Mohon tunggu...
MUHAMAD ZARKASIH
MUHAMAD ZARKASIH Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Pemerhati Masalah Sosial, Budaya dan Politik

Pemerhati Masalah Sosial, Budaya dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik

Demonstrasi Omnibus Law: Kehilangan Kata dan Mata

11 Maret 2021   01:30 Diperbarui: 11 Maret 2021   01:33 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kegiatan demonstrasi selayaknya haruslah tetap memiliki dan menjaga mata, sehingga tidak kehilangan arah tujuan. Demonstran bukanlah laksana seekor kuda yang menarik pedati dengan mata yang tertutup, hanya berjalan ke arah yang diinginkan sang kusir. Demonstrasi yang ideal adalah yang memiliki ketajaman mata untuk tetap bisa menetapkan arah dan tujuan. Tindakan kekerasan terhadap aparat dan perusakan fasilitas publik adalah bentuk hilangnya arah dan tujuan itu. 

Siapakah yang kemudian diuntungkan oleh tindak kekerasan dan cenderung radikal itu? Tentu bukanlah para buruh dan mahasiswa. Secara positif, kita harus tetap menilai bahwa para buruh dan mahasiswa memiliki tujuan dan cara penyampaian aspirasi yang baik, namun di sebuah kerumunan bukan tak mungkin ada pihak ketiga yang punya agenda berbeda dengan yang disuarakan oleh buruh dan mahasiswa. Yang dimaksud sebagai pihak ketiga dalam konteks ini bukanlah sekedar mengarah kepada person, tetapi lebih kepada tujuan yang berbeda. 

Jika tujuan demonstrasi yang menuntut keadilan sudah menyimpang dan diwujudkan dalam bentuk kekerasan atau dengan aksi radikal, maka saat itulah sebenarnya telah terjadi pengkhianatan atas kemurnian perjuangan dan nilai keadilan itu sendiri. Implikasi paling fatal adalah hilangnya kepercayaan rakyat terhadap setiap kegiatan demonstrasi. Rakyat menjadi tercekam, panik  dan khawatir setiap kali ada kegiatan demonstrasi. Karena yang terbayang bukanlah sesuatu yang memunculkan harapan untuk situasi dan kondisi yang lebih baik dan ideal, tetapi adalah bentuk buruknya: darah yang mengucur deras di jalanan dan rusak serta hancurnya fasilitas publik. Mari kita pikiran bersama secara jernih dan bijak. Damailah Indonesiaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun