Mohon tunggu...
Zairiyah kaoy
Zairiyah kaoy Mohon Tunggu... Penulis - Hipnoterapis, penulis buku seberapa kenal kamu dengan dirimu, bahagia dengan pemetaan pikiran.

Manusia sulit berpikir positif mengenai orang lain ketika ia berada pada muatan emosi negatif yang sangat kuat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Penyebab Terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)

11 Juni 2024   11:39 Diperbarui: 11 Juni 2024   11:46 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber.Graphic-design-illustration-husband-wife/Shutterstock. 

Kekerasan dalam rumah tangga sering sekali terdengar dan terjadi di sekitar kita dan bisa terjadi dari orang tua pada anak, suami ke istri dan sebaliknya. ketika kekerasan terjadi di dalam keluarga tidak ada seorangpun yang menolong karena dianggap tabu mencampuri urusan rumah tangga orang lain, padahal keadaan sangat kritis dan membutuhkan pertolongan orang lain. Kekerasan harus dihentikan dan tidak boleh dimaklumi dengan berbagai alasan.

Tidak hanya dalam rumah tangga, bahkan dalam hubungan kekasihpun sudah sering terjadi kekerasan bagaimana bila menikah?, sangat miris sekali keadaan mental rakyat kita. Mengulik penyebab apa yang mendasari hal ini tentunya ada faktor penyebab. Siapa yang harus disalahkan?, mengapa kekerasan dalam rumah tangga semakin bertambah?, bagaimana agar hal ini teratasi dan tips untuk mengurangi kdrt?, berikut penjelasannya.

Penyebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Bicara kekerasan bukan hanya didapat dari genetik, tetapi juga dari apa yang manusia adopsi dari sekitarnya. Apa yang ia lihat dan yang ia dengar dari figur otoritas seperti orang tua, kakak dan anggota keluarga yang lebih tua. Mengapa sangat penting menjaga kalimat dan perilaku dari figur otoritas?, tentu saja karena seseorang yang pertama kali memberikan data ke dalam amygdala (bank data) yang berfungsi mempengaruhi kognitif anaknya sendiri.

Orang tua sering kali memperlakukan anaknya dengan semena-mena, dijadikan sasaran emosi, karena ketidakberdayaannya dan pilih kasih dengan anak yang lain. Di dalam pikiran orang tua, adik kecil harus lebih diperhatikan daripada sang kakak, sehingga terjadi ketimpangan kasih sayang di dalam keluarga. Lahir lagi anak yang baru, anak sebelumnya tidak terlalu dipedulikan dan begitu seterusnya.

Belum lagi ketika terjadi keributan dengan anak satu dan lainnya, orang tua lebih membela anak bungsu dan anak lainnya mendapat kekerasan dengan kalimat bahkan pukulan karena tidak sabar untuk melerai keributan. Akhirnya anak-anak jadi membenci ibu atau ayahnya. Ironisnya, kita sebagai orang tua merasa harus dimaklumi oleh anak yang pembentukan otaknya juga belum sempurna, dengan sering mengatakan kalimat andalan yaitu "kamu harus baik ke adikmu, ibu begini karena kamu nakal ke adikmu bla bla bla.."

Sang ibu lupa mengapa si kakak seperti itu?, karena ia juga ingin diperhatikan seperti adiknya. Tapi kekerasan terus terjadi seolah itu didikan yang jitu supaya ia terbentuk menjadi kakak yang bertanggung jawab dan bisa menjaga adiknya. Didikan tidak harus dengan kekerasan verbal dan non verbal. Namun memang tidak semudah yang diucapkan karena dampak pola asuh terjadi secara turun temurun dari orang tua sebelumnya dan menurunkan lagi kepada generasi berikutnya dan begitu seterusnya.

Siapa yang harus Disalahkan?

Kesalahan terjadi karena ketidaktahuan dampak yang ditimbulkan bagi orang lain. Dampak kekerasan akan berkelanjutan, ketika orang tersebut tidak ingin belajar dan mengubah diri dari hal yang pernah ia rasakan sebelumnya dari orang tuanya ataupun dari orang sekitarnya terdahulu. Seolah semua orang harus merasakan hal yang sama sepertinya.

Lagi-lagi tentang kesadaran diri, menyadari bahwa kita memiliki hati dan pikiran. Kenangan buruk akan selalu memprovokasi pikiran hingga pada akhirnya mengubah perasaan menjadi membenci dan mengubah emosi menjadi negatif. Ketika emosi negatif telah menguasai, terjadilah kekerasan verbal dan non verbal pada orang-orang terkasih yang tidak tahu-menahu tentang trauma yang kita alami.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun