Mohon tunggu...
ZAKA
ZAKA Mohon Tunggu... writer -

www.instagram.com/sobatmobil

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuasai Bahasa Kalbu Kuasai Dunia

7 Mei 2016   18:58 Diperbarui: 7 Mei 2016   19:51 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Membangun kehidupan dimulai dari membangun "hubungan dan komunikasi". Sebelum terlahir ke dunia orang tua kita berdoa/ berkomunikasi kepada Tuhan Yang Maha Esa berharap kelak suatu saat nanti bisa mendapatkan anak yang sholeh/ sholehah.

Dari DOA yang di panjatkan dari para hamba-hambaNYA, lalu Tuhan memutuskan untuk mengabulkan DOA hambanya dengan kelahiran anak ke dunia ini. Inilah awal komunikasi manusia terjadi sebelum terlahir ke dunia yakni dengan sebuah DOA. 

Saat di dalam perut ibunda saat masih menjadi janin, ibunda kita senantiasa mendoakan kita. Ibunda kita membacakan ayat-ayat suci AL QURAN "mengaji", lalu mendengarkannya mengenakan headphone ke telinga ibunda kita bahkan ibunda kita meletakkan headphone ke perutnya. 

Namun terkadang ada pula yang ibunda kita lakukan yakni dengan mendengarkan berbagai macam lagu klasik atau berbagai macam musik lainnya berharap lagu yang didengarkan bisa mencerdaskan sang anak. 

Agar suara yang keluar dari musik bisa didengarkan kita saat masih di dalam kandungan. Berbagai metode yang ibunda kita lakukan untuk bisa berkomunikasi kepada Tuhan maupun kepada kita sebagai calon anak sewaktu kita masih di dalam janin. 

Selain peranan ibunda ada juga peranan ayahanda kita melalui metode mengumandangkan suara "adzan" saat kita baru terlahir ke dunia. Suara adzan merupakan suara panggilan sholat, suara panggilan yang utama di dalam ajaran islam. Suara adzan pertama kali dikumandangkan kepada sang bayi agar sang bayi kelak nanti pada saat dewasa dan saat diberikan kehidupan oleh Tuhan ia selalu ingat akan panggilan dirinya kepada ajaran Tuhan, yakni dengan ajaran cara komunikasi yang paling awal dan paling efektif untuk bisa saling berinteraksi.

Baik itu ajaran yang bersifat vertikal maupun ajaran yang bersifat horizontal. Namun banyak manusia yang setelah lahir ke dunia kini banyak terlupakan akan hal ini. Susah payah ibunda kita mengandung dan melahirkan serta membesarkan kita ke dunia dengan segala harapan dan DOA nya. Terlebih lagi upaya dari kerja keras dari ayahanda kita dengan berjuang dan berproduktifitas memenuhi segala macam kebutuhan keluarga. Seharusnya kita berterima kasih kepada mereka berdua, dengan mewujudkan komunikasi yang pernah di utarakan dalam setiap DOA nya. 

Kedua orang tua kita selalu berupaya memberikan yang terbaik untuk masa depan kita. DOA dan harapan selalu dipanjatkan kehadirat ilahi mulai dari buka mata hingga tidur menutup mata kembali. Waktu terus berlalu, seiring dengan berjalannya kehidupan. Kehidupan dari janin, terlahir menjadi bayi, lalu menjadi balita, masuk ke fase anak-anak, dewasa hingga orang tua. Semua membutuhkan komunikasi yang seharusnya berjalan di trek yang telah ditentukan dari Tuhan kepada manusia.

Orang tua berperan menDOAkan anak, membimbing serta mengarahkan anak dari kecil hingga besar. Tak bosan-bosannya, dari waktu ke waktu hingga sampai kepada harapan yang telah di utarakan di dalam setiap DOA nya. Namun Tuhan juga menjawab DOA manusia dalam 3 jawaban, yakni:

1. Jika Tuhan belum mewujudkan DOA, maka sesungguhnya Tuhan hendak mengujimu.

2. Jika Tuhan belum menjawab DOA kita, maka Tuhan masih sayang pada kita.

3. Jika Tuhan tidak mewujudkan DOA kita, maka kita wajib berbaik sangka kepada Tuhan.

Di dalam setiap langkah dan DOA kita ada cara Tuhan mengkomunikasikan antara berbagai masalah-masalah dan solusi-solusi di dalam kehidupan yang kita jalani ini. 

Bahasa di dunia sungguh teramat banyak jumlahnya untuk bisa dihitung dengan jari tangan kita. Ada ratusan bahkan ribuan bahasa dan senantiasa berkembang seiring dengan kemajuan zaman dan peradaban. 

Setiap orang bisa menguasai bahasa-bahasa yang ada di dunia ini, namun tidak semua orang bisa menguasai bahasa yang satu ini. Tahukah anda? ... Ya, bahasa ini merupakan BAHASA KALBU.

Bahasa yang datangnya dari dalam hati sanubari manusia "bahasa yang paling terdalam".

Jika kita belajar berbagai bahasa yang ada di dunia ini bisa kita belajar di tempat pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Mulai dari SD hingga tingkatan universitas, maupun tempat kursus umum atau kursus privat. Kesemuanya kita bisa tempuh.

Namun bahasa kalbu tidak bisa kita pelajari begitu saja. Bahasa ini merupakan bahasa yang datang dari kedalaman jiwa. Bahasa yang bisa menipu penglihatan mata, bahasa yang bisa memutar balikkan lisan. 

Bahasa kalbu = bahasa batu.

Yang bisa berbahasa kalbu hanya manusia saja. Sedangkan manusia ialah makhluk yang bermakna tempat lupa.

Manusia = batu.

Batu tidak akan pernah ketahuan jika tidak dilempar melalui letusan gunung, melalui terseretnya dengan magma, melalui longsor, melalui banjir dan lain sebagainya.

Jadi bahasa kalbu manusia akan ketahuan jika manusia itu "digerakkan".

Selama manusia tidak digerakkan ia tidak akan pernah ketahuan BAHASA KALBU yang ada di kedalaman jiwanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun