Mohon tunggu...
ZAKA
ZAKA Mohon Tunggu... writer -

www.instagram.com/sobatmobil

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik Belah Bambu ...

4 Desember 2015   18:04 Diperbarui: 4 Desember 2015   18:30 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia tercipta sebagai individualis yang bermakna serba sendiri. Tuhan Yang Maha Adil menciptakan manusia dengan berbeda jenis. Adanya manusia yang berupa wanita dan ada manusia yang berupa pria. Antara wanita dan pria tercipta untuk saling melengkapi satu sama lain dengan perbedaan yeng ada yang merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam perjalanan menempuh kehidupan banyak situasi dan kondisi yang membuat arah dan kebijakan seorang individualis bisa jadi berubah secara spontan, atau bahkan secara perlahan.

Si wanita mengenali akan lawan jenisnya berupa pria yang ciri khasnya berbadan berotot, berjakun dan bersuara bass. Sedang si wanita sendiri mayoritas memiliki sifat feminin, suka berpenampilan, bersuara lembut dan suka dengan bermain dengan perasaan, yang tentunya berbeda dengan pria yang mayoritas mengutamakan insting/ akal. Wanita pada fitrahnya merupakan ma'mum atau sebagai pengikut yang secara posisi berada di belakang pria, sedangkan pria menjadi imam bagi wanita yang secara posisi berada di depan wanita.

Tapi seiring dengan kemajuan jaman ada wanita yang secara posisi/ jabatan berada di depan para pria alias menjadi atasan. Struktural di dalam sebuah keluarga, sebuah perusahaan, di dalam sebuah organisasi ialah berbeda nilainya. Jika kita kembali kepada sejarah, terutama sejarah islam wanita ialah ma'mum dari para pria.

Era Muhammad saw yang menjadi imam ialah para rijal atau para pria bukan para nisa/ perempuan. Muhammad saw selain sebagai kepala rumah tangga, beliau juga sebagai kepala komandan tentara sekaligus sebagai kepala negara. Sedangkan para wanita ialah menjadi ibu rumah tangga sekaligus sebagai kepala rumah tangga yang menggantikan posisi suaminya jika sedang bertugas mengurus negara. Kaitannya dengan posisi atau jabatan yang diduduki pria maupun wanita, di dalam kenegaraan khususnya ini merupakan posisi yang sangat strategis.

Para pemimpin negara atau para rijal yang memiliki kapabilitas dan kecakapan/ kemampuan berada pada posisi ini. Dan para wanita ikut juga membantu posisi para rijal di bagian lainnya. Pemerintahan itu ibarat langit dengan bumi. Di langit merupakan posisi para petinggi yang merupakan posisi para langitan yang mengatur bumi.

Di jawa dikenal dengan istilah langitan/ orang atas. Orang yang ditugaskan dengan posisi tertentu dengan posisi yang strategis yang memiliki kecapakan atau kemampuan yang lebih dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki orang bumi/ bawahan. Orang langitan memiliki kecapakan mengatur bumi dengan berbagai kebijakan-kebijakannya.

Karena kebijakan dibuat dari langit dan diturunkan dari langit untuk diperuntukkan kepada orang-orang bumi/ masyarakat/ bawahan. Sedangkan orang bumi atau bawahan atau masyarakat bertugas untuk melaksanakan berbagai kebijakan yang dibuat dan diturunkan dari langit.

Bumi mempercayakan dan berharap akan kinerja langit dengan segala kebijakannya agar bumi senantiasa menjadi bumi yang gemah ripah gemah ripah loh jinawi toto tentrem kerto raharjo istilah dalam bahasa jawa yang bermakna: "tenteram & makmur serta sangat subur tanahnya".

Bumi percaya kepada langitan dan langitan pun percaya kepada bumi, keduanya saling percaya dan saling menjalankan sistemnya masing-masing. Langitan membuat dan mengontrol berbagai kebijakannya yang diberikan kepada bumi dan bumi mewujudkan berbagai kebijakan serta arahan dari para langitan.

Jika ada sistem yang tidak berjalan sebagai mana harusnya, maka langitan bertugas untuk turun ke lapangan/ mengecek secara langsung dengan menggunakan sistem manajemen, yakni POAC yang merupakan singkatan dari Planning, Organizing, Actuating, and Controling.

Salah satunya ialah dengan adanya muroqobah/ pengawasan atau blusukan istilah dalam bahasa jawanya. Ini merupakan metode yang seharusnya dilakukan oleh para langitan untuk memahami, mengecek, mengontrol, melihat, menilai, menimbang dan lain-lain seberapa jauh kebijakan-kebijakan maupun arahan-arahan yang telah dibuat oleh para langitan sudah dilaksanakan. Apakah sudah sepenuhnya terlaksana, setengah terlaksana, atau belum sama sekali terlaksanakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun