Di tahun 2023 ini, organisasi masyarakat terbesar di Indonesia memperingati Hari lahirnya yang ke-100 (seratus) tahunnya atau lebih popular dengan istilah “Harlah 1 Abad NU”. Sebagian masyarakat muslim di Indonesia, bahkan orang nahdliyyin sekalipun masih bertanya-tanya mengapa puncak Harlah 1 (satu) Abad Nahdlatul Ulama dirayakan pada tahun 2023. Padahal jika melihat pada kalender masehi, bilamana Nahdlatul Ulama didirikan pada tahun 1926, maka seharusnya perayaan 1 (satu) abadnya akan diadakan pada tahun 2026.
Hal ini disebabkan karena Nahdlatul Ulama berpatokan pada kalender Hijriah. NU lahir pada tanggal 16 Rajab 1344 Hijriah yang bertepatan dengan tanggal 31 Januari 1926 Masehi. Perayaan Harlah 1 Abad Nahdlatul Ulama ini merupakan suatu ungkapan kebahagiaan bagi warga NU dan sebagai bentuk untuk merefleksikan kecintaannya kepada para ulama yang memeprjuangkan berdirinya NU dan para generasi selanjutnya.
Adapun perayaan satu abad NU ini perlu dilaksanakan karena hal ini merupakan implementasi dari hadits Nabi Muhammad SAW, dijelaskan bahwasanya Allah SWT telah mengutus kepada umat Ilam setiap ujung seratus tahun pembaharu agamanya. Imam al-Hafidz Ibnu Hajar, seorang ulama ahli ahli hadits berpendapat bahwa makna pembaharu agama dalam hadits tersebut dapat ditafsirkan sebagai individual perseorangan maupun kelompok atau organisasi. Lalu pemilihan Kabupaten Sidoarjo sebagai tempat puncak peringatan “Hari Lahir NU Satu Abad” itu dikarenakan Sidoarjo merupakan tempat yang pernah dijadikan para ulama pendiri NU untuk memperdalam agama.
Kelahiran NU juga telah termaktub dalam kalimat berbahasa Arab yang hingga saat ini masih terpasang pada Masjidil Aqsho Menara Kudus. Tulisan itu dibuat oleh seorang pengusaha ubin damaran Kudus yang masih mempunyai garis keturunan dari Sunan Kudus, yaitu K.H Ahmad Kamal. Sehingga hari kelahiran NU ini juga telah dijaga kesakralannya.
Adapun dipilih istilah ‘Hari Lahir” dan bukan Hari Ulang Tahun itu dikarenakan Harlah (Hari Lahir) itu merupakan terjemahan dari kata Maulid atau Milad dalam bahasa Arab. Sedangkan Hari Ulang Tahun (HUT) itu lebih cocok digunakan dalam pemakaian haul (peringatan satu tahun orang meninggal). Sehingga bilamana yang dipakai NU adalah HUT (Hari Ulang Tahun) maka itu maknanya NU sudah mati.
Bagi K.H. Yahya Cholil Staquf atau yang lebih akrab disapa dengan Gus Yahya momentum usia satu abad NU ini merupakan momentum era kebangkitan baru bagi Jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Hingga saat ini, peran dan kiprah NU terhadap bangsa dan negara kian dirasakan oleh masyarakat. Eksistensi NU hingga sekarang masih diakui oleh banyak kalangan. Tidak hanya dalam negeri, bahkan sejumlah negara-negara dalam kancah Internasional juga mengapresiai eksistensi dan kontribusi NU dalam menjaga perdamaian, keharmonisan, dan keutuhan bangsa-bangsa.
By : Zakaria Adjie Pangestu
07 Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H