan norma yang unik. Kita ambil contoh pelaksanaan Sholat Juma’t dan pekerjaan sampingan kyai selain pendakwah yaitu pedagang.

Fakta bahwa Boedi Oetomo adalah mentor KH. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah adalah sesuatu yang menarik. Karena untuk mendirikan Muhammadiyah maka harus masuk Boedi Oetomo dahulu. Karena pemerintah Belanda hanya percaya bahwa kaum terpelajar yang mampu mendirikan Organisasi.

Boedi Oetomo beranggotakan kaum terpelajar. Anggota Boedi Oetomo yang ingin mendirikan Organisasi maka diizinkan oleh Belanda. Agar pendirian Muhammadiyah lancar maka KH. Ahmad Dahlan dan santri-santri masuk menjadi anggota Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo membantu dalam menyusun Anggaran Dasar dan Anggaran Rimah Tangga Muhammadiyah. Ahmad KH. Ahmad Dahlan dibantu oleh tokoh Boedi Oetomo yang juga kerabat dekat Dr Wahidin Soedirohoesodo. Dia adalah Joyosumarto.

IV.Kekurangan

Novel ini diterbitkan setelah film sudah ditayangkan. Novel ini menjadi terbatas dalam eksplorasi cerita. Seandainya, Novel hadir terlebih dahulu maka alur cerita lebih menarik. Karena penulis lebih bebas berimajinasi. Laskar Pelangi lebih menyenangkan dalam cerita novel daripada film. Masih banyak lagi seperti Harry Potter, Twillight Saga atau The Firm.

Penulis harus mengikuti alur yang skenario sudah ada dan ditambahi fakta kemudian didramatisasi. Kelihatan secara teori mudah. Hmmmm, prakteknya bisa bikin pusing kepala. Hehehehehe….!!!!! Tema yang ditampilkan juga terbatas tentang KH. Ahmad Dahlan saja. Santri-Santri KH. Ahmad Dahlan sebenarnya masih bisa dieksplorasi namun tidak mungkin.

Pembaca lebih mudah menduga ending cerita. Ending cerita adalah berdiri Muhammadiyah. Curiosity adalah faktor yang penting dalam novel. Karena tanpa itu, Novel terasa hambar. Tidak ada curiosity, passion dan kejutan.

Muhammadiyah adalah kesimpulan dalam novel ini. Kalau penulis novel tidak piawai menulis maka jadi novel documenter ( hehehehe…!!! Maaf itu istilah saya). Novel boleh saja ditulis sedikit “fiksi” sedikit variasi dari fakta asal tidak merusak sejarah.

Misal : Eyang Pram dalam menceritakan Raden Tirto Adi Suryo masih terasa fiksi dalam tetralogi Pramoedya Ananta Toer. Kita menjadi bertanya-tanya tokoh dalam novel “Bumi Manusia” itu nyata atau tokoh fiksi rekaan Eyang Pram? Kita jadi curios. Sejarah Indonesia sudah dikenal bahwa RTAS adalah tokoh pers nasional.

Karena eyang Pram menulis peran RTAS sangat detail dan pengaruh yang luas dalam dunia pergerakan perjuangan Indonesia. RTAS adalah tokoh dari segala tokoh pergerakan. RTAS telah bergerak bahkan sebelum Boedi Oetomo berdiri. Hehehehe…!!! Karena nggak ada di buku sejarah. Maka, saya sebagai pembaca merasa curios dengan novel Bumi Manusia. Mau dianggap Sejarah tetapi ada di Novel. Bingung khan….!!!

Sehingga yang membaca “Sang Pencerah” terasa membaca karangan non fiksi. Bagian yang terperinci adalah konflik-konflik selama hidup sang tokoh. Keindahan novel masih kurang. Menurut saya, tidak ada sense of curiosity.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun