Mohon tunggu...
Sancaka
Sancaka Mohon Tunggu... Guru - Kemerdekaan berfikir tanpa batasan dogma

Menjaga kewarasan berfikir

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Memahami Hikmah Dari Sebuah Keadaan

3 Juli 2023   01:10 Diperbarui: 3 Juli 2023   01:17 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tepat pukul 00.00 wib,ditengah keheningan alam,saat suara jangkrik mengalun mengiringi buaian mimpi para insani.Aku tertegun dalam sunyi,sendiri..Hanya berteman angin malam yang terasa hangat menerpa.Dan kembali terulang,emosi jiwa yang seharusnya mereda dan merebah dalam istirahat malam,justru diaduk kembali untuk tetap terjaga dalam sebuah penghakiman tanpa henti,seolah tiada arti sedikitpun keberadaan diri ini.Hanya bisa menghela nafas yang terasa berat,seraya bergumam lirih,terlelapkah engkau disana wahai sang permaisuri hati...

Dari apa yang telah terjadi dalam kehidupan kita,rentetan kejadian tak mengenakkan yang mesti kita jalani,seakan menjadi kawah candradimuka buat menempa rasa dan cita2 kita,apakah akan sekuat baja ataukah justru melemah tanpa daya.Sangat wajar dan manusiawi,sebagai insan biasa,kita merasa sakit dan terluka atas apa yang sudah terjadi selama ini,baik dalam hidupku,hidupmu dan juga hidup kita.Terkadang begitu berat masalah yang mendera,membuat bendera putih berkibar melambai untuk menyerah dan kalah.Silih berganti rasa sakit dan luka menggores tanpa sempat terobati.Senyuman terasa menjadi sesuatu yang langka untuk menghiasi hari-hari.Tatapan kosong tanpa makna mengisi rongga mata yang tak lagi mampu mengalir air nya sekedar untuk membasuh luka hati.

Saat ini,kita tak mampu saling menolong secara langsung ketika salah satu tersakiti.Kita dipaksa untuk hanya bisa merasakan rasa sakit itu,karena kedua tangan kita yang masih tercencang kuat dalam temali yang mengikat secara resmi.Apapun yang terjadi pada salah satu diantara kita,tak akan bisa disembunyikan dan otomatis bisa dirasakan oleh kita.Keterikatan rasa yang tidak akan bisa dimengerti oleh para insani,namun nyata terjadi sebagai wujud sebuah ketulusan rasa dari dalam hati.

Ribuan kerikil tajam,yang tersebar dalam sepanjang jalan yang mesti kita lalui,menggores tapak kaki,meninggalkan jejak darah dari luka yang tetap harus menapaki,mestinya justru merekatkan hati kita untuk semakin saling memiliki,mempercayai,menerima sepenuh hati,dan menguatkan untuk tetap tegak berdiri,sembari menantang matahari.Tak akan ada menyerah untuk mencapai dan mewujudkan niat dan cita2 kita.Sebesar apapun ombak dan badai yang menghadang,tak akan mampu menghalangi,jika tangan dan hati kita selalu terpaut dalam sebuah rasa atas dasar ketulusan.Perahu yang kita kayuh akan berlabuh di dermaga tujuan kita,seperti impian yang kita nanti.

Dalam diam hening diri,ku belajar memahami,atas semua kejadian yang terjadi melingkupi hidup ini.Selalu ada hikmah dari sebuah kejadian,jika kita mau menyabari dan merenungi dengan nurani.Sebuah intan permata,hanya bisa terwujud dalam keindahan yang mewarnai,setelah ditempa dalam panas tak terperi dan waktu yang tak terbatasi.Untuk mendapatkan sesuatu yang berharga,butuh proses panjang dan perjuangan tanpa henti.Dan buatku,Engkau sangat berharga wahai sang permaisuri hati...

(  Disudut sunyi,ditemani aroma wangi tanpa ragawi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun