Mohon tunggu...
zaizaf tsana
zaizaf tsana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Muhammadiyah Jakarta

saya adalah seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi universitas muhammadiyah jakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seminar Memecah Stereotip Strawberry Generation

27 Januari 2025   14:36 Diperbarui: 27 Januari 2025   14:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

      Kesehatan mental generasi muda menjadi topik yang semakin penting untuk dibahas, terutama dengan munculnya berbagai stigma negatif yang melekat pada mereka. Salah satu stigma yang cukup populer adalah julukan "strawberry generation" yang menggambarkan generasi muda sebagai kelompok yang rapuh, mudah terpengaruh, dan tidak mampu menghadapi tantangan hidup. Namun, apakah benar pandangan ini mencerminkan realitas generasi muda kita? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, seminar bertajuk "Memecah Stereotip Strawberry Generation" diselenggarakan dengan tujuan untuk membuka diskusi yang lebih luas mengenai isu ini. Seminar ini menghadirkan dua pembicara berkompeten: Ibu Velda Ardia, S.I.Kom., M.Si., seorang ahli psikologi komunikasi, dan Ka Safitri Herra, S.Pd., seorang pendidik yang berfokus pada pengembangan karakter generasi Z. Kedua pembicara ini membahas secara rinci mengenai ciri-ciri generasi muda, bagaimana mereka berinteraksi dengan lingkungan sosial, serta tantangan yang mereka hadapi.

        Ibu Velda Ardia membuka seminar dengan membahas pentingnya psikologi komunikasi dalam membentuk persepsi dan interaksi antar individu. Dalam paparan yang sangat menarik, beliau mengungkapkan bahwa persepsi terhadap generasi muda sangat dipengaruhi oleh cara kita berkomunikasi dengan mereka. Salah satu isu yang sering muncul adalah stereotip mengenai generasi Z yang dianggap rapuh atau mudah tertekan. Pandangan ini, menurut Ibu Velda, seringkali terbentuk dari kurangnya pemahaman tentang bagaimana cara berkomunikasi yang efektif antara generasi tua dan generasi muda. Ibu Velda menjelaskan bahwa komunikasi yang tidak empatik, penuh penilaian, atau cenderung menghakimi justru memperburuk stigma yang ada. Misalnya, banyak orang tua atau pendidik yang menganggap generasi muda terlalu sensitif atau emosional, padahal mereka mungkin hanya membutuhkan dukungan emosional yang lebih baik. Komunikasi yang terbuka, penuh pengertian, dan tidak menghakimi adalah langkah pertama untuk mengurangi stigma negatif tersebut. Beliau juga menekankan pentingnya pemahaman terhadap emosi dan persepsi dalam interaksi sosial. Ketika kita berhadapan dengan generasi muda, sangat penting untuk lebih banyak mendengarkan mereka, memahami apa yang mereka rasakan, dan memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan diri tanpa takut dikritik. Ini bukan hanya tentang menyampaikan pesan secara jelas, tetapi juga tentang menciptakan atmosfer di mana generasi muda merasa dihargai dan didengar.

      Sesi kedua seminar ini dibawakan oleh Ka Safitri Herra, seorang pendidik yang berpengalaman dalam memahami karakteristik Generasi Z. Ka Herra menyoroti sejumlah tantangan yang dihadapi oleh generasi ini, yang seringkali dianggap lebih rapuh dibandingkan generasi sebelumnya. Ia mengungkapkan bahwa Gen Z, yang lahir di era digital, sering kali berada di bawah tekanan besar akibat media sosial, ekspektasi tinggi dalam pendidikan, serta ketidakpastian ekonomi dan sosial. Meskipun begitu, Ka Herra menekankan bahwa anggapan negatif terhadap Gen Z sebagai generasi yang cenderung emosional atau tidak tangguh tidak sepenuhnya benar. Sebaliknya, generasi ini memiliki potensi luar biasa untuk membawa perubahan positif, berkat kemampuannya untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menghadapi tantangan zaman. Gen Z sangat peka terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, serta cenderung lebih terbuka terhadap keberagaman dan inklusivitas. Ka Herra berpendapat bahwa untuk dapat mendukung mereka secara optimal, kita harus memahami karakteristik mereka yang unik dan memberikan dukungan yang tepat, baik dalam konteks pendidikan, pekerjaan, maupun kehidupan pribadi mereka.

adapun ciri-cirinya 

1.adaptasi yang baik dengan perkembangan zaman

2. pintar menciptakan gagasan baru

3. toleran terhadap bedanya gagasan 

4. mencintai zona nyaman sulit bertindak

5. rapuh terhadap tekanan hidup cengeng 

6.kurang fokus & tidak bertanggung jawab 

      Seminar ini memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai stereotip yang sering kali melekat pada generasi muda, khususnya generasi Z. Meskipun mereka sering dianggap rapuh atau tidak tangguh, ternyata mereka memiliki kekuatan dan potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami lebih dalam karakteristik mereka dan memberikan dukungan yang tepat, baik dalam komunikasi maupun dalam pengembangan ketahanan mental. Dengan mengurangi stigma negatif, memberikan ruang untuk ekspresi, dan menawarkan dukungan yang lebih baik, kita bisa membantu generasi muda untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih kuat, kreatif, dan penuh empati. Seminar "Memecah Stereotip Strawberry Generation" ini membuka wawasan bagi kita semua untuk lebih menghargai dan mendukung generasi Z dalam menghadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun