Mohon tunggu...
Zakharias Lusi Ujan
Zakharias Lusi Ujan Mohon Tunggu... Lainnya - DUC IN ALTUM

Ny toerana dia Mangina fa Misy Tompony

Selanjutnya

Tutup

Politik

Asal Bicara Karier Politik Gibran

21 Juli 2020   14:23 Diperbarui: 21 Juli 2020   15:17 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan awal pada PILKADA Solo. Saat itu, dari hasil survey yang memberi hasil terbaik kepada Gibran Rakabuming Raka. Karena popularitasnya. Sejak diterima masuk dalam pengkaderannya sebagai anggota PDI-P, dan kemudian pencalonannya untuk maju dalam Pemilihan Wali Kota Solo 2020 pun diakui secara resmi dengan surat dari DPP PDI-P.

Sebelumnya itu juga menuai dua kutub nada pembicaan yang muncul dari tokoh-tokoh partai, tentang beliau, baik dari kutub pro dan juga dari kutub kontra. Namun dengan itu Gibran mendapat dukungan syah. Yang muda harus didukung untuk hidup perpolitikkan ke depan.

Pendidikan Politik, terasa hanya suatu langkah singkat. Apalagi bagi wajah baru yang namanya Gibran. Gibran lalu berkenalan dan merasa bersaudara dengan elemen-elemen dasar yang diandalkan di dunia politik demokratis. Rakyat sebagai raja demokrasi, pun ikut menorah dukungan. Tentu ini, sangatlah dipahami juga oleh murid-murid di sekolah demokrasi. Bahwa pengkaderan sudah seharusnya menjadi bagian dari pendidikan politik.

Menjejaki satu arus demokrasi, di antara arus yang lain, maka langkah pijakan kaki penjelajah itu akan berhenti dengan pasti di satu pijakan yang berideologi nasionalis dan berwajah kebangsaan. Sebut saja Partai Politik pilihannya yakni PDI-P, yang berbendera merah dengan wajah kepala banteng, simbol benteng kekuatan rakyat!

Hasil didikan terbukti dengan komitmen yang baik, sehat dan demokratis bagi Negara dan bangsa Indonesia. Dengan bekal yang ada, Gibran menerjunkan diri dalam kolam politik demokratis itu demi dan untuk rakyat. Ya, mudah-mudahan saja, saya hanya asal bicara tentang tokoh politik muda ini. Harapan saya, tidak berkubang di dalam kolam politik demokratis pilihannya.

Beliau adalah anak sulung dan anak dari Nomor 1 RI yang lagi memimpin NKRI sekarang. Dari sebab itu, terkesan ada yang menyebut "Politik Dinasti". Gibran nyatanya adalah putra sulung Presiden. Selanjutnya, ada kesan bahwa karena bapaknya masih dan tengah berkuasa menjalani mandat rakyat maka anaknya pasti bisa (seola-ola) mulus jalan politiknya tanpa halangan dan akhirnya berpotensi mendapat kemenangan.

Dalam sudut pandang ini, dapat ditegaskan bahwa satu politik tentu tidak terhindar dari pmbicaraan soal warisan politik dinasti, menyangkut peluang kemenangan itu sendiri. Dengan kata lain, ada pandangan-pandangan politik yang menyoroti kemudahan-kemudahan spekulatif semata dari lawan-lawan politik. Tetapi tentunya bagi koalisi partai-partai pengusung mempunyai keniscahyaan sendiri terhadap kader tokoh usungannya.

Beliau digadang masuk ke bursa konstelasi politik yang diusung oleh PDI-P dan dll. Karier politiknya barusan di awal, di depan wajah kepala banteng, gambar partai tersebut. Dia berkomitmen untuk berpolitik dan  kenyataannya bahwa dia sudah masuk dalam karier politik.

Dengan itu, hemat saya, akan lahir dari dalam dirinya "rasa politik yang berpihak kepada rakyat". Dia merasakan awal dari berkarya secara politik. Dia merasakan semangat  nasionalisme untuk berjuang bersama PDI-P. Tujuannya tidak lain, demi "keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia". Tentu juga karena merasa sebagai publik figur yang memberikan dia konsekuensi-konsekuensi tertentu. Lebih dari itu, harus disadari bahwa Gibran adalah " tuan tanah Solo". Maka rasa tanggungjawabnya kepada kepercayaan publik yang pro dia pun tidak gampang.

Dia adalah tokoh politik mudah. Kehadirannya di panggung perpolitikan, bisa menjadi contoh yang memberi semangat berpolitik bagi teman-teman generasi milenial. Terlepas dari factor keturunan sebagai anak presiden, Gibran adalah bagian dari Negara, bagian dari nasionalis, bagian dari generai muda, bagian dari generrasi penerus bangsa dalam perpolitikan. Generasi muda bangsa yang berpihak pada opsi  seluruh rakyat, opsi demokratis yang memperjuangkan kepentingan publik, yang memperjuangkan "keadilan sosial bagi seluruh rakyat bangsa Indonesia.

Kota Solo dan daerah sekitar yang tercakupi hanyalah sebagai lokus karier politiknya. Hal itu tidak menutup kemungkinan terbukanya jendela politik, cela hembusan oksigen dari tabung Solo dan berhembus lebih dalam dan meluas ke pelosok tanah air. Itulah contohnya "asal bicara" karier politik Gibran.

Masih terlalu pagi untuk disuarakan. Tetapi bagi saya, Gibran adalah tokoh politik muda, satu di antara yang lain, termasuk dalan tokoh muda penerus tongkat estafet kepemimpinan demokratis, terlepas dari faktor politik dinasti yang diangkat oleh lawan politiknya. Salam demokrasi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun