Mengapa Manusia Merasakan Kecemasan Tanpa Sebab?
Seperti yang saya sebutkan di atas bahwa tiba-tiba cemas itu tidak mungkin kecuali ada energi lain yang mendekatinya. Kecemasan tentunya di sebabkan oleh dua pemicu yaitu, mengingat atau memikirkan masa depan dan masa lalu terlalu kuat hingga mendatangkan rasa khawatir. Seseorang sulit memikirkan keadaannya hari ini yang seolah tidak penting, padahal untuk menenangkannya salah satunya adalah mencoba untuk memikirkan hal posiitif, solusi dan memaksimalkan aktivitas dan tujuan ke depan yang justru ada di hari ini.
Bagaimana dengan ada energi lain yang mengganggu? (sihir). Ketika seseorang bermuatan energi positif yang sangat kuat dengan perilaku sebelumnya dan hari ini selalu baik kepada siapapun, melakukan aktivitas dan berpikir juga menjaga perasaan positif, maka tentu saja sihir tersebut tidak bisa menguasai targetnya. Pelaku, yang mengirimnya, dan energi sihirnya semuanya negatif sedangkan targetnya berisi positif yang kuat tentu saja energi sihir tersebut tertolak.
"Chipnya" ada di dalam pikiran dan perasaannya sendiri, ketika ia sibuk melakukan kejahatan kepada orang lain maka tentu saja hasil perbuatan jahatnya akan kembali kepada dirinya. Demikian pula dengan manusia yang menyibukan dirinya melakukan kebaikan akan kembali lagi kepada dirinya sendiri. Law of attraction selalu menarik yang sama dengan dirinya, baik dirinya, kebaikanlah yang ia tarik, buruk dirinya maka keburukan pula yang ia tarik, sering disebut dengan karma.
Bagaimana Agar Mudah Keluar Dari Jeratan Sihir dan Kecemasan?
Sihir dan kecemasan terkait sekali dengan energi negatif atau getaran energi yang rendah. Tentunya individunya disarankan meningkatkan level energinya dengan beberapa metode untuk meningkatkan cinta kasihnya kepada sesama manusia dan ketaatannya kepada Allah yaitu berdzikir secara istiqomah, sholat sunah, membaca Al-Qur'an, meditasi dzikir, meditasi cinta kasih, menumbuhkan empati atau belajar untuk menempatkan situasi orang lain ke diri kita. Banyak memberi kebaikan dengan tulus tanpa mengharap balasan darinya, memiliki rasa takut kepada Allah dan hukum alam sehingga perbuatan terjaga dari hal yang tidak baik.
Karena tidak sedikit orang yang memiliki sifat iri dan dengki justru mengalami apa yang dia harapkan kepada orang yang ia benci. Sebab terjadinya hal tersebut karena adanya hukum alam yang menyertai kehidupan di alam semesta ini. Sihir akan sulit sekali mengena kepada orang-orang yang berhati tulus dan baik kepada orang lain.
Sering bersatu dengan alam terbuka, menjaga keseimbangan alam dengan menjaga kelestarian alam karena pepohonan hijau dan keasrian alam juga berperan untuk menstabilkan energi positif makhluk hidup. Berbaik sangka, memiliki semangat hidup yang baik, menjalankan hidup dengan tujuan yang selalu baik maka tentu saja menghasilkan banyak hal baik. Tidak sulit sebenarnya asalkan kita tidak memiliki luka batin, dan segera menyelesaikan luka tersebut agar tidak menimpakannya kepada orang yang tidak bersalah akibat pikiran dan perasaan negatif kita sendiri.
Sihir dan Kecemasan karena Energi Negatif Bisa Sembuh?
Tentu saja sangat bisa, karena energi negatif lawannya adalah energi positif. Ketika kita menyadari bahwa kita atau keluarga kita terkena sihir atau kecemasan yang tidak diketahui sebabnya, maka yang dilakukan adalah melakukan banyak hal positif termasuk (beristigfar) memohonkan ampunan terlebih dahulu dan meminta maaf kepada orang yang pernah dizalimi hingga ia memaafkannya. Melakukan ruqiyah dengan metode membaca ayat suci Al-Qur'an untuk melerai energi negatifnya dan menambah energi positifnya dengan membaca Al-Qur'an setiap hari.
Menghindari pikiran yang meresahkan dan yang membuat gelisah karena energi negatif tersebut akan ketarik ketika kita memikirkan hal negatif. Mendengarkan musik happy bukan musik sedih, konsumsi makanan yang bergizi, berjemur di bawah sinar matahari selama 20 menit sebelum jam 8 pagi. Melakukan banyak hal positif dan belajar untuk memaafkan orang yang menyakiti kita, mencoba untuk menerima takdir hidup, karena hakikatnya semua peristiwa yang dialami sudah tertulis di lauh mahfudz, tidak mendadak terjadi atau kebetulan.
