Remaja: Perjalanan Lucu dan Kritis Menuju Dewasa
Hidup remaja, tahap aneh di mana kita berusaha mencari jati diri sambil berjongkok di antara bukit-bukit buku pelajaran yang membengkak. Remaja itu seperti petualangan di hutan belantara - tanpa peta, tapi dengan banyak tanda tanya di sepanjang jalan.
Kalau kata orang tua, "Ah, masa remaja adalah masa keemasan!" Emas, ya, emas berupa pertanyaan existensial dan rasa ingin tahu tentang dunia yang terkadang membuat kita merasa seperti penjelajah luar angkasa yang tersesat di tengah galaksi pubertas.
Pertama-tama, mari kita bicara tentang perubahan fisik. Pubertas, kata siapa itu sesuatu yang elegan? Seringkali lebih mirip roller coaster emosi dan jerawat yang tak kenal ampun. Saya yakin ada seseorang di luar sana yang percaya jerawat adalah pesaing terberat di kehidupan remaja. Bukankah itu benar, jerawat? Anda hadir tanpa diundang dan menginap tanpa membayar sewa. Sungguh, jerawat, kita hanya ingin cinta, bukan pemilik kulit berjerawat!
Kemudian, ada masalah identitas. "Siapa saya sebenarnya?" tanya seorang remaja, seraya menatap wajahnya yang bingung di depan cermin. Jika identitas bisa dibeli, mungkin sudah banyak remaja yang menjadikan diri mereka superhero atau penyihir di dunia nyata. Sayangnya, dunia nyata lebih mirip penuh peraturan dan tanggung jawab, daripada kisah petualangan yang epik.
Pertanyaan-pertanyaan kritis tentang hidup mulai muncul. "Mengapa kita belajar matematika? Apakah aljabar akan membantu saya bertahan hidup di hutan liar?" Sementara itu, orang tua di luar sana hanya bisa menggelengkan kepala, berharap anak mereka akan menemukan jawaban yang memuaskan dalam buku pelajaran.
Tentu saja, cinta juga memainkan peran besar dalam drama remaja. Percintaan remaja itu seperti roller coaster emosi yang tak berujung. Dengan cepat kita naik tinggi di atas awan asmara, hanya untuk kemudian jatuh bebas dengan cepatnya ke jurang kekecewaan. Siapa yang tidak kenal dengan drama pacar yang berakhir sebelum dimulai atau tawa nervosa saat berbicara dengan orang yang kita sukai?
Namun, di tengah-tengah semua kekacauan ini, remaja adalah waktu di mana kita belajar menertawakan diri sendiri. Ketawa adalah obat terbaik untuk mengatasi kekonyolan hidup ini. Mungkin kita merindukan ketidakpedulian masa kecil, tapi itulah humor remaja. Kita mulai memahami bahwa hidup ini terlalu singkat untuk dihabiskan dengan serius.
Jadi, apakah remaja adalah masa keemasan? Mungkin. Mungkin juga masa kebingungan, di mana kita berusaha mengubah segala sesuatu menjadi emas, meskipun terkadang lebih mirip dengan mencoba merangkak keluar dari labirin kehidupan tanpa peta. Jadi, mari tertawa sejenak di antara pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan. Karena menurut Nasywa Taqiyyah masa remaja adalah masa yang membingungkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H